Tempat festival sudah dipenuhi oleh mahasiswa-mahasiswi yang datang berkunjung. Tujuh puluh persen dari Fakultas Seni sendiri, sisanya dari fakultas lain.
Lucy dan Rhana kompakan menjajalkan donat Aini dan menjajalkan minuman sesederhana es teh dan es jeruk yang sudah dikemas ke dalam gelas plastik, ini ide Faqih katanya lebih praktis untuk dijual keliling. Yang memberi idenya sih bukannya membantu berjualan keliling malah sibuk dengan urusannya sendiri di stand Eka dan Sadana.
Mereka terlihat begitu menikmati waktu berjualan sekaligus kebersamaan mereka. Lucy dan Rhana dengan heboh menawarkan makanan dan minuman jualan mereka pada orang-orang yang melintas. Bagi Lucy ini adalah pengalaman pertama baginya, meskipun dia sering menjadi waiters di kafe milik Sadana dan kakaknya tapi Lucy akui kalau berjualan secara langsung begini, berteriak-teriak menawarkan makanan dan minuman jualan mereka itu amat sangat sulit.
"Kakak donatnya?" Tawar Lucy pada orang-orang yang melintas.
Rhana menoleh ke arah Lucy yang sekarang sedang cemberut sambil memeluk kotak berisi donat-donat yang mereka jual. Lucy sebal karena teriakannya diabaikan oleh orang-orang, entah kenapa. Padahal Lucy yakin kalau tadi itu dagangan Rhana laku saat dia berteriak-teriak menawarkan dagangan mereka pada pengunjung. Apa karena postur badannya yang tidak semenjulang Rhana makannya orang-orang mengabaikan dirinya. Ugh, Lucy sebal.
Rhana tersenyum tipis mengetahui betul kalau Lucy sedang kesal sekarang, dia juga kelihatannya kecewa karena dagangannya masih banyak, amat sangat berbeda dengan dirinya. Rhana mencolek lengan Lucy, kemudian Lucy menyerongkan badannya ke arah Rhana lantas mendongakkan kepalanya, "apa?" Tanyanya lemas.
"Harus lebih heboh Lucy sayang. Kaya gini nih... DONATNYA DONATNYA, LIMA RIBU AJA MURAH DAN MENGENYANGKAN"
Lucy terbahak mendengar teriakan Rhana, sumpah suara Rhana yang agak serak ketika berteriak terdengar lucu ditelinga Lucy.
Rhana menundukkan kepalanya kembali menatap Lucy yang masih mendongakkan kepalanya menatap ke arahnya. Rhana melempar senyuman penuh percaya dirinya, "Gitu sayang"
Lucy menganggukkan kepalanya patuh, "Gampang itu sih" Lucy pun mengangkat wadah berisi donat Aini tinggi-tinggi, "DONATNYA KAK, DONATNYA, LIMA RIBUAN, MURAH DAN MENGENYANGKAN. YUK DI BELI" teriak Lucy.
Rhana tertawa geli. Lucy terlihat dua kali lipat lebih menggemaskan, suaranya yang sudah sedari lahir imut terdengar lucu ketika dia berteriak begitu ditambah oleh tingkah Lucy yang sekarang mengangkat wadah itu tinggi-tinggi agar orang-orang bisa melihat kearahnya.
"ES TEHNYA KAKAK" teriak Rhana mempromosikan minuman jualan mereka juga.
"ES JERUKNYA KAKAK" teriak Lucy menyahuti Rhana.
Rhana dan Lucy saling berpandangan. Detik setelahnya mereka tertawa geli bersama menertawakan diri mereka masing-masing.
"Kak, beli donatnya satu" ujar salah seorang mahasiswi sambil menunjuk donat dengan parutan keju di atasnya. Lucy pun dengan sigap mewadahi donat itu ke wadah mika kemudian memberikannya pada Mahasiswi itu. Mahasiswi itu menerimanya kemudian membayarnya baru setelah itu dia pergi.
Lucy mengangkat uang lima ribuan ke arah Rhana dengan mulut terbuka lebar, Lucy kelihatan senang sekali, "Dapet lima ribu" ujar Lucy. "Dagangan aku laku, wle.." lanjut Lucy mengejek Rhana karena dagangannya sekarang laku.
Rhana sendiri hanya tertawa gemas saja, "Pacar aku emang pinter ya"
Lucy menganggukkan kepalanya tegas. "Iya dong. Sini-sini aku bantu, biar cepet laku" katanya seolah tengah menyombongkan dirinya, "KAKAK KAKAK ES TEHNYA KAK, ES JERUKNYA JUGA KAK. AYO KAK DIBELI. KASIAN NIH PACAR AKU"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] ANKARHADA (✓)
Fanfiction(SUDAH DI REVISI) Local Fanfiction Cast : Seventeen and Gfriend Friendship | Romance ANKARHADA adalah nama geng yang mereka buat sejak dua tahun yang lalu. ANKARHADA sejujurnya adalah singkatan dari nama panggilan mereka. Sadana, Eka, Rhana dan Ma...