"Wonwoo! Wonwoo!"
Yang dipanggil pun datang dengan terburu-buru. "Kyun?? Ada... apa?"
Changkyun tersenyum lebar, mengisyaratkan Wonwoo agar mendekat padanya. "Baby menendang!"
"Benarkah??" Wonwoo menatap perut Changkyun yang membesar dengan takjub. "3 Bulan lagi ya?"
"Eung!" Changkyun mengangguk dengan semangat. "Aku tidak sabar! Nanti biar Chan bisa bermain dengan baby!"
"Eum, aku juga tidak sabar... Hah~ padahal aku ingin Chan dan baby menjadi pengiring pengantin kecilku nanti, tapi sepertinya tidak bisa." Wonwoo menunduk lesu. Pernikahannya akan berlangsung akhir tahun ini dan ia sudah membayangkan bagaimana menggemaskannya bila Chan dan juga adiknya yang menjadi pengiring pengantin kecilnya.
Tapi baby kan masih belum bisa berjalan...
Changkyun terkekeh pelan. "Tidak apa! Nanti baby akan kugendong saja, bagaimana??"
Melihat wajah menggemaskan Changkyun membuat Wonwoo tertawa. "Ne~ nanti pengiring pengantinku jadi 3 orang, kau, Chan dan baby!"
"Mommy~ Wonu samchon~"
Itu Chan yang baru saja kembali dari sekolah, berlarian kecil menuju kamar dengan wajah sumringah.
"Aigoo~ Bagaimana sekolah hari ini?" Tanya Changkyun setelah putra sulungnya mendudukkan diri di samping Changkyun.
"Menyenangkan sekali! Kami tadi membuat kue bersama!"
"Lalu, mana kue-nya?" Tanya Wonwoo sambil mengulurkan tangan.
Chan sontak mematung. "Astaga! Kuenya Chan makan semua!"
Dan jawaban polos Chan membuat Changkyun dan Wonwoo tertawa.
***
"Bagaimana kondisimu hari ini?"
"Eung... Baik! Kemarin baby menendang!"
Brian tertawa pelan melihat ekspresi Changkyun sambil mengoleskan gel dingin pada permukaan perut Changkyun. Keduanya entah kenapa menjadi dekat semenjak Brian menggantikan Seulgi sebagai dokter kandungan Changkyun. Changkyun pun merasa nyaman dengan kehadiran Brian.
"Lihat... Bayimu sehat."
Changkyun menatap layar yang menampilkan rupa bayinya dalam warna hitam putih itu dengan terharu.
"Yakin tidak ingin tahu jenis kelaminnya?"
Changkyun menggeleng kuat. "Nanti saja waktu melahirkan. Hehe~"
"Oh... Setelah ini kau ada kegiatan?" Tanya Brian sambil membereskan peralatannya.
"Eum... Tidak ada hyung. Memangnya kenapa?"
"Mau ikut ke suatu tempat?"
***
"Hyung sering kemari?"
"Hampir tiap minggu."
"Woah~"
Changkyun menatap anak-anak yang berlarian di lapangan, ada yang bermain bola, ada yang bermain ayunan.
"Sayang sekali mereka tidak punya orang tua." Gumam Changkyun pelan sambil menundukkan kepala, teringat akan dirinya sendiri yang juga tidak memiliki orang tua. Dia juga dibesarkan di sebuah panti asuhan terpencil kemudian melanjutkan pendidikan di Seoul dengan mengandalkan kepintarannya. Sayangnya, saat Changkyun ingin kembali mengunjungi panti asuhan tempat ia dibesarkan, ternyata panti asuhan itu telah tutup karena digusur.
Changkyun mengangkat kepalanya saat ia merasakan sebuah tepukan pelan pada puncak kepalanya.
"Ayo masuk."
***
"Jadi... Hyung dibesarkan disini?"
Brian mengangguk. "Orang tua angkatku mengadopsiku saat aku berusia 6 tahun dan membawaku untuk tinggal di LA. Makanya, semenjak aku kembali ke Korea, aku akan selalu menyempatkan waktu untuk kemari."
"Aku... dulunya juga penghuni panti asuhan."
"Benarkah?"
Changkyun mengangguk kemudian memajukan bibir bawahnya. "Tapi panti asuhannya sudah ditutup."
Brian terkekeh pelan kemudian mengusak surai kecoklatan Changkyun. "Mau berkunjung lagi kemari lain waktu?"
Changkyun menatap Brian dengan berbinar dan mengangguk dengan semangat. "Tentu saja!"
"Jja~" Brian mengangkat buku dongeng yang dibawanya. "Sekarang waktunya membacakan cerita untuk anak-anak sebelum tidur siang. Kau mau ikut atau menungguku di ruang makan?"
"Ikut! Aku mau ikut!"
Melihat Changkyun yang mengepalkan tangannya yang tertutup sweater membuat Brian makin gemas dengan lelaki manis yang tengah mengandung 6 bulan itu.
"Baiklah, kajja~"
"Kajja!!"
***
"Dan akhirnya, Cinderella hidup bahagia dengan pangeran di istana mereka..."
Brian menutup buku dongengnya dan tersenyum ketika anak-anak berusia kisaran 4-6 tahun itu telah tertidur di balik masing-masing selimut. Brian kemudian berjalan sepelan mungkin, menghampiri Changkyun yang juga tertidur di ujung ruangan. Brian berjongkok di hadapan Changkyun dan memperhatikan wajah manis yang terlihat damai dalam tidurnya.
"Bolehkah... aku menyukaimu?"