"Changkyun!! Akhirnya kau sampai juga!!"
"Wonu samchon!!"
Wonwoo langsung berjongkok dan menangkap tubuh gembil Chan yang berlari ke arahnya dan memeluknya dengan erat. "Aigoo~ Samchon merindukanmu sayang."
"Eung! Chan juga rindu Wonu samchon! Rindu nenek juga!"
Wonwoo tertawa gemas hingga hidungnya mengkerut kemudian mengangkat Chan ke dalam gendongannya sebelum menatap Changkyun.
"Ayo. Ibuku sudah menunngu di rumah. Beliau sudah tidak sabar dari tadi pagi begitu aku bilang Chan akan kemari."
Nenek yang dimaksud adalah ibunya Wonwoo. Saat Mingyu memperkenalkan Wonwoo pada Changkyun di rumah sakit, keduanya menjadi akrab dan Wonwoo pun mengenalkan Changkyun dan juga Chan kepada ibunya melalui video call. Ibu Wonwoo pun nampak menyayangi Changkyun dan Chan dengan tulus.
"Ah... Harusnya aku membawakan sesuatu untuk bibi."
"Eyy~ tidak perlu seperti itu. Kau ini seperti dengan siapa saja."
"Tapi tetap saja..."
"Kau tenang saja. Ibuku sudah memasak terlalu banyak hari ini. Jika kau membawakan sesuatu pun belum tentu termakan."
"Heum... baiklah, baiklah. Tapi lain kali aku akan membelikan bibi sesuatu."
"Terserah kau saja kalau begitu. Sekarang... kita pulang?"
"Ne! Ayo Wonu samchon! Chan lapar!!"
Dan kedua lelaki dewasa itu tertawa melihat tingkah Chan yang menggemaskan.
***
Jooheon tampak merenung di ruang kerjanya. Di atas meja terdapat 4 amplop berisikan surat pengunduran diri dari Changkyun, Ten, Jisung dan juga Hoshi.
Lelaki Lee itu menghela nafasnya. Semua ini memang kesalahannya. Seharusnya ia bisa mengendalikan diri agar tidak sampai mabuk dan melakukan hal yang tidak diinginkan. Sejujurnya saja Jooheon tidak mengingat telah melakukan sesuatu pada gadis bernama Choi Soo Ji itu, tapi mau bagaimana lagi? Ia terbangun dengan kondisi tanpa pakaian dan gadis itu menangis di sampingnya.
Mengingat kejadian itu membuat pelipis Jooheon kembali berdenyut. Diraihnya pigura foto di atas meja dan diusapnya lembut dengan ibu jarinya.
Foto Changkyun dengan Chan.
Jooheon tersenyum kecil menatap senyuman Changkyun dan juga Chan di dalam foto itu dan tanpa sadar, setitik air mata menetes melalui sudut matanya.
***
"Jadi... kau merelakannya begitu saja?"
Changkyun mengangguk. Dia dan Wonwoo saat ini sedang berada di kamar Wonwoo sedangkan Chan sedang bermain dengan nyonya Jeon.
"Aku... tidak bisa untuk bersikap egois Won."
"Tapi- astaga! Berarti dia juga tidak tahu jika saat ini kau mengandung anaknya?"
Changkyun menggeleng pelan. "Aku tidak memberitahunya."
Wonwoo mengusap wajahnya. "Kalian sama-sama bodoh ternyata."
Changkyun menunduk. "Lalu aku harus bagaimana Won? Gadis itu... Aku sudah menyelidiki latar belakangnya. Dia bahkan hanya murid SMA yang dipaksa untuk bekerja sebagai pelayan bar untuk melunasi hutang ayahnya. Aku... tidak tega Won."
"Lalu kau mengorbankan dirimu sendiri? Mengorbankan Chan dan juga bayi kalian?"
Changkyun mulai terisak. "Hiks... Aku tidak tahu harus bagaimana lagi Won..."
Wonwoo menatap Changkyun dengan iba kemudian menarik lelaki manis yang sudah dianggap seperti saudara sendiri itu ke dalam dekapannya.
"Maaf... Harusnya aku memikirkan perasaanmu dan tidak mendesakmu seperti tadi. Maaf..."
Dan sisa hari itu dihabiskan keduanya dengan saling memeluk satu sama lain. Changkyun yang menangis sedangkan Wonwoo terus berusaha untuk menenangkan lelaki manis itu.