Hari Sabtu siang, Changkyun kembali terpaksa mengikuti Jooheon yang mengajaknya ke mall dengan alasan ingin membelikan hadiah untuk Chan sebagai balasan untuk gambar yang Chan berikan padanya.
Chan sendiri sedang 'dipinjam' Hoshi untuk pergi dengan Jihoon karena lelaki mungil itu tidak mau jika hanya pergi berdua dengan Hoshi.
"Chan butuh apa?"
"Tidak ada."
"Baju baru? Celana baru?"
Changkyun merotasikan bola matanya. "Kau baru membelikan baju dan celana minggu lalu."
"Benarkah? Kalau begitu mainan baru?"
Changkyun menggelengkan kepalanya. "Chan tidak suka mainan."
Memang benar, diusia yang baru 4 tahun, Chan memang tidak suka bermain. Balita gembil itu lebih suka berinteraksi dengan manusia daripada bermain sendiri.
"Kalau kau? Kau suka apa?"
"Kau mau membelikan hadiah untuk Chan atau untukku?"
"Dua-duanya sih."
Changkyun mendengus pelan. "Lebih baik kau simpan saja uangmu untuk keperluan lainnya."
Tapi Jooheon sama sekali tidak menanggapi ucapan Changkyun. "Bagaimana dengan peralatan gambar? Kulihat Chan suka sekali menggambar." Tanyanya sambil melihat-lihat perlengkapan menggambar.
"Tidak perlu. Chan baru saja mendapat peralatan menggambar dari seseorang."
"Seseorang? Siapa?"
"Penghuni baru apartemen di sebelahku."
Jooheon mengerutkan keningnya tidak suka. "Jangan menerima pemberian orang asing begitu saja. Itu berbahaya." Tangannya mengambil sebuah buku sketsa kemudian menunjukkannya pada Changkyun.
"Kenapa memangnya? Kau cemburu?" Changkyun mengambil buku sketsa itu dari tangan Jooheon dan melihat cover-nya.
"Memangnya dia lebih tampan dariku?"
Changkyun hanya menggumam seadanya membuat Jooheon makin memicingkan matanya.
"Jangan bilang kau menyukainya?"
"Apa yang kau katakan?" Changkyun menghela nafas kemudian menatap Jooheon. "Yang memberikan peralatan menggambar untuk Chan adalah seorang pria tua seumuran ayahmu yang artinya pantas menjadi kakek-nya Chan."
Jooheon menghela nafas lega. "Kukira tetangga barumu adalah lelaki muda yang tampan, tapi tentu saja tidak ada lelaki lain yang setampan diriku." Kata Jooheon penuh kepercayaan diri.
"Chan lebih tampan darimu." Sahut Changkyun sambil memasukkan buku sketsa pilihan Jooheon ke dalam keranjang. Kebetulan buku sketsa miliknya hanya tersisa beberapa lembar saja dan ia membutuhkan yang baru.
"Pengecualian untuk jagoanku, tentu saja."
"Eoh? Changkyun-ssi?"
"Mingyu-ssi?"
"Sayang, dia siapa?"