Jooheon sudah duduk dengan tenang di ruang VIP restoran AB meskipun waktu masih menunjukkan pukul 6 sore. Dia hanya terlalu bersemangat setelah mendengar cerita Hoshi yang berkata bahwa Changkyun mau rujuk kembali dengannya.
Pintu ruang VIP itu diketuk dan Jooheon sudah berharap banyak bahwa Changkyun yang datang namun ternyata bukan.
"Ternyata itu benar kau. Kupikir aku tadi salah lihat."
Jooheon ingin sekali mengusir wanita yang dulu pernah menjadi mantan kekasihnya semasa sekolah, namun ia teringat akan ajaran sang ibu untuk tidak memperlakukan wanita dengan kasar.
"Kau sendirian?"
"Sedang menunggu seseorang."
"Belum datang kan? Aku akan menemanimu disini."
Belum juga Jooheon mengijinkan, wanita itu sudah mendaratkan bokongnya di kursi sebelah Jooheon.
Dasar wanita tidak tahu diri! Maki Jooheon di dalam hati.
Jujur saja, Jooheon bahkan tidak mengingat siapa nama wanita di sampingnya apalagi dengan cerita-cerita kenangan yang wanita itu ucapkan, Jooheon sama sekali tidak ingat karena itu bukanlah sesuatu yang penting di dalam hidupnya.
Jooheon terus saja melirik jam tangannya, mengabaikan ocehan tidak bermutu wanita di sampingnya.
"Jooheon! Kau tidak mendengarku ya??"
Jooheon menghela nafas, memiringkan duduknya bermaksud untuk mengusir wanita itu secara halus, namun siapa yang menyangka bahwa wanita itu tiba-tiba menarik kerah kemeja Jooheon dan menciumnya tepat di bibir dan bersamaan dengan itu, pintu ruang VIP terbuka, menampilkan Changkyun yang langsung lari beberapa detik kemudian.
Jooheon mendorong kasar wanita itu. Persetan dengan ajaran sang ibu, wanita di hadapannya ini sudah melewati batas kesabarannya.
"Dasar jalang!" Maki Jooheon sebelum berlari keluar dan menyusul Changkyun. Beruntung saja lelaki manis itu masih berada di depan restoran, sedang mencari taxi namun tidak ada satupun taxi yang mau berhenti di depannya.
Mungkin ini adalah kesempatan yang Tuhan berikan untuk Jooheon?
Segera ditariknya lelaki manis itu menuju mobilnya dan menjalankannya menuju apartemen milik Jooheon.
Changkyun sendiri sudah terlalu lelah untuk sekedar memberontak dan membiarkan saja Jooheon membawanya kemanapun.
Sesampainya di apartemen, Jooheon mendudukkan tubuh mungil Changkyun di atas sofa dan lelaki Lee itu langsung berjongkok di hadapan mantan istrinya sambil menggenggam kedua tangannya yang terasa dingin.
"Maafkan aku. Tadi itu hanya salah paham sayang."
Changkyun menggeleng dengan pandangan kosong. "Kita bukan siapa-siapa, jadi kau tidak perlu menjelaskan apapun padaku."
"Tapi- argh! Aku menyesal, sungguh! Seharusnya aku mengusirnya dari awal. Aku sungguh tidak tahu dia akan berbuat senekad itu, Kyun. Percaya padaku ya?"
Changkyun hanya diam, menatap tangannya yang terasa dingin, namun anehnya ia merasa hangat karena Jooheon menggenggamnya.
"Jooheon-ah..."
"Ya?"
"Kurasa... aku telah salah menaruh harapan padamu... Pada kita..."