O9. Oleh-oleh

429 72 1
                                    

Selamat hari Minggu
Happy Reading!!!

---

Rhana mendudukkan dirinya di sisi Sadana setelah dia menaruh dua gelas berisi es teh yang dia pesan tadi ke atas meja. Satu untuknya, dan satunya untuk Sadana.

Terlihat di sana Sadana yang langsung menyeruput es teh yang ia pesan lewat Rhana tadi. Sementara tepat diseberang Sadana ada Mada yang sibuk memakan kue kering dari toples kue yang dibawa Eka yang duduk di sisi Mada atau tepat di seberang Rhana. Ya, mereka sekarang ini sedang berada di kantin FEB, berkumpul tepat setelah kegiatan kuliah mereka selesai.

"Jadi Teh Nana dan keluarganya udah balik ya?" ujar Rhana membuka percakapan yang sebelumnya tertunda lantaran Rhana yang harus memesan minuman. Mada, selaku tetangga Eka yang menjadi saksi bisu kedatangan kakak Eka dan dua ponakan laknatnya langsung menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Rhana.

Eka sendiri tampak mendengus sebal ketika Rhana kembali membahas Nana yang secara tidak langsung mengingatkan Eka pada dua kurcaci kesayangannya Nana itu. Sekaligus mengingatkan Eka bagaimana lelahnya dia menjadi seorang paman yang harus mengurus dua ponakan laknatnya, "iye. Sebel gue" gerutu Eka.

"Asik lah Ka. Lo jadi nggak kesepian. Ada temen main" ujar Sadana yang tidak ditanggapi lebih lanjut oleh yang lain. Sebab diantara empat sekawan tersebut, hanya Sadana yang tidak memiliki saudara kandung. Dia tidak tahu penderitaan Mada, Eka dan Rhana selaku orang-orang yang memiliki saudara kandung di keluarganya. Yah meskipun tanpa dikaruniai saudara kandung pun Sadana seharusnya tahu bahwa yang namanya saudara sekandung tetap tidak menjamin mereka dekat satu sama lain selayaknya Sadana yang begitu dekat dengan tiga sahabatnya.

"Mending kalo Lian sama Alan itu kaya Chandra, ini mereka berdua satu spesies sama Rahes..." ujar Eka mengingat adiknya yang satu itu memiliki kepribadian yang lumayan jahil memang, tapi Chandra adalah tipikal pria yang hangat dan penyayang. Dan sifatnya itulah yang membuat Chandra memiliki batasan dalam bertindak menyebalkan dengan kakak-kakaknya. Sifat semacam itu sudah Chandra miliki bahkan sejak Eka masih hidup serumah dengan Chandra di rumah Abah dan Uminya atau bisa dikatakan sifat itu telah Chandra miliki sejak kecil.

Mendengar nama adiknya disebut-sebut Mada sempat melirik Eka sembari sibuk memakan kue kering yang Eka bawa. Hanya sebatas itu saja, tanpa teguran atau tatapan tidak terimanya, seolah Mada memang tidak masalah sama sekali kalau Rahes disamakan dengan dua kurcaci kesayangan Nana yang salah satunya jahilnya susah dikendalikan dan satunya lagi cengengnya tidak ketulungan. Karena bagi Mada, Rahes adalah perpaduan antara Lian dan Alan, bahkan jauh lebih menyebalkan dari mereka sampai-sampai Dhanu memiliki dendam kesumat tersendiri dengan Rahes. Meskipun begitu bukan berarti Rahes tidak memiliki sifat yang baik, harus Mada akui bahwa Rahes adalah tipikal anak yang penurut dan juga pengertian.

"...Ya intinya bikin kepala gue pusing" lanjut Eka. Eka pun memakan kue kering yang dia bawa yang tadinya akan dijadikan oleh-oleh untuk sahabat-sahabatnya itu. Iya, satu toples untuk tiga sahabatnya. Bukannya pelit, tapi Eka lebih mendahulukan tetangga-tetangganya terlebih dahulu sesuai perintah Nana mengingat Nana itukan lebih dekat pada tetangganya sementara satu toples sebagai sisa pun diberikan untuk Eka dan karena Eka sayang sahabat-sahabatnya alhasil dia berikan pada sahabat-sahabatnya dan berlagak seperti oleh-oleh dari Kakaknya.

Selagi mengunyah kue kering itu tatapan mata Eka pun langsung tertuju pada Rhana yang sedari tadi hanya diam setelah terakhir kali Rhana membahas perihal Nana dan ponakannya. Aneh, biasanya dia itu paling senang kalau ada yang membahas soal kedurjanaan ponakan atau saudara sekandung. Karena catatan kedurjanaan kakak Rhana lebih luar biasa lagi. Intinya sih, Rhana suka ada yang memancingnya untuk bercerita mengenai keluarganya.

[1] ANKARHADA (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang