Wirasaksena -25-

10.1K 1.5K 55
                                    

Ibu. Satu kata untuk perempuan hebat itu.

Ibu. Kata orang adalah cinta pertama putra-putranya.

Ibu. Begitu banyak panggilan dengan arti serupa. Sama maknanya.

Ibu. Zayn gemetar.

Tiga tahun waktu berlalu dan ini adalah pertama kalinya mereka duduk berdua.

Walau hanya senyap. Begitu banyak kata yang tersalur walau hanya dari tatap.

"Kalian memang biasanya pergi belanja bulanan ya ??"

Zayn terkekeh. Menggaruk kepalanya yang tak gatal. Teringat bagaimana ketiga saudaranya saling mendorong meminta izin ke supermarket untuk belanja bulanan katanya.

"Tidak. Mereka memang kadang suka bertingkah aneh"

Jessica mengangguk. Menepuk pelan sofa disebelahnya.

"Kenapa jauh sekali ?? Sini"

Zayn menahan nafas. Langkahnya pelan mendekat kemudian duduk disebelah ibunya.

Ibunya mengapit lengannya. Wangi tubuh ibunya menyeruak. Membuat senyum tipis terbit dibibirnya.

Wanginya masih sama.

"Lama tidak berjumpa. Apa kabar ??"

"Baik ma"

Jessica mengangguk. Meletakkan kepalanya dibahu Zayn. Bersandar pada putra semata wayangnya itu.

"Zayn Mama rindu"

Zayn terkekeh pedih. Kalau rindu kenapa tidak datang ?? Tidak memeluknya lebih awal ??

"Hm"

Jadi yang bisa Zayn lakukan adalah membalas sekenanya.

"Zayn..."

Zayn tersentak saat pergelangan tangan kirinya dielus pelan. Tepat diatas bekas silet-siletan nakal tangannya sendiri.

"Zayn ??"

Buru-buru Zayn sembunyikan tangannya.

"Kenapa ?? Mama mau lihat. Sebanyak apa mama nyakitin Zayn"

"Sini"

Zayn menggeleng, menyembunyikan tangan dibalik tubuhnya.

"Tidak mau"

Jessica mengangguk. Kepalanya masih bertengger dengan manis dibahu lebar Zayn. Menyembunyikan wajahnya disana.

Hangat air mengalir dibahunya membuatnya tersentak. Melirik ke arah ibunya yang sudah menangis. Dalam diam tanpa suara.

"Sejauh apa kita ?? Kenapa kita jauh sekali Zayn ?? Apa benar kita adalah ibu dan anak ??"

"M-mama ?"

"Zayn kita jauh sekali ya"

Zayn diam. Pun dengan Jessica yang turut larut dalam hening.

"Mama yang ninggalin Zayn" lirih Zayn masih mampu terdengar.

"Benar ini salah mama"

Jessica menghapus air matanya. Mengangkat kepala untuk menatap putranya lebih lekat.

"Mama ingin bercerita pada Zayn. Mau dengar ??"

Zayn meneguk ludah. Mengangguk kaku.

"Mama membenci Papamu"

"Dia brengsek"

Zayn tersentak tapi tak mengatakan apa-apa.

"Dia membuat mama jatuh bahkan dari pertama kali bertemu. Tapi sialnya dia tak pernah menatap mama. Dan mama benci fakta itu"

Wirasaksena ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang