Hari ayah
Setiap tahunnya Nathan selalu melakukan ini. Menjadi volunteer untuk anak-anak di berbagai belahan dunia, dibawah naungan Unicef. Tepat di hari ayah.
Mereka berdua, Agung dan Nathan selalu melakukan ini berdua saja. Bukannya tak ingin mengajak Jeff untuk ikut serta. Hanya saja Jeff punya begitu banyak kesibukan bahkan di weekend sekalipun. Jadilah hanya mereka berdua yang melakukannya.
"Lelah ??"
Nathan mendongak kemudian menggeleng pelan.
"Gak kok"
Agung mendengus mengangkat rambut yang menutupi kening Nathan agar wajahnya tampak jelas.
"Seriusan ?? Mukamu merah sekali"
Nathan mengangguk, merebut begitu saja botol air mineral dari tangan ayahnya.
"Bagi minum. Haus"
Agung diam ikut duduk di sebelah putranya. Tangannya mengacak rambut Nathan dengan gemas.
"Jika lelah kita balik ke hotel saja yuk ??"
Nathan menghela nafas.
"Tidak apa-apa Papa, sungguh"
Agung mengangguk saja, memperhatikan putranya dalam diam.
Ngomong-ngomong saat ini mereka ada di Vietnam. Panas sekali disini. Yah Jakarta panas sih tapi disini panasnya naik beberapa derajat. Membuat wajah Nathan yang putih menjadi merah.
"Kamu sekarang banyak kemajuan ya. Papa senang"
Nathan terkekeh, mengangkat poninya yang lagi-lagi jatuh menutupi keningnya.
"Tentu saja. Untuk apa satu tahun bolak balik ke psikiater kalau tidak ada kemauan maju dari diri sendiri ?? Papa sendiri loh yang bilang"
Agung terkekeh pelan, merangkul bahu sang putra.
"Papa bangga. Putra papa mampu melawan ketakutannya. Mampu melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang lebih positif"
"Dan lagi, putra kecil Papa sudah begitu mandiri. Ikut BEM segala lagi. Aktif sekali berorganisasi sepertinya"
Nathan tertawa. Dia juga bingung kenapa bisa-bisanya dia mendaftar BEM. Tapi tak apalah. Tidak buruk juga.
Dia bisa belajar begitu banyak hal. Belajar menjadi lebih rendah hati. Belajar berorganisasi, membaur dengan manusia lainnya. Dan juga belajar melihat sesuatu dari sudut pandang yang lebih baik.
Baiklah, Nathan berani katakan bahwa dia juga begitu bangga pada dirinya sendiri. Dia mampu menghadapi setiap ketakutan yang membelenggu hati dan pikirannya sejak dulu. Dia berhasil keluar dari mimpi buruknya.
"Papa"
"Hm?"
"Terima kasih"
"Untuk ??"
"Jadi papa yang terbaik buatku"
Agung tersenyum. Mengelus pelan kepala putranya dengan sayang.
"Terima kasih juga sudah jadi putra papa yang begitu membanggakan"
Lalu hari itu ditutup dengan pelukan hangat sebagai hadiah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wirasaksena ✓
FanfictionSepupu gue gak ada yang waras. semua sakit jiwa. - Nathaniel Wirasaksena 🏅#1- Jaemin pada masanya 🏅#2- 00l pada masanya