Ruangan itu masih dilanda keheningan karena tidak ada satupun dari mereka yang membuka suara.
Gadis bernama Choi Soo Ji itu masih betah menunduk dalam sedangkan Ten, Jisung dan Hoshi menatap tajam ke arah Jooheon.
"Pantas saja Changkyun mengundurkan diri." Ucap Ten sambil mendengus membuat Jooheon terkejut.
"M-mengundurkan diri?"
"Kenapa? Kau terkejut?" Tanya Ten dengan nada mengejek. "Tentu saja dia akan mengundurkan diri!"
"Hyung." Jisung menarik tangan Ten agar lelaki asal Thailand itu tidak terbawa emosi.
Ten mendengus keras. "Maaf, tapi aku tidak mau bekerja disini tanpa Changkyun, jadi tunggu saja surat pengunduran diriku besok!"
Ten segera mengemasi barangnya kemudian pergi begitu saja tanpa mempedulikan panggilan Jisung.
Hoshi menghela nafas kemudian memijat pelipisnya. "Bisakah kau jelaskan hyung?"
"A-aku... mabuk waktu salah seorang investor mengadakan pesta dan... dan..."
Jisung menatap Hoshi yang kembali menghela nafas. "Aku tidak menyangka bahwa kau akan sebodoh ini hyung. Apa kau bahkan tahu? Changkyun panik mencarimu karena Chan sakit dan harus masuk rumah sakit, sementara kau..."
"Tunggu... Chan sakit? Kapan?"
"Saat kau bersenang-senang dengan gadis ini, mungkin?"
Hoshi kemudian ikut mengemasi barangnya dan menatap Jisung. "Jisung-ah, aku tidak akan memaksamu untuk ikut denganku, pilihan ada di tanganmu."
Jisung menatap Jooheon dan Hoshi bergantian. Bagaimanapun juga, ia betah kerja disini karena teman satu timnya.
"Aku akan ikut denganmu hyung."
Jisung pun mengemasi barangnya kemudian menghampiri Hoshi yang berdiri di dekat pintu untuk menunggunya.
"Surat pengunduruan diri kami akan kukirim besok pagi. Kami permisi." Pamit Hoshi kemudian menarik tangan Jisung dan segera melangkah keluar meninggalkan ruangan.
Jooheon mengusak rambutnya kasar. "Astaga..."
Choi Soo Ji menggigit bibir bawahnya. "M-maaf..."
"Tidak... jangan minta maaf. Aku akan segera membereskan masalah ini, jadi kau tenang saja."
***
"Mommy, kita mau kemana?"
"Hmm... Chan mau kemana?"
"Hmmm..." Chan mengetuk dagunya menggunakan telunjuk. "Ke tempat nenek??" Tanyanya dengan mata berbinar membuat Changkyun terkekeh pelan dan mengusap sayang surai hitam putranya.
"Eum... Kita akan ke tempat nenek. Chan senang?"
"Eung! Chan senang! Chan rindu nenek!"
"Nenek juga merindukanmu sayang."
Changkyun kembali mengusap sayang surai Chan sebelum beralih mengusap perutnya yang masih datar itu.
Apa keputusan yang kubuat ini sudah benar?
👀👀👀👀👀👀