Rhana membuka pintu rumahnya tanpa mengetuk atau mengucapkan salam seperti biasanya. Sebab sejak seminggu yang lalu ---sebelum kejadian buruk antara dirinya dan Lucy terjadi--- Rhana memang tinggal sendirian di rumahnya. Angga sibuk dengan urusannya sendiri, tadinya Rhana pikir urusan Angga hanya sebatas main-main ala Angga seperti nongkrong bersama teman-teman band-nya, naik gunung dan sebagainya, tapi ternyata Angga juga sibuk mengurusi perihal KKN. Sepertinya Rhana lupa kalau Angga adalah mahasiswa semester enam. Sementara Bundanya masih di Majalengka, kemungkinan juga akan tinggal di sana lebih lama lagi keluar dari rencana awal yang tadinya akan pulang minggu-minggu ini. Semuanya terjadi karena masalah yang terjadi pada kandungan Nindya. Sementara Ayahnya sibuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang tentara lalu ada Aini yang sejak sebelum dia bertengkar dengan Lucy sudah masuk rumah sakit.
Kebetulan hari ini Aini sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Berhubung satu-satunya keluarga yang bertanggungjawab atas Aini hanyalah Rhana ---bahkan bunda juga menitipkan Aini pada Rhana--- alhasil Rhana jugalah yang harus repot menjemput Aini. Sejak seminggu yang lalu juga Rhana sendiri yang merawat Aini mulai dari saat Aini masuk rumah sakit sampai Aini keluar dari rumah sakit, semuanya diurus oleh Rhana.
"Dek, itu ambil dulu tas Kakak" ujar Aini menitah Rhana. Rhana melirik Aini yang duduk di lantai bersandar pada pintu. Masih pusing katanya. Seharusnya sih tidak serepot itu tapi berhubung tadi Rhana lupa menyimpan kunci pintu dan Aini sudah tidak kuat berdiri alhasil Aini memilih duduk-duduk di lantai, tidak perduli kalau bajunya harus kotor.
"Iya ntar dulu. Kakak istirahat di kamar dulu"
Aini sih hanya menganggukkan kepalanya dengan lemah. Kepalanya terlalu pening kalau harus berdebat hanya karena tas yang tidak seberapa itu meskipun saat sehat ya hal sekecil itu pun bisa dijadikan bahan perdebatan.
Setelah membuka pintu, Rhana langsung membopong tubuh lemas Aini ke dalam rumah. Untung Rhana baik, coba kalau Angga, yang ada Aini sudah ditinggal di depan rumah.
Aini menggulirkan bola matanya ke atas menatap wajah Rhana. Lagi, Aini merasa ada yang janggal dengan Rhana. Sejak tiga hari yang lalu Rhana menjadi lebih pendiam dari biasanya dan entah perasaannya saja atau bukan raut wajah Rhana sekarang itu terlihat murung dan tidak bersemangat. Rhana sepertinya tidak sedang baik-baik saja. Apa karena kelelahan mengurusnya?
"Rhan" panggil Aini.
Rhana menundukkan kepalanya ke bawah.
Puk! Puk!
Aini menepuk pelan pipi Rhana beberapa kali, "muka kamu kok tambah item aja sih" bukannya mengucapkan terimakasih pada Rhana karena sudah merawatnya atau bertanya apa alasan Rhana bersikap berbeda begitu, Aini malah malayangkan hujatan yang berhasil membuat raut wajah Rhana berubah masam. Rhana bahkan mempautkan bibirnya terlihat kesal.
"jatuhin juga nih" gumam Rhana.
"Jangan dong. Kamu mau Kakak masuk rumah sakit lagi?" Rhana menggelengkan kepalanya cepat, sudah cukup kali ini saja Rhana direpotkan oleh kakak galaknya ini. "Makannya jangan aneh-aneh" gumam Aini. Aini pun menyandarkan kepalanya pada dada bidang Rhana saat kepalanya kembali terasa pening.
Plak!
Tiba-tiba saja Aini memukul bahu tegap Rhana. Sontak saja Rhana kembali menghentikan langkahnya. Dia menatap kesal Aini, "Apa sih Kak? Sakit tau"
"Kamu kok bau banget sih. Kamu belum mandi ya?"
"Emang belum" jawab Rhana singkat, padat dan jelas dengan intonasi suara yang amat pelan. Tapi karena Aini memang berada di dekatnya alhasil Aini bisa mendengar ucapan Rhana barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] ANKARHADA (✓)
Fanfiction(SUDAH DI REVISI) Local Fanfiction Cast : Seventeen and Gfriend Friendship | Romance ANKARHADA adalah nama geng yang mereka buat sejak dua tahun yang lalu. ANKARHADA sejujurnya adalah singkatan dari nama panggilan mereka. Sadana, Eka, Rhana dan Ma...