3O. Tragedy

266 50 1
                                    

(n.) Peristiwa yang menyebabkan penderitaan, kehancuran, dan kesusahan yang hebat, seperti kecelakaan serius, kejahatan, atau bencana alam.

.
.
.
.

Setelah mendapatkan kabar buruk itu Eka dan Arumi segera bergegas menuju TK DOREMI. Mereka akan memulai menggali informasi dari sana.

Beberapa menit kemudian, Eka dan Arumi sampai di tujuan.

Eka tampak menepikan motornya di depan gerbang TK DOREMI yang hanya terbuka selebar setengah meter, terlalu sempit untuk motornya bisa masuk. Eka pun memutuskan untuk menunggu di depan gerbang saja agar tidak membuang-buang waktu. Arumi sendiri langsung melesat masuk ke dalam TK menanyakan soal Naja.

Eka mengetukkan jarinya di atas handlebar motornya dalam tempo cepat menunggu Arumi kembali dengan hati tidak tenang. Jelas saja kabar yang kakak Arumi beritahukan bukan hanya mengejutkan Arumi saja tapi juga Eka sendiri. Eka sudah cukup akrab dengan Naja meskipun baru beberapa kali bertemu. Menurutnya Naja adalah anak yang sangat baik dan ceria, seorang anak laki-laki yang selalu berhasil membuat ponakannya tersenyum. Hati Eka ikut sakit saat tahu kalau ternyata Naja diculik meskipun sampai detik ini Eka masih berharap bahwa berita yang kakak Arumi beritahukan hanyalah sebuah kesalahan.

Eka melambatkan ketukan di atas handlebar motornya itu kala dia tiba-tiba saja mengingat soal ponakannya. Tujuan dirinya repot-repot menghampiri Arumi ke fakultasnya adalah untuk menjemput ponakan mereka bersama-sama bukan sekedar menyatakan perasaannya yang sudah ditolak mentah-mentah oleh Arumi. Kalau Naja betulan diculik lantas bagaimana dengan Lian?

Jantung Eka berdetak dua kali lebih cepat, mendadak dia gugup bukan main. Dengan tangan yang sudah dalam keadaan gemetar Eka mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana jeans-nya. Mengotak-atiknya selama beberapa saat sebelum mendekatkan ponselnya ke depan telinganya.

Tut! Tut!

"Ck, angkat dong Teh" gumam Eka mulai panik. Rangkaian memori buruk mulai tergambar di kepala Eka bagaikan kaset rusak yang berhasil membuat kepalanya pening apalagi saat Nana tidak bisa dihubungi, sungguh perasaan tidak tenang di hati Eka semakin menjadi-jadi sekarang. Eka benar-benar tidak bisa memastikan apakah Lian sudah bersama Nana atau belum.

Tut! Tut!

"Ck" Eka mematikan ponselnya lantaran Nana tidak menerima panggilannya untuk yang kesekian kalinya. Eka pun tampak mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, "oke, tenang Ka, tenang. Lian pasti baik-baik aja, Lian pasti baik-baik aja" bisik Eka mengucapkan kalimat yang sama untuk menenangkan dirinya sendiri. Bagaimanapun juga Eka harus menghadapi ini semua dengan tenang seburuk apapun kenyataannya karena sekarang Eka bersama dengan Arumi yang juga dalam keadaan kalut, kalau Eka tidak bisa mengontrol dirinya sendiri bisa-bisa keadaan akan semakin memburuk. Dalam diam Eka terus berdoa semoga Lian memang sudah dijemput oleh Nana, tidak mengalami nasib seburuk Naja. Karena sungguh Eka tidak bisa membayangkan jika memang Lian memiliki nasib sama seperti Naja. Nana pasti sangat histeris.

Eka memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Dia menggulirkan bola matanya ke arah TK saat Arumi belum juga kembali setelah lima belas menit berlalu. Apa yang sebenarnya dilakukan Arumi di dalam sana?

Eka turun dari motornya berniat menyusul Arumi ke dalam sana, tapi baru juga satu langkah tiba-tiba saja Eka menghentikan langkahnya lantaran tidak sengaja melihat sesuatu yang janggal pada teralis gerbang.

Eka mengernyitkan dahinya penasaran. Dia kemudian berjongkok tepat di depan teralis gerbang itu.

Eka menyipitkan matanya berusaha menebak apa kiranya bercak yang terlihat berbeda dari cat dasar gerbang itu yang berwarna putih. Warna bercak yang terlihat begitu kontras, makannya Eka bisa dengan mudah menyadarinya.

[1] ANKARHADA (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang