41. All My Love

309 48 14
                                    

Cintaku hanya ini
Tapi hatiku tidak akan berubah, hanya untukmu sayang
Bahkan jika cintaku hanya ini
Aku akan menjadi payungmu di tengah hujan
Aku akan melindungimu sepanjang hari.

---(All My Love - Seventeen)---

.
.
.
.

Hari kesekian Sadana lewati dengan kegalauan yang tiada henti.

Jangan tanya seberapa rindunya Sadana pada Nadia. Bahkan satu lembar kertas pun tidak cukup untuk mencurahkan seberapa rindunya Sadana sekarang ini.

Terakhir kali dia melihat Nadia adalah ketika Nadia tengah bersama Asraf. Setelahnya tidak pernah ada kebetulan yang membuatnya sekedar melihat Nadia dari kejauhan, ya, Sadana sadar dirinya tidak seberuntung Mada yang bisa bertemu orang yang dicintainya hanya karena sebuah kebetulan. Pada akhirnya momen terakhir yang Sadana lihat menjadikannya sebagai kenangan paling buruk yang pernah Sadana miliki.

Ting!

Sadana melirik cepat ke arah ponselnya yang tergeletak di atas meja. Melihat notifikasi dari grup 'Ankarhada' yang justru muncul di layar kunci ponselnya membuat Sadana akhirnya memutuskan untuk mengabaikannya. Toh paling-paling isinya perihal Mada yang katanya bahagia bukan main kembali dipertemukan dengan Riana karena tidak sengaja bertemu di restoran Ayahnya atau Rhana yang menagih kado untuk pacar tercinta, bukan hanya padanya tapi juga pada Eka dan Mada selaku orang-orang yang sekarang lumayan dekat dengan Lucy juga. Sadana bukannya tidak senang atau tidak perduli pada mereka, tapi permasalahan cintanya yang cukup rumit membuat Sadana memilih untuk mengabaikan mereka sejenak. Sebab pesan yang hanya Sadana ingin baca sekarang adalah balasan pesan dari Nadia.

Bisa dikatakan ini adalah usaha pertama Sadana. Mengirim pesan pada Nadia dan memintanya bertemu di sini, di Friends Coffee.

Sadana ingat dia mengirim pesan itu pagi tadi. Tapi sampai sekarang, sampai siang hari pun Nadia tidak kunjung membalas pesannya. Sadana tidak tahu kenapa karena terdapat tanda di pesan tersebut bahwa Nadia sudah membacanya. Apakah Nadia enggan berurusan dengannya lagi atau apa, Sadana tidak tahu. Selama setengah hari ini pun Sadana terus berusaha mensugesti dirinya sendiri bahwa mungkin saja ponsel Nadia mati mendadak karena kehabisan baterai atau permasalahan lainnya yang membuat Nadia tidak kunjung membalas pesannya, semuanya dilakukan agar hatinya tidak terlalu merasakan yang namanya kecewa. Sebab Sadana yakin Nadia pasti mau menemuinya meskipun membawa rasa benci sekalipun.

Sadana menghela napasnya berat. Dia menyandarkan kepalanya pada dinding kafe. Dia berada tepat di sudut kafe, mencoba menjauh dari keramaian dan berharap bisa untuk sekedar menenangkan dirinya dari berbagai kekalutan yang memenuhi dirinya.

"Nad, tolong kasih saya kesempatan... Satu kali lagi aja untuk ketemu kamu" lirih Sadana.

Sadana menggulirkan bola matanya ke kanan menatap ke arah luar jendela restoran, "saya cuma pengen bilang kalau perasaan saya nggak pernah berubah. Perasaan saya cuma buat kamu, Nad"

Sadana memejamkan matanya dengan erat menghilangkan sesak di dadanya yang terasa semakin kentara. Usaha Sadana kali ini bukanlah usaha untuk memutuskan hubungan Asraf dan Nadia. Sadana hanya ingin menyampaikan perasaannya pada Nadia dan melepaskan dia tanpa perlu ada kenangan buruk yang tersisa baik dihatinya maupun dihati Nadia. Ya, tidak pernah terbesit sekalipun di pikirannya perihal rencana untuk menemui Asraf dan memaksanya untuk memutuskan hubungannya dengan Nadia bahkan ketika sahabat-sahabatnya memberikan saran seperti itu sekalipun.

Sadana bukannya takut, tapi Sadana sadar bahwa merubah keputusan orangtua itu sulit dan menjadi jahat dengan merebut Nadia dari orang lain juga sulit. Sadana tidak mampu melakukan hal itu. Jadi, tanpa perlu repot-repot menorehkan luka baru dihati sesiapapun Sadana hanya akan berusaha menerima semuanya dengan lapang dada berharap bahwa ini memang yang terbaik untuk Nadia karena sebagai manusia kita tidak tahu ukuran terbaik untuk orang lain bahkan diri kita sendiri bagaimana. Dan bisa jadi segala yang terjadi antara Nadia, Asraf dan dirinya memang sudah yang terbaik untuk mereka.

[1] ANKARHADA (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang