Eka menaruh gelas tinggi yang dalam keadaan kosong ke atas meja makan kemudian sibuk menuangkan air dari teko kaca transparan ke dalam gelas tersebut. Tatapan matanya menatap lurus kakaknya yang sibuk dengan laptopnya, dia duduk tepat di seberang Eka. Sejujurnya menemukan Nana sibuk dengan laptopnya begitu juga bukan suatu hal yang aneh, biasanya sih Nana sibuk mencari resep kue di internet atau tutorial-tutorial lainnya. Tapi yang membuat Eka agak sedikit penasaran adalah raut wajah Nana yang agak berbeda. Nana terlihat begitu frustasi dan kesal di waktu bersamaan. Hanya ada dua kemungkinan, Alan dan Lian yang kembali berulah atau memang karena ada masalah besar.
"Kenapa sih Teh? Kayanya pusing banget" tanya Eka. Dia pun tampak menyudahi kegiatannya kala gelasnya sudah terisi penuh dengan air.
Nana mendongakkan kepalanya menatap Eka yang juga tengah menatapnya dengan dahinya yang mengernyit dalam-dalam. Nana pun langsung menunjuk laptopnya, "Pusing Teteh sama laporan keuangan toko oleh-oleh Umi dan Abah"
"Loh, Teteh handle toko oleh-oleh Umi dan Abah juga?" Tanya Eka penuh kebingungan. Setahunya mengurus dua anak saja sudah termasuk kategori sulit dan cukup menyita waktu Nana, kenapa juga Nana repot-repot mengurus keuangan toko oleh-oleh milik Abah dan Uminya yang setahunya juga sudah diatur oleh orang kepercayaan Umi dan Abahnya.
Nana menggelengkan kepalanya dengan tegas, "enggak Eka. Teteh mana bisa coba urus-urus beginian. Urusin dua anak aja bikin pusing"
Eka menganggukkan kepalanya pelan mengiyakan ucapan Nana. Meskipun dia baru beberapa kali menjadi tukang antar jemput Lian ke sekolah tapi tetap saja dia juga merasa pusing dengan tingkah laku ajaib anak-anak Nana. "Terus kok Teteh ngebahas soal begituan?" Tanya Eka.
"Orang kepercayaan Abah dan Umi kan ada dua" Eka menganggukkan kepalanya paham. Kalau itu sih Eka juga tahu. Kemudian Nana kembali menunjuk layar laptopnya yang masih menyala, "...Ini Teteh tuh dapet kabar dari salah satu orang kepercayaan Abah dan Umi, dia kirimin e-mail isinya soal laporan keuangan selama satu bulan ini. Dia bilang dia curiga sama satu orang kepercayaan Abah dan Umi yang urus-urus soal keuangan ini. Katanya untung nggak ada, pengeluaran terus yang ada padahal dia yakin banget kalau pelanggan toko lagi lumayan banyak"
Eka mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali mencerna baik-baik ucapan Nana, "Itu sih korupsi namanya, Teh" ucap Eka dengan mantap. Apa lagi kata yang pas untuk menggambarkan kasus yang Nana sebutkan barusan.
Nana menganggukkan kepalanya pelan setuju dengan pendapat Eka barusan, "iya, tapi Teteh juga takut dia yang justru bohong"
"Teteh jangan mihak ke siapa-siapa kalo gitu. Dua-duanya harus di interogasi" kata Eka berpendapat.
Nana pun langsung menganggukkan kepalanya dengan tegas menyetujui pendapat Eka yang sebelumnya juga akan menjadi langkah yang Nana ambil, "Teteh sih rencananya mau bicara sama Teh Riri dulu, biar Teh Riri yang nindak lanjuti" ujar Nana mengingat Riri tinggal lebih dekat dengan orang tua mereka.
"Ya harus atuh Teh, kalo bisa Teteh ke Bandung sekarang juga" Celetuk Eka. Nana pun langsung melempar gulungan tisu ke arah Eka membuat Eka langsung tertawa geli, "bercanda, Teh"
"Ya lagian kamu sih. Ngaco. Teteh kan sibuk urusin Alan dan Li---" tiba-tiba saja Nana menghentikan ucapannya. Dia menatap Eka dengan kedua matanya yang membulat terkejut seperti baru saja mendapatkan kabar buruk.
Eka sendiri hanya melongo tidak paham. Kenapa juga Nana tiba-tiba menghentikan ucapannya dan memasang raut wajah seperti itu, membuat Eka takut saja. "Kenapa sih, Teh?" Tanya Eka.
"Ih, Eka, Teteh tuh lupa kasih tau kamu ya" pekik Nana.
"Apa sih?" Tanya Eka lagi, masih dengan raut wajah kebingungan. Jawaban Nana barusan belum menjawab segala rasa penasaran Eka tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] ANKARHADA (✓)
Fanfiction(SUDAH DI REVISI) Local Fanfiction Cast : Seventeen and Gfriend Friendship | Romance ANKARHADA adalah nama geng yang mereka buat sejak dua tahun yang lalu. ANKARHADA sejujurnya adalah singkatan dari nama panggilan mereka. Sadana, Eka, Rhana dan Ma...