35. Menghilang Lagi

258 55 5
                                    

Mada merapikan semua alat tulisnya dengan sedikit tergesa-gesa tepat saat kegiatan perkuliahannya di hari ini tuntas. Begitu selesai, dia langsung menyampirkan tas selempangnya di bahu kirinya lalu beranjak dari kelas tepat saat Sadana memanggil namanya.

"Mada---"

Sejujurnya Mada masih bisa mendengar panggilan Sadana. Tapi untuk sekarang Mada lebih memilih berpura-pura tidak mendengarnya saja. Sebab Mada yakin Sadana pasti akan membahas soal Lian, Eka dan kejadian penculikan itu. Jujur saja sebenarnya Mada terlalu malas membahas kejadian itu yang malah membuat kepalanya semakin pening karena secara tidak langsung kembali diingatkan oleh hubungannya dengan Eka dan Arumi yang tidak sedang baik-baik saja.

Sekarang Mada hanya ingin fokus menyelesaikan satu urusannya yang belum juga tuntas dari kemarin.

Ya, mencari Riana.

Mada tidak menomorduakan persahabatan apalagi disaat Eka sedang dalam situasi buruk sekarang karena kejadian yang menimpa Lian. Tapi Mada benar-benar sedang tidak ingin mencari masalah dulu dengan Eka.

Mada mengenal Eka sejak sebelum mereka menjalin persahabatan berempat, singkatnya Mada jauh lebih mengenal Eka ketimbang Sadana dan Rhana. Tidak, Mada tidak sedang membandingkan bagaimana hubungan mereka satu sama lain. Mada hanya ingin menegaskan bahwa menghindari Eka adalah salah satu cara untuk membuat Eka tenang dan bisa berpikiran jernih, sama seperti yang Rhana, Sadana dan Eka lakukan ketika mereka sadar akan kemunculan sisi emosional Mada di kala Mada kalut karena kejadian menghilangnya Riana setelah pertemuannya di pasar malam kala itu. Dengan kemunculannya dia di hadapan Eka, atau dirinya mulai mencoba berusaha menjelaskan segalanya pada Eka, Mada yakin usahanya itu akan sia-sia, justru usahanya itu akan menumbuhkan rasa emosional yang baru dalam diri Eka. Jika hal itu benar terjadi, Eka akan semakin merasa marah padanya bahkan mungkin membencinya.

Untuk Sadana dan Rhana sendiri. Dibandingkan menjelaskan konflik diantara keduanya berdasarkan sudut pandang Mada, Mada lebih memilih membiarkan Eka sendiri yang menjelaskan konflik diantara keduanya dengan sudut pandang Eka meskipun nantinya Eka akan menjelaskan betapa buruknya dia sebagai sahabat sekalipun---oleh karena itu dia memilih mengabaikan Sadana tadi. Lagipula Mada yakin kalau Sadana dan Rhana pasti bisa menggunakan sisi kedewasaan mereka untuk menanggapi konflik antara dirinya dan Eka. Mada yakin kalau Sadana dan Rhana bukan sahabat yang hanya memihak sahabat yang menurut mereka benar dan semudah itu menjatuhkan sahabat lainnya yang menurut mereka salah. Mada yakin Sadana dan Rhana akan membantu Eka untuk menenangkan dirinya sendiri dan tidak akan terlalu ikut campur apalagi memanas-manasi konflik diantara keduanya. Ya, Mada mempercayai mereka.

Kembali lagi ke rencana Mada sekarang ini.

Sejujurnya rencananya untuk mencari Riana sudah pernah dia lakukan kemarin. Ketika dia sadar bahwa Riana tidak bisa dihubungi, Mada langsung mencari Riana di sekitar wilayah di mana rumah sakit itu berada. Karena motor Mada ditinggalkan dihutan dan kemungkinan diamankan oleh polisi alhasil Mada harus berjalan kaki. Tanpa motornya ternyata berhasil membuat pencarian yang Mada lakukan menjadi terhambat dan kurang maksimal.

Sampai malam tiba, Mada tidak juga menemukan keberadaan Riana. Hingga tercetus dikepalanya satu tempat yang kemungkinkan besar menjadi tempat di mana Riana berada.

Ya, rumah Papa Riana.

Sayangnya, belum sempat Mada sampai mencari Riana ke rumah Papa Riana, Ayahnya tiba-tiba menghubunginya dan memintanya segera pulang karena polisi tiba-tiba datang ke rumahnya guna mengembalikan motor Mada yang tertinggal di hutan saat itu. Sesuai dugaan Mada.

Sialnya saat dia pulang Mada langsung mendapatkan tamparan keras dari Ayahnya karena Ayahnya mengira Mada telah melakukan satu tindakan kriminal atau kebengalan yang kerap kali dilakukan oleh pria seusianya yang pada akhirnya harus berurusan dengan polisi ditambah saat itu Mada menghadap Ayahnya dalam keadaan babak belur begitu. Makin salah paham lah Ayahnya.

[1] ANKARHADA (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang