Wirasaksena -24-

10K 1.6K 155
                                    

Acara memuakkan itu pada akhirnya selesai tepat pukul satu pagi. Tolong mata Nathan bahkan beberapa kali terpejam.

Kepalanya pusing karena kantuk pun dengan tiga lainnya yang sama-sama lunglai. Sesekali menggeleng mengusir kantuk.

"Ini yang nyetir siapa ?? Gue gak kuat"

Chandra berujar sesaat setelah mereka tiba dihadapan mobil Juna. Yang memang sengaja dia bawa karena tau saudaranya akan pulang ke rumah mereka bukan ke rumah orang tua masing-masing.

"Gue aja sini"

Zayn mengambil kunci dari tangan Juna.

"Nana suruh di belakang aja sama Juna biar nanti bisa nyender. Chan Lo di depan bareng gue"

Chandra mendengus, sungguh dia kadang merasa Zayn pilih kasih. Dia juga mengantuk sama seperti Nathan tapi tak pernah ada yang peduli sepertinya. Sedih.

"Yaudah iya"

Kemudian keempatnya mengarungi malam—pagi buta— menuju rumah mereka.

🥀🥀🥀

Sampai di rumah mereka menyeret tubuh. Kompak berjalan ke arah kamar Nathan.

"Loh loh apa-apaan ??! Kok pada kesini ??"

"Udah jangan banyak bacot"

Chandra menyeret Nathan masuk ke kamarnya. Kemudian menggelepar langsung di kasur besar Nathan.

"Ahh jangan pada tidur disini dong!!"

"Udah Na sini"

Zayn melambaikan tangan, menepuk kasur kosong di tengah.

Nathan mendengus melepas jasnya jemudian turut beringsut. Tidur diantara Zayn dan Chandra.

Juna yang baru masuk menepuk keras pundak Chandra.

"Jasnya buka dulu nanti sesak"

Chandra mendengus tapi tak urung menurut. Membuka jasnya dan melemparnya ke sembarang arah. Juna hanya memutar mata malas. Mendorong Chandra menjauh kemudian.

"Gue di sebelah Nana"

Chandra yang memang sudah sangat mengantuk hanya bisa pasrah tubuhnya di seret ke tepi kasur.

Kembali melanjutkan mimpi yang tertunda. Keempatnya berdesakan. Tanpa sadar malah saling memeluk satu sama lain. Biar saja. Sudah lama mereka tak melakukan ini lagi.

🥀🥀🥀

Nathan sepertinya adalah sosok yang bangun pertama kali. Melirik jam dinding dikamarnya yang menunjukkan pukul sebelas siang.

Bukannya bergegas bangun dia malah semakin beringsut. Menggesekkan wajahnya di punggung Juna.

Melingkarkan tangannya ditubuh Juna pun dengan kakinya yang menindih kaki Juna. Sungguh jika Juna dalam keadaan sadar mungkin dia akan mendapat jeweran pedas di telinga.

Tapi sepertinya memang Nathan tidak diberikan waktu tenang lebih lama. Saat bel rumah berbunyi nyaring. Benar-benar sebuah alarm yang mengganggu.

Dia berbalik kemudian menghadap Zayn. Mengguncang tubuh Zayn dengan brutal.

"Hmm??" Suara serak Zayn terdengar. Membuat Nathan yang masih saja memejam itu berdehem sejenak.

"Ada tamu"

"Hng"

Zayn hanya melenguh kemudian berbalik memunggungi Nathan.

"Nooo ada tamu"

Wirasaksena ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang