O3. Anak Kecil

651 86 4
                                    

Eka Devano Sebastian.

Nama itu sudah terkenal sekali di kalangan mahasiswa dan mahasiswi jurusan bisnis manajemen bahkan sudah merembet ke jurusan lain. Jika Sadana terkenal sebagai mahasiswa yang pintar dan baik hati, juga Mada yang terkenal sebagai mahasiswa tampan dan kaya, maka Eka terkenal sebagai mahasiswa yang pandai berjualan. Dia bahkan memiliki online shop yang dikelola oleh dirinya sendiri. Tapi anehnya beberapa nilai mata kuliahnya malah tidak bagus-bagus sekali, berbeda kasus jika Eka sudah terjun langsung ke lapangan, bisa dipastikan semua barang dagangan Eka selalu laku terjual. Seolah dia itu memang sudah masternya dalam hal berbisnis.

Selain Eka diakui memiliki kepandaian dalam hal berdagang oleh banyak orang, Eka juga ternyata memiliki julukan lainnya yang dia kantongi. Contohnya itu julukan social butterfly, sebab kenalannya Eka itu ada di mana-mana, bukan hanya dari jurusan bisnis manajemen tapi juga dari jurusan lain. Selain karena memang Eka memiliki sifat yang ramah pada siapa saja dan cenderung easy going tentu saja karena Eka yang memiliki usaha online shop. Yah, bisa dikatakan kenalannya tersebut juga ada yang bermula dari sebatas pelanggan usahanya.

Ngomong-ngomong karena kenalan Eka banyak, jadi tidak heran juga jika Eka sedang kekurangan biaya, Eka sering sekali meminjam uang kepada kenalannya itu. Sekarang pada si ini besok pada si itu. Oleh karenanya juga timbullah sebuah julukan lain yang agak kurang enak didengar. Julukan lain yang Eka dapatkan adalah 'mahasiswa yang hobi pinjam uang'.

Meskipun begitu, tetap saja sih Eka itu lebih sering meminjam uang pada salah satu teman satu gengnya yaitu Mada.

Kenapa Mada? Padahal kan Eka masih memiliki dua teman satu gengnya yang lain. Jawabannya sederhana saja, karena Eka tidak mungkin meminjam uang pada Sadana karena rumah Sadana itu letaknya paling jauh dari rumahnya, dan rasanya tidak enak saja kalau harus meminjam uang pada orang yang memilih untuk bekerja keras sendiri, mencari uang secara mandiri sama sepertinya, apalagi Sadana mencari uang untuk membayar biaya kuliahnya. Dan Eka juga tidak mungkin meminjam uang pada Rhana, sebab Rhana selalu memberikan syarat aneh-aneh yang membuatnya kesusahan.

Jadi kalau kata Eka mah, "pinjem aja ke Mas Mada, paling gue jadi ojek dadakan dia aja" ---simple, tidak ribet seperti syarat yang Rhana berikan.

Karena sudah tahu betul konsekuensi yang harus Eka dapat ketika dia meminjam uang pada Mada. Maka tepat di jam tujuh pagi di hari Rabu yang cerah ini, motor matic Eka sudah terparkir apik di depan gerbang rumah besar keluarga Mada. Tentu saja untuk menjemput Mas Mada yang lagi-lagi motornya disita oleh Ayahnya.

Pengen dimampusin tapi takut gagal dapet pinjaman duit. Hehe...

TIN!

TIN!

TIN!

"ASSALAMUALAIKUM MAS MADA" teriak Eka heboh.

TIN!

TIN!

"MAS MADA WOY BURU KELUAR!" Teriak Eka lagi saat sosok yang dia teriaki tidak kunjung keluar rumah.

TIN!

"MAS—"

"WOY BERISIK!"

Eka mendongakkan kepalanya melihat ke arah balkon salah satu kamar di rumah Mada, di mana di sana terlihat ada sosok paman Mada tengah menatapnya dengan mata menyipit menahan kantuk juga rambut yang kelewat berantakan. Dia hanya memakai kaos putih dan bawahan celana bokser kotak-kotak. Terlihat benar-benar nista, untung tertolong oleh wajahnya yang secara ajaib masih masuk kategori enak dipandang.

[1] ANKARHADA (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang