"Dasar kurang ajar! Berani-beraninya dia!!"
Lelaki manis berusia 26 tahun itu mencak-mencak di tempatnya sambil membanting sebuah jilidan yang merupakan hasil kerja keras tim-nya yang ditolak mentah-mentah oleh atasannya melalui sekretaris pribadinya.
"Tidak bisa dibiarkan!"
Lelaki manis itu memungut kembali jilidannya kemudian membuka pintu dengan kasar membuat anggota timnya terlonjak kaget.
"Ketua tim..."
"Aku akan menemui si brengsek itu!"
Tidak ada yang berani mencegah saat lelaki manis itu menghentakkan kakinya menuju lift, memencet tombol dengan brutal dan menanti dengan tidak sabar sambil sesekali melirik jam di tangannya dan mengumpati kotak yang bekerja naik-turun itu karena terlalu lama dan tidak kunjung sampai. Hampir saja lelaki manis itu beranjak untuk naik tangga ketika lift itu akhirnya tiba di lantainya dan siap untuk mengantarkannya menuju lantai 20 dimana atasannya yang menurutnya 'brengsek' itu berada.
Sekali lagi, lelaki manis itu menunggu dengan tidak sabaran. Tangan terlipat di depan dada dengan kaki yang tidak bisa diam. Otaknya sudah penuh dengan makian yang akan ia lontarkan kepada sang atasan karena berani-beraninya menolak hasil kerja keras tim-nya tanpa disertai alasan yang jelas.
Bibir itu menyeringai ketika lift yang membawanya telah tiba di lantai 20. Bisa dia lihat sekretaris pribadi atasannya itu menelan ludah gugup dan sudah dipastikan bahwa gadis berusia 23 tahun itu tidak akan berani mencegah serigala imut yang sedang mengamuk itu.
BRAK!
Bantingan keras pada pintu itu tidak membuat pemilik ruangan terkejut. Lelaki dengan mata minimalis itu tetap fokus pada dokumen miliknya, mengabaikan tatapan tajam nan menusuk yang dilemparkan oleh sang ketua tim.
"Presdir, maaf." Gadis 23 tahun itu menunduk dan berucap takut-takut.
"Tidak apa Jisoo-ya, kembalilah ke tempatmu."
Gadis bernama Jisoo itu mengangguk dan terburu-buru keluar dari ruangan atasannya karena tidak kuat dengan suasana mencekam di dalam sana.
"Wah... lama-lama aku bisa mati muda menghadapi dua orang aneh itu." Gumamnya sambil menggelengkan kepalanya sebelum kembali ke meja kerjanya dan melanjutkan pekerjaannya.
Sementara itu di dalam ruangan, lelaki yang sedang duduk di kursinya itu menatap angkuh pada bawahannya itu.
"Apa yang membawamu datang kemari sambil marah-marah, Im Changkyun..." Senyuman miring itu tercetak di bibirnya. "... wahai mantan istriku?"
"Brengsek kau Lee Jooheon!"