26. Festival Seni Part 3 (Sebuah Tindakan)

236 53 1
                                    

Arumi menghela napasnya berat sembari menatap punggung Nadia yang perlahan tapi pasti hilang dari pandangannya tergantikan oleh orang-orang yang mulai berdatangan dari arah pintu gerbang.

"Puas kamu?"

Arumi tersentak terkejut mendengar suara wanita yang terdengar begitu asing di telinganya. Dia menggulirkan bola matanya menyapu sekeliling, melihat dengan jelas bagaimana Eka ---yang berdiri tepat di sisinya--- juga teman-teman Eka yang masih syok dengan kejadian tadi bahkan wanita berambut pendek bernama Lucy yang tiba-tiba sudah berada dihadapannya itu terus melirik Arumi dengan sinis, dia terlihat tidak suka dengan tindakan Arumi barusan. Wajar, Arumi bertindak diluar kontrol tadi, dia pasti menganggap bahwa dirinya hanyalah perusak hubungan orang lain terlepas dari apa yang Arumi lakukan hanyalah tindakan spontanitas darinya, dan lagi apa yang dirinya ungkapkan adalah fakta yang sebenarnya bukan karangan belaka dengan niatan buruk di dalamnya. Tidak, Arumi bukan perempuan seperti itu.

"Maksud lo apa ya?" Tanya Arumi pada Lucy.

Lucy berdecih sinis, "gak usah pura-pura nggak tau"

"Pura-pura gak tau apaan sih?"

Lucy menunjuk ke depan sana ke arah perginya Sadana dan Nadia tadi, "Gara-gara kamu Mas Sada jadi sedih. Apa aku harus ngejelasin ke kamu tentang seberapa buruknya tindakan kamu tadi?"

"Bentar, buruk lo bilang?" Tanya Arumi terlihat tidak terima. Lucy pun langsung menganggukkan kepalanya dengan tegas. Arumi tertawa sinis, "gue juga kaget sama kaya lo, dan lagi apa yang gue ucapin ke kalian semua terutama cowok tadi adalah kebenaran"

"Ya oke kebenaran, tapi harusnya kamu ngasih tau semuanya itu dengan cara baik-baik"

Arumi tersenyum sinis mendengar penuturan Lucy, "Cara baik-baik lo bilang? Sekarang lo mikir deh, kalau lo punya sepupu yang udah dijodohin sama perempuan itu dan tiba-tiba aja lo liat perempuan itu pacaran sama cowok lain, gimana perasaan lo? Emosi kan?"

Lucy memajukan bibirnya ke depan kelihatan tidak suka dengan sikap kasar wanita itu. Lucy kan hanya berbicara baik-baik tadi.

"Ya emosi juga, tapi kalo aku jadi kamu aku nggak akan buat suasana menjadi semakin buruk seperti in---"

Rhana memegang lengan Lucy membuat ucapan Lucy terpotong begitu saja. "udah Lu, biarin ini jadi urusan Mas Sada" ujar Rhana.

"Ya tapi gara-gara dia Mas Sada sedih. Harusnya dia bisa kan ngomong baik-baik sama Mas Sada, kasih tau ke Mas Sada kebenarannya pelan-pelan supaya Mas Sada bisa nerima semuanya dengan lapang dada. Nggak begini" mata Lucy memerah dan berkaca-kaca, Lucy mulai merasa sedih. Sadana sudah dia anggap sebagai kakak sendiri, melihat bagaimana Sadana sedih dan kecewa seperti tadi berhasil membuat hatinya sakit dan dalam hal ini Lucy menyalahkan Nadia dan juga Arumi.

"Lu, udah, Arumi juga sama kagetnya kaya kita, wajar dia emosi dan secara nggak kekontrol ngebongkar semuanya" ujar Rhana berusaha memberikan pengertian pada Lucy.

Lucy pun langsung menatap Rhana sebal, "ihhh, kok belain Arumi sih. Kamu nggak liat tadi Mas Sada syok banget... Mas Sada sedih gara-gara dia Rhan..." pekik Lucy emosi bukan main sembari menunjuk Arumi. Bahkan setetes air mata mulai jatuh membasahi pipi Lucy.

Rhana gelagapan, dia jadi serba salah sekarang. Rhana kan hanya tidak mau masalah ini semakin besar, bukannya dia sedang membela siapa-siapa. "nggak gitu kok, udah cup cup jangan nangis ya, maafin aku"

[1] ANKARHADA (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang