Dilamar oleh seseorang yang kita cintai pasti merupakan hal yang dinanti-nantikan oleh semua orang.
Begitu pula dengan lelaki manis berusia 20 tahun itu.
Dan ketika orang yang dicintainya saat ini sedang berlutut di hadapannya sambil membawa sebuah cincin dan juga ucapan 'Maukah kau menghabiskan sisa hidupmu bersamaku dan anak-anak kita kelak?, Im Changkyun pun mengangguk tanpa ragu, tanda ia menerima lamaran dari sosok yang dicintainya.
Tanpa mengetahui betapa kejamnya dunia pernikahan yang tidak seindah cerita dari buku dongeng yang ia baca...
***
Menikah muda memang tidak mudah. Awalnya mungkin memang indah, namun ketika kebutuhan ekonomi sudah berteriak untuk dipenuhi maka cinta dan kesederhanaan akan dikesampingkan.
Jooheon mengemban tanggung jawab besar karena sudah berani mengajak anak orang untuk hidup bersama dan mendampinginya. Maka dari itu, Jooheon harus bekerja lebih keras agar dapat membiayai kebutuhan istri dan anak mereka kelak.
Sebagai lulusan teknik sipil, Lee Jooheon memulai pekerjaannya di bidang konstruksi. Selain itu ia juga mengambil beberapa kerja paruh waktu agar ia bisa mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk membangun usaha kontraktor nya sendiri.
Namun siapa sangka, uang yang susah payah Jooheon kumpulkan dibawa lari oleh teman yang katanya akan membantu Jooheon mewujudkan mimpinya.
Jooheon tidak bisa meminta tolong kepada orang tuanya, begitupun ia terlalu malu untuk mengiba bantuan pada mertuanya. Maka dari itu, Jooheon bekerja dua bahkan tiga kali lebih keras dari sebelumnya hingga ia melupakan seseorang yang memegang peranan penting di dalam hidupnya.
Im Changkyun, atau lebih tepatnya Lee Changkyun.
Jooheon melupakan eksistensi Changkyun sebagai istrinya dan malah menganggap keberadaan Changkyun sebagai beban.
Belum pula masalah perekonomian mereka terselesaikan, Changkyun datang dengan kabar bahwa ia tengah mengandung janin berusia 1 bulan.
Kala itu, Jooheon yang masih muda dengan pemikiran yang belum stabil pun meluapkan emosinya dengan bermacam kalimat yang tidak layak didengarkan.
"Bayi siapa yang kau kandung itu?"
Changkyun hanya bisa mematung mendengar pertanyaan dengan nada dingin dan menusuk itu. Lelaki manis itu paham akan situasi suaminya namun ia tidak bisa membantu banyak karena Jooheon melarangnya untuk ikut bekerja. Tapi apakah kalimat pertanyaan seperti itu pantas disampaikan setelah adanya kabar yang membahagiakan?
"Apa kau perlu mengatakannya seperti itu? Tentu saja ini anakmu!"
"Benarkah?? Aku bahkan terlalu sibuk mencari uang di luar sana dan tidak pernah menyentuhmu! Atau jangan-jangan selama ini kau bermain di luar sana sementara aku bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhanmu?!"
Changkyun tertegun. Ia mengerti bahwa suaminya ini lelah. Ia mengerti beban pikiran suaminya itu menumpuk bahkan mungkin sudah menggunung. Tapi apa perlu dilampiaskan padanya yang tidak tahu apa-apa?
Tanpa membalas, Changkyun beranjak menuju kamarnya dan mengunci pintunya dari dalam. Sementara Jooheon malah mendengus kasar kemudian beranjak meninggalkan rumah kecil pemberian orang tuanya.
Meninggalkan sang istri yang hatinya sedang dalam kondisi rapuh.
***
Semenjak pertengkaran mereka, Jooheon menjadi sangat jarang untuk pulang. Ia semakin menyibukkan diri untuk mengumpulkan uang dan memenuhi ambisinya sementara Changkyun harus melewati kesulitan menghadapi kehamilan pertamanya seorang diri.
Merasa tidak mungkin terus menerus mengandalkan Jooheon, Changkyun pun mulai mengambil pekerjaan paruh waktu ditengah-tengah jadwal kuliahnya. Untung saja ia mendapat pekerjaan di sebuah minimarket dengan pemiliknya yang sangat baik dan lagi kuliahnya pun sebentar lagi akan selesai.
Semuanya Changkyun lalui seorang diri.
Disaat suami lain akan senantiasa menemani sang istri dikala rasa mual menyerang di pagi hari, Changkyun harus melaluinya seorang diri. Memuntahkan isi perutnya hingga tubuhnya lemas dan berkeringat tanpa ada sosok suami yang menopangnya.
Disaat suami lain akan berusaha meminta ijin pada boss mereka untuk menemani istri mereka check-up kandungan, duduk di ruang tunggu sambil mengusap perut istri mereka, maka Changkyun hanya bisa menjadi penonton dengan tangannya mengusap perutnya sendiri.
Disaat suami lain akan rela bangun ditengah malam karena istri mereka mengidam, Changkyun harus mati-matian menahan keinginannya sambil menangis dalam diam dengan gigi yang sibuk menggigit bantal untuk meredam tangisannya.
Disaat suami lain akan menemani istri mereka saat persalinan, memberikan semangat berupa kecupan penuh sayang di kening, maka Changkyun harus melalui semuanya sendirian, menguatkan diri sendiri demi melahirkan putra mereka ke dunia.
Belum cukup penderitaan Changkyun selama ini, di saat ia berhasil melahirkan putranya, ia mendapat kabar bahwa ternyata selama ini ada dua nyawa yang dititipkan padanya. Namun karena faktor kelelahan, kekurangan nutrisi dan sebagainya, salah satu bayinya tidak dapat berkembang dan meninggal di dalam kandungan bahkan saat ia masih berupa seperti biji kacang merah.
Changkyun menangis sejadi-jadinya sambil mendekap putranya yang berhasil selamat, menggumamkan ribuan kata maaf karena tidak menyadari keberadaan anaknya yang lain dengan perasaan bersalah karena tidak dapat menjaga saudara kembar putranya itu.
Bahkan disaat-saat terberat di dalam hidupnya, Jooheon sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya dan malah sibuk dengan pekerjaannya seperti yang ia lakukan selama 8 bulan belakangan.
Dan disaat kabar tentang salah satu putranya meninggal, Jooheon kalap. Ia memaki Changkyun yang bahkan masih dalam kondisi pemulihan pasca operasi, berkata bahwa lelaki manis itu tidak becus merawat putra mereka -yang dulunya bahkan tidak diakui oleh Jooheon-, tanpa menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan terbesar di dalam hidupnya dengan menorehkan luka yang tidak akan bisa disembuhkan pada hati belahan jiwanya.
Semenjak hari itu, tiada hari tanpa pertengkaran di antara keduanya dengan Changkyun yang selalu memilih untuk mengalah.
Namun Jooheon seakan tidak pernah puas dengan satu pertengkaran dan selalu menyalahkan serta memojokkan Changkyun.
Berujung dengan Jooheon yang meminta sebuah perceraian tanpa menyadari apa kesalahannya.
So... ini alasannya mereka cerai.
Menurut kalian, Changkyun terlalu pemaaf gak sih dengan kesalahan Jooheon di masa lalu yang kayak gini?
:')
Kalo menurut kalian, Jooheon belum pantas dimaafkan, ceritanya gue bikin panjangan lagi dikit.
Kalo maunya begini ya sudah~
Ehe~Btw, ini update terakhir hari ini yaa, besok sama lusa mungkin kagak up karena sibuk , hehe
![](https://img.wattpad.com/cover/255164350-288-k819940.jpg)