Wirasaksena -4-

12.9K 1.9K 106
                                    

Setiap orang punya kekurangan. Semua orang tau akan hal itu.

Tapi jelas tidak semua orang bisa menerima kekurangan selapang itu. Mungkin memang dia menerimanya tapi orang lain belum tentu. Cibiran cibiran bisik mengejek tentu adalah pemicu dari semua.

Membuat hati mengecil. Nyali menyiut.

Dan Chandra sedang mengalaminya. Tidak sekali dua kali dia dengar banyak orang membandingkan dirinya dengan saudara-saudaranya. Bahkan kakeknya sendiri pun melakukannya.

Dan tak ada yang lebih menyakitkan dari fakta itu.

"Hah"

Dia membuang nafas keras. Menatap fotonya bersama ketiga sepupunya.

Kompak mengenakan hoodie. Itu diambil saat mereka pertama kali menempati rumah mereka yang sekarang.

Ditatapnya satu persatu. Juna tampak bagus dengan hoodie biru tuanya. Nathan tampak bersinar walau hanya dengan hoodie putih sederhana. Dan terakhir dia menatap Zayn yang tampak tampan walaupun posenya tampak aneh sendiri.

Dan terakhir dia menatap gambar dirinya. Dengan hoodie hijau dia tampak kusam. Dia mendesah kemudian. Memotong foto itu dengan dia yang terpisah sendiri.

"Begini tampak lebih baik"

Kenapa sulit sekali hanya untuk mengangkat kepala tegak dan tak memperdulikan apa kata orang ??

Chandra benar-benar ingin jadi seperti Juna yang bodo amat dengan suasana sekitar. Atau paling tidak dia ingin seperti Mark yang bisa berbaur bebas.

Dia ingin jadi orang lain saja. Dia tidak menyukai dirinya.

🥀🥀🥀

Juna tidak pernah berfikir bahwa setiap orang mampu menerima perbedaan. Dia mengerti banyak orang belum mampu melakukannya. Termasuk dirinya.

Juna tidak suka saat seseorang melakukan hal diluar prediksinya. Baginya apa yang dia rencanakan harus tepat. Tidak meleset sedikit pun.

Tapi yah mau bagaimana lagi tidak semua manusia berfikir seperti dirinya. Ingin memaksa merekapun juga tak punya hak. Jadi yang bisa dia lakukan adalah diam dan mencibir dalam hati.

"Ini baguskan sayang ??"

Suara Winda, mamanya menggema ditelinga. Disodorkannya salah satu baju kehadapan.

"Ma, aku ingin pulang. Banyak yang akan aku kerjakan. Dan mama menghancurkan semua jadwal yang sudah ku buat hari ini"

Winda didepannya hanya memutar mata malas.

"Ayolah Jun. Kamu kira mama tidak tau yang kamu lakukan hanya pulang dan berbaring ?? Temani mama sesekali tidak masalahkan ?"

Juna mendengus semua yang dikatakan Mamanya benar jadi ya mau mengelak bagaimana lagi. Dia kalah.

"Bisa mengajak Papa dan Leo kan ??"

"Mereka berdua tidak asik hanya ingin bermain saja"

Juna tak lagi menanggapi karena perhatiannya sudah tersedot pada jejeran hoodie putih digantungan toko.

"Wah bagus" ucapnya. Melihat-lihat hoodie itu dengan seksama kemudian terbayang wajah sepupunya.

"Oh untuk Nana dan Jeno sepertinya bagus" dia mengambil tiga menyerahkannya pada mamanya.

"Banyak sekali Jun"

"Untuk Nana dan Zayn juga"

Winda mengernyit. Menatap bingung pada putra sulungnya.

Wirasaksena ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang