Wirasaksena -19-

10.1K 1.6K 124
                                    

Juna dan Chandra itu sebenarnya dekat. Dekat sekali. Hanya saja keduanya punya cara penyampaian yang berbeda dari manusia normal lainnya.

Saat yang lain memuji untuk apresiasi maka keduanya lebih memilih meledek satu sama lain. Saat yang lain akan saling merangkul saat berjalan bersama mereka malah saling mendorong.

Yah aneh memang. Tapi menggemaskan. Juna akan berpura-pura tidak peduli padahal nyatanya dia akan jadi yang terdepan saat Chandra kesulitan.

Pun dengan Chandra. Dia selalu menganggu Juna. Dalam bentuk godaan-godaan sederhana yang kadang dihadiahi pelototan juga teriakan penuh amarah. Tapi percaya pada Chandra, Juna yang tengah marah itu jauh lebih menggemaskan.

Tampak seperti bayi yang baru bisa mengomel. Lucu.

"Ah gue merinding sialan" Juna menggeplak kepala Chandra dengan keras saat mereka duduk berdua di ruang keluarga sehabis kelas.

Juna geram. Chandra dari tadi cengengesan tidak jelas. Membuat Juna benar-benar merinding. Takut-takut bahwa sebenarnya di rumah ini ada isinya dan malah masuk ke tubuh Chandra.

"Apasih Lo!! Gue lagi seneng ini"

"Jangan senyum-senyum!! Gue ngeri!"

Bukannya berhenti Chandra malah semakin melebarkan senyumnya. Beringsut mendekat pada Juna yang sedang membaca. Meletakkan tangannya di atas buku agar atensi Juna teralih padanya.

"Tebak gue seneng kenapa ??"

Juna tampak berpikir sebentar.

"Om Surya beliin Lo sepatu baru"

Chandra melotot menggeplak kepala Juna.

"Itu udah lama dodol!! Yang hari ini !!"

"Hng gak tau"

Chandra cengengesan lagi. Menutup mulutnya. Malu-malu kucing. Benar-benar pantas di tampar sendal.

"Mark bilang gue adeknya tau"

"Lah kan emang ??"

"Ihhhh Lo mah gak paham! Ini si Mark bilang langsung "nah gini baru adek gue" gitu. Aduuuuh senangnya"

Juna memutar matanya malas.

"Terus gue harus gimana ?? Syukuran ?? Potong kambing ?? Ya nggak kan??!"

"Awas minggir" tubuh Chandra terhempas begitu saja saat Juna menarik buku juga mendorongnya menjauh.

Juna badan saja yang kecil. Tenaga seperti badak. Dia bahkan sanggup mengangkat Nathan yang jauh lebih bongsor. Luar biasa.

"Gak asik ah Lo mah. Nanti gue cerita ama Nathan aja, dia pasti tau caranya memberi respon yang baik dan benar tuh gimana"

"Gih sana cepet"

Chandra semakin mencebik mengalihkan pandangan dari Juna menuju televisi yang dari tadi bersuara tapi tidak diperhatikan. Kebiasaan.

Dengan raut wajah kesal dia berkali-kali berdecak membuat Juna terkekeh pelan. Dia masih memperhatikan televisi saat tangan Juna tiba-tiba mengusak rambutnya gemas.

"Kerja bagus"

Kemudian Juna bangkit meninggalkan dirinya yang melongo dan berkedip pelan. Wajahnya memerah.

"Mereka semua pada kenapa sih ??!! Suka banget bikin gue malu!!"

🥀🥀🥀

Zayn benar-benar bahagia. Dalam artian yang sesungguhnya.

Mereka makan siang bersama. Dia, Nathan, Zidan, Sonya, dan Donial. Makan dengan tenang tanpa perdebatan.

Wirasaksena ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang