27

265 46 12
                                    

Mingyu menatap Brian yang terlihat meminum kopinya dengan tenang.

"Kau menyukai Changkyun?" Tanya Mingyu berterus terang.

"Apa terlalu terlihat?"

Mingyu mengangguk. "Sangat jelas."

Brian tersenyum tipis kemudian memainkan cincin yang melingkar di jari kelingkingnya. "Sejujurnya... perasaan suka-ku padanya tidak dapat dikategorikan sebagai perasaan romantis."

Mingyu mengerutkan keningnya. "Maksudmu?"

"Changkyun... mengingatkanku pada seseorang. Sifatnya yang polos dan ceria itu mengingatkanku padanya dan membuatku merasa diberi kesempatan kedua oleh Tuhan."

"Kalau boleh tahu... Siapa yang kau maksud, Brian-ssi?"

"Mendiang adik angkatku."



***



"Sudah lebih baik?" Tanya Wonwoo sambil menyodorkan segelas teh hangat yang dibelinya dari mesin penjual minuman.

Changkyun menerimanya dan mengangguk kecil. "Terima kasih Won. Chan bagaimana?"

Wonwoo tersenyum. "Chan sedang tidur siang. Kata ibu Chan kelelahan bermain."

Changkyun mengangguk dengan mata yang tidak lepas dari kepulan asap yang berasal dari teh yang dipegangnya.

"Wonu..."

"Hm? Ada apa?"

"Ayo kembali ke Changwon."

Wonwoo membulatkan matanya. "Sekarang? Lalu bagaimana dengan Jooheon?"

Changkyun menghela nafas. "Sudah ada Soo Ji."

Wonwoo menggeleng tegas. "Tapi Jooheon membutuhkanmu Kyun."

"Apa kau menyembunyikan sesuatu?" Tanya Changkyun dengan penuh curiga karena tidak biasanya Wonwoo akan membela Jooheon seperti ini.

"A-aku..." Wonwoo menghela nafas pelan. "Akan kukatakan tapi berjanjilah untuk tidak menangis. Ingat kan kau tidak boleh stress."

"Tergantung pada apa yang akan kau katakan Won."

"Im Changkyun!"

Changkyun terkekeh pelan. "Baiklah, baiklah, aku janji."

Wonwoo mengambil nafas dalam-dalam sebelum menghembuskannya perlahan. "Jadi..."



***



Jooheon berjalan ke arah pintu saat terdengar bel apartemennya berbunyi. Jooheon memang sengaja membeli apartemen untuk ditinggalinya dengan Soo Ji karena ia tidak mau rumah kecilnya yang menyimpan banyak kenangan dengan Changkyun ditempati oleh orang lain. Dibukanya pintu dan seketika lelaki Lee itu mengerutkan keningnya saat melihat sosok pemuda asing yang berdiri di depannya.

"Mencari siapa?"

"Ah itu... Apa Choi Soo Ji tinggal disini?"

"Jisoo!!"

Dan Jooheon semakin tidak mengerti saat Soo Ji berlari dan langsung memeluk pemuda di hadapannya ini.

"Jadi bisa jelaskan padaku?" Tanya Jooheon setelah mereka bertiga duduk di ruang tengah apartemen Jooheon.

"Jooheon-ssi..." Soo Ji kemudian menundukkan kepalanya. "Aku benar-benar minta maaf yang sebesar-besarnya padamu."

Jooheon mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu?"

"Sebelumnya, dia..." Soo Ji menunjuk pemuda di sampingnya. "Dia adalah Jisoo. Ayah dari bayi dalam kandunganku."

"A-apa?"

"A-aku sungguh-sungguh minta maaf. Ini semua terjadi karena ayahku."

Jooheon bisa melihat pemuda bernama Jisoo itu menggenggam lembut tangan Soo Ji dan mengangguk pelan agar gadis itu melanjutkan ceritanya.

"Ayahku... penjudi berat dan ia memilik hutang yang banyak pada pemilik bar elit itu. Ayah kemudian menjualku demi bisa melunasi hutangnya tapi dia malah kembali berhutang lebih banyak dan itu membuatku frustasi dan saat itu, aku dan Jisoo..."

Soo Ji menghela nafas. "Saat kuberitahu tentang kehamilanku, ayah marah besar karena ia tahu jika pegawai di bar itu dalam kondisi hamil maka pegawai itu tidak diperbolehkan untuk bekerja di sana.

"Dan saat itulah, ayahku tidak sengaja melihatmu bersama dengan kolega bisnismu. D-dia mencari informasi tentangmu dan mencampurkan obat tidur ke dalam minumanmu. Dia menjebakmu agar terlihat meniduri dan menghamiliku."

Jooheon menatap Soo Ji dengan tidak percaya. Pantas saja ia merasa tidak ingat melakukan apa-apa dan rupanya ayah gadis itu memasukkan obat tidur ke dalam minumannya.

"Lalu kenapa tidak kau katakan sejak awal?" Jooheon menatap gadis itu dengan tajam.

"Ini salahku. "Sahut pemuda yang sedari tadi hanya diam itu. "Aku yang memintanya untuk tetap diam sampai aku bisa mengumpulkan uang dan membawanya kabur ke tempat yang jauh dari ayahnya karena beliau mengancam akan membunuh Soo Ji dan bayi kami jika Soo Ji berani mengatakan yang sebenarnya padamu."

Jooheon menghela nafas kemudian memijat keningnya. "Lalu kemana kalian akan pergi?"

Jisoo tersenyum kecil. "Kami akan kembali ke kampung halaman kakekku di China."

Jooheon kemudian mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan sebuah kartu nama dari dalamnya. "Hubungi dia jika kalian memerlukan sesuatu. Dia adalah dokter kandungan terbaik di China dan dia adalah teman baikku."

Jisoo kemudian mengambil kartu nama bertuliskan Wen Junhui dan membungkukan tubuhnya. "Terima kasih, terima kasih banyak karena telah menjaga Soo Ji selama ini. Maafkan kami karena telah melibatkanmu di dalam masalah kami."

Jooheon ingin marah, ingin sekali, namun tetap saja ia tidak bisa. Setidaknya ia bisa bernafas sedikit lega saat mengetahui bahwa ia tidak menghamili orang.

Yang ia inginkan sekarang adalah mencari Changkyun dan membawa lelaki manis itu kembali ke dalam pelukannya, beserta jagoan kecil mereka, Chan.

Erase (Jookyun)☑☑Where stories live. Discover now