Sadana mendudukkan dirinya di atas kursi bartender. Kemudian dia menaruh kedua sikunya ke atas meja tersebut. Sementara kedua bola mata jernihnya sibuk menatap ke arah sang Ibu yang sedari tadi sibuk membuat kue tepat di seberangnya.
Selama hampir lima belas menit hanya diisi oleh kegiatan seorang Sadana mengamati Ibunya. Membuat sang Ibu tidak kuasa menahan hasrat ingin bertanyanya. Sadana itu jarang sekali sependiam ini, saat dirasa situasi antara dirinya dan Sadana benar-benar hening dan dingin, Sadana akan selalu membangun pembicaraan yang membuat situasi diantara keduanya hangat meskipun sesederhana menceritakan soal kegiatan yang umum dilakukan oleh Sadana. Intinya Sadana selalu bisa membangun suasana menjadi jauh lebih baik dari suasana 'dingin dan hening'.
Katakanlah dia ini anak Bunda selayaknya Rhana, tapi faktanya memang sosok seorang Ibu bagi Sadana adalah segalanya dan ya Sadana memang semanja itu pada Ibunya. Agak berbeda dengan Mada yang lebih dikenal sebagai anak Ayah dan Eka yang lebih dikenal sebagai anak rantau yang selalu menjadikan Ayah Mada sebagai orangtua keduanya---tanpa seizin Rahes tentunya.
"Mas"
Sadana tersentak terkejut begitu mendengar panggilan Ibunya. Sementara Ibu tersenyum geli meskipun dia tidak akan mengomentari bagaimana raut wajah Sadana tadi. "Kok Mas diem aja?"
Sadana menggaruk kepalanya pelan, dia terlihat seperti orang bodoh sekarang hanya karena menunda-nunda apa yang ingin dia katakan pada sang Ibu karena rasa malu dan takutnya. Akhirnya dia malah terlihat aneh di mata sang Ibu.
Setelah mengatakan kalimat berupa pertanyaan itu pada Sadana, Ibu kembali berkutat dengan kegiatannya. Seolah jawaban Sadana bukan sesuatu yang dia tunggu.
Diam-diam Sadana melirik kembali ke arah Ibunya, lalu dia akan mengurungkan niatannya untuk mengutarakan maksudnya saat sang Ibu balas meliriknya.
"Mas Sada kalo mau ngomong sesuatu bilang aja" ujar sang Ibu yang seketika berhasil membuat Sadana diam-diam meringis malu. Ibunya memang mengenali dirinya lebih dari apapun.
"Bu" panggilnya, pada akhirnya mencoba memberanikan dirinya.
Ibu mendongakkan kepalanya sekilas ke arah Sadana, "Iya Mas kenapa?"
Sadana terdiam selama sepersekian detik. Entah kenapa dia kembali merasa ragu untuk mengutarakan apa yang ingin dia utarakan pada ibunya.
Merasa Sadana tidak kunjung melanjutkan perkataannya. Ibu Sadana pun kembali menaruh atensinya pada Sadana, "kenapa Mas? Kok sekarang diem lagi?"
Sadana melemparkan senyuman malunya, "Eum---Bu" panggilnya lagi.
Ibu Sadana melemparkan senyuman manisnya, "iya" sahutnya kelewat sabar.
Sadana berdeham pelan, "Ehm--gini Bu... hari ini pacar Sada mau ke rumah..." Sadana mengerutkan alisnya sampai ujungnya menyatu terlihat begitu canggung bercampur khawatir kala ucapan yang sejak tadi dia tahan-tahan akhirnya keluar juga dari belah bibirnya, "I-Ibu gimana?"
Ibu Sadana melemparkan senyuman manisnya seketika saat dia mendengar penuturan anak tunggalnya. Mendapatkan respon hanya berupa senyuman dari Sang Ibu membuat Sadana jadi deg-degan begini.
"Ibu kok cuma senyum-senyum aja" tanya Sadana.
"Ya terus Ibu harus bagaimana?" Tanya Ibu dengan santai.
Sadana meringis pelan, kerutan didahinya kembali muncul, "Ya Ibu emangnya nggak apa-apa? Ibu nggak marah gitu sama Mas?"
Ibu mengernyitkan dahinya dalam-dalam, pertanyaan Sadana terdengar ganjal ditelinganya, "Kenapa harus marah? Ibu malah seneng, akhirnya anaknya Ibu mau buka hatinya untuk seorang wanita. Malah sekarang udah pacaran" Ibu Sadana terkekeh geli setelah mengatakan hal itu. Dia tidak bohong bahwa mendapati putranya yang sangat tabu dalam persoalan wanita tiba-tiba sudah memiliki pacar adalah suatu peningkatan yang baik dihidup Sadana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] ANKARHADA (✓)
Fanfiction(SUDAH DI REVISI) Local Fanfiction Cast : Seventeen and Gfriend Friendship | Romance ANKARHADA adalah nama geng yang mereka buat sejak dua tahun yang lalu. ANKARHADA sejujurnya adalah singkatan dari nama panggilan mereka. Sadana, Eka, Rhana dan Ma...