Wirasaksena -8-

11.1K 1.6K 113
                                    

Juna hari ini ketar-ketir sendiri. Padahal dia berniat ingin mengerjai Nathan tapi kalau begini ceritanya dia menyerah.

Pasalnya sudah dua hari Nathan tidak mau berbicara padanya. Salahkan dirinya yang terlalu pintar memberikan mobil merah kesayangan Nathan pada orang asing.

"Na"

Tidak didengar. Nathan malah melengos mengambil roti kemudian mengoleskannya dengan asal.

"Dek"

Kali ini Juna mencoba merayu dengan cara paling jitu yang pernah dia tau. Memanggil Nathan dengan suara lembut kemudian mengusap bahunya.

"Maafin ya ??"

"Gak"

Yah Juna sebenarnya tau tidak akan berhasil tapi ya bagaimanapun dia harus mencoba kan.

"Gue beliin lagi deh. Ya ??"

"Na kalau Juna beliin Lo lagi jangan mau dibeliin mini cooper. Murah banget. Juna keenakan ntar. Minta beliin Porsche aja. Yang edisi 911. Beuh " Chandra memanasi dengan jempol ke atas. Cocok jadi sales mobil sepertinya.

"Bacot lu Chan. Adek gue gak kayak lu"

Nathan tampak berpikir sejenak benar juga ya mobil yang dibuang Juna hanya seharga 800 juta. Kalau dia minta Porsche seperti kata Chandra harganya sampai 4 milyar. Wah Chandra memang ya. Otaknya licin soal uang.

"Jangan Na. Udah banyak yang punya Porsche mending-"

"Diem lu Zaynova! Gue cincang ya lu!"

Dua orang lainnya terkikik melihat Juna tampak frustasi membujuk bungsu diantara mereka itu.

"Ya udah ganti mobil gue ya Jun. Pakai Ferarri bagus sepertinya. Yang merah ya"

Mati Juna. Mobil itu harganya 3 milyar. Sepertinya Juna harus mengucapkan selamat tinggal pada dompet tebalnya. Dan halo untuk kemiskinan.

🥀🥀🥀

Sebenarnya Nathan tidak terlalu mempermasalahkan Juna yang seenaknya membuang mobil mini Cooper merahnya. Hanya saja mengingat itu hadiah ulang tahun dari Jeff rasanya sedikit tidak rela.

Bagaimana pun itu adalah mobil pertamanya. Bahkan mobil itu dulu yang dia gunakan untuk belajar menyetir. Tapi kalau difikir-fikir lagi sudah lama dia ingin mengganti mobil tapi Jeff tidak mengizinkan. Kalau begini ceritanya kan dia bisa mengkambing hitamkan Juna.

Memang benar ya setiap sesuatu punya dua sisi. Ada lebihnya dan ada kurangnya.

Dan yang lebih utama lagi adalah dia bisa menebeng di siapapun yang dia mau. Dan tentu pilihannya jatuh pada Zayn. Dia akan memperbudak Zayn sampai pada level Zayn tidak bisa berkumpul lagi dengan Mahesa. Lihat saja.

"Pulang jam berapa ??" Nathan bertanya saat mobil Zayn berhenti tepat didepan gerbang fakultasnya.

"Ah Na nanti gue gak bisa jemput Lo bareng Juna atau Chan-"

"Gak!! Gak mau. Gue pulang bareng Lo pokoknya. Terserah"

Zayn menghela nafas pelan. Berusaha bersabar. Adiknya ini selalu berfikiran negatif tentangnya akhir-akhir ini.

"Gue ada tugas kelompok elah. Udah Lo tenang aja gak bareng Mahesa lagi gue"

Nathan tentu tidak percaya begitu saja. Matanya memicing tajam.

"Janji gak ke club ???"

Dia mengacungkan jari kelingkingnya dihadapan Zayn. Hal kekanakan yang entah kenapa selalu mereka lakukan bahkan diusia sembilan belas.

Wirasaksena ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang