"Apa yang hyung lakukan disini?"
"Ah, aku tadi mengunjungi rumahmu dan ibumu bilang kalian ke Seoul jadi aku menyusul kemari. Ada apa? Apa ada masalah?"
Wonwoo menatap Mingyu kemudian menghela nafas pelan. "Sebenarnya..."
"Wonwoo! Mingyu!"
Tiba-tiba Changkyun membuka pintu kamar rawat Jooheon dengan wajah berbinar. "Jooheon sudah sadar!"
Mingyu segera beranjak untuk memanggil dokter sementara Wonwoo menjadi sasaran pelukan erat dari Changkyun, membiarkan Brian yang hanya bisa terdiam dalam kebingungannya sendiri.
***
"Kau!"
Changkyun menatap Jooheon dengan tajam (meskipun mau dilihat dari segi manapun sama sekali tidak menyeramkan dan malah sebaliknya) sedangkan Jooheon sedari tadi tidak melunturkan senyumnya semenjak ia membuka mata dan menemukan keberadaan Changkyun di dekatnya.
"Aku merindukanmu." Bisiknya pelan membuat Changkyun hampir saja luluh jika tidak teringat tujuan awalnya adalah untuk memarahi Jooheon.
"Ish! Bukan itu yang kumaksud!"
"Lalu apa hm?"
"K-kau... Kenapa minum sebanyak itu? Lalu merokok? Kau tahu kan aku tidak suka melihatmu merokok!"
"Buktinya kau datang sekarang."
"Huh?"
"Aku sengaja melakukannya. Melakukan semua hal yang tidak kau sukai agar kau datang padaku dan memarahiku seperti sekarang. Lihat... Bukankah rencanaku berhasil?" Goda Jooheon diikuti kekehan di akhir kalimatnya.
Namun Changkyun sedang tidak ingin bercanda sekarang. "Kau pikir ini lucu??"
Jooheon terdiam dan menatap Changkyun yang menundukkan kepalanya dengan bahu bergetar.
"Apa kau tahu bagaimana khawatirnya aku saat menghubungimu kemarin?? Lalu bagaimana jika aku tidak menghubungimu?? Bagaimana jika baby tidak memintaku untuk menghubungi daddy-nya?! Kau pikir apa yang kau lakukan Lee Jooheon?!"
Jooheon tersentak mendengar satu kata dari sekian banyaknya kata dari kalimat yang Changkyun lontarkan.
"B-baby?" Mata Jooheon kemudian terpaku pada perut Changkyun yang membesar di balik mantelnya.
"Hiks... U-untung saja baby merindukanmu. Hiks..."
"K-kyun... I-itu... Uri baby?"
"Eung."
Jooheon membuka kemudian menutup kembali mulutnya, tidak tahu harus berkata apa. Bagaimana bisa ia tidak sadar jika selama ini mual muntah yang dialaminya adalah karena Changkyun sedang hamil?
"K-kenapa tidak mengatakannya padaku?" Lirih Jooheon.
"K-karena waktu itu... Kau bilang kau menghamili Soo Ji." Changkyun semakin menundukkan kepalanya. "Kupikir aku bahkan pernah melalui ini sendirian sebelumya, jadi aku pasti bisa melewatinya sekali lagi, tapi tidak dengan Soo Ji."
"Bodoh. Kenapa tidak pernah memikirkan dirimu sendiri eoh? Lalu apa kau juga tidak memikirkan perasaanku dengan menyembunyikan keberadaan baby?"
Changkyun mengangkat kepalanya dan matanya semakin memanas saat melihat mata memerah Jooheon.
"Apa aku benar-benar seorang ayah yang buruk?" Jooheon terkekeh miris. "Aku bahkan menelantarkan kedua anakku."
Changkyun menggeleng kuat. Bagaimana bisa Jooheon menyalahkan dirinya sementara Changkyun yang memilih untuk menjauh dan merahasiakan perihal kehamilan keduanya dari sang ayah?
"Joo... Maaf, aku..."
"Jangan meminta maaf Kyun. Kau... membuatku merasa semakin buruk dengan permintaan maafmu." Jooheon kemudian berbalik dan memunggungi Changkyun. "Maaf, tapi bisakah kau tinggalkan aku? Aku... ingin sendiri."
***
"Bagaimana?" Tanya Wonwoo begitu ia melihat Changkyun keluar dari kamar rawat Jooheon dengan kepala tertunduk lesu.
Changkyun menggeleng pelan. "Dia... marah padaku."
Wonwoo menghela nafas kemudian mengajak Changkyun untuk duduk. "Kurasa dia sedang butuh waktu Kyun." Ucapnya berusaha menenangkan Changkyun.
"A-aku menyesal Won... K-kupikir aku akan bisa melewatinya, sama seperti saat kehamilan Chan dulu, tapi..." Changkyun menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan menumpahkan air matanya.
Wonwoo terlihat menggigit bibir bawahnya, ragu apakah ia harus memberitahukan informasi yang baru saja ia terima dari Mingyu.