Homerun

7.5K 380 116
                                    

Warning: major character death ⚠️⚠️



Musim panas sudah dimulai, hanya beberapa minggu lagi sebelum sekolah mulai diliburkan karena liburan musim panas. Dan sejujurnya aku tidak menyukai matahari.

"Mau kutemani kedokter hari ini?" Tanya pria disampingku.

Wajahnya sangat cerah karena cahaya matahari bersinar dibelakangnya.

Jeon jungkook, teman masa kecilku.

Lebih jelasnya waktu aku kelas 3 sd keluargaku pindah dari Busan , kami tinggal di daerah kawagoe. Iya kami pindah ke negara dimana matahari terbit, yaitu jepang.

Sejak aku pindah sekolah rasanya sangat berbeda, dari mulai bahasa hingga kebiasaan mereka. Aku selalu berusaha untuk berbaur namun aku yang lemah ini selalu diam dan tidak bisa berteman dengan siapapun. Hingga akhirnya aku bertemu dengan Jeon jungkook di ruang olahraga.

Saat itu dia masih sangat kecil, bola matanya yang bulat dan gigi kelincinya terlihat setiap kali ia tersenyum. Begitu aku melihat wajahnya aku langsung yakin kalau dia itu bukan orang jepang. Begitu juga dengannya, dia langsung menyapaku dan sejak saat itu kami berteman.

Dialah satu satunya orang yang tetap berbicara dengan bahasa korea di sekolahku. Kami selalu bersekolah di tempat yang sama, atau sebenarnya aku yang mengikutinya.

Dia tumbuh menjadi anak laki laki yang sehat, tubuh mungilnya mulai berubah menjadi laki laki bertubuh tinggi dan berbadan bagus. Semua itu karena dia berlatih setiap harinya.

Jeon jungkook memiliki mimpi, dan impiannya adalah menjadi pemain baseball di koushien.

Kali ini juga, sore nanti sepulang sekolah pasti dia latihan di lapangan lagi. Kulitnya semakin coklat karena paparan sinar matahari namun entah kenapa dia terlihat sangat tampan.

Aku menggelengkan kepalaku, tentu saja. Aku tidak boleh mengganggu latihannya, pertandingan antar sma sudah hampir dimulai.

"Apa kau yakin? Kalau kau berubah fikiran, temui aku sepulang sekolah ya" ujarnya sekali lagi, dia mengambil tas di pundakku dan membawanya.

Aku mengidap penyakit leukimia. Kesempatan hidupku mungkin sangat kecil namun aku tetap yakin kalau dari kesempatan kecil itu aku akan sembuh.

Jeon Jungkook selalu menjemputku setiap pagi, selalu membawakan tasku. Kami selalu makan bersama, terkadang kami pulang bersama dan terkadang dia mengantarkanku pulang terlebih dahulu sebelum dia pulang kerumahnya. Padahal jarak rumah kami lumayan jauh.

"Kau tidak usah sungkan padaku kau mengerti? Apa yang aku lakukan selama ini sama sekali bukan beban bagiku. Kau harus tau itu" dia terus mengoceh sepanjang jalan, dia selalu seperti itu. Dia adalah pria yang sangat baik.

Dan tidak salah kalau aku jatuh cinta dengannya sejak dulu. Namun jungkook hanyalah pria normal, pasti dia hanya berfikir kalau aku adalah adiknya.

"Ibuku memasak sup daging, nanti istirahat aku akan mampir ke kelasmu agar kau mencicipi masakan ibuku" ujar jungkook "aku juga bawa kentang manis, kau bisa bawa sepulang sekolah untuk dimakan dirumah sakit"

Padahal aku sudah mencicipi sup daging buatan ibunya ratusan kali, namun dia selalu berkata seperti itu. Dia selalu mengetahui apapun yang aku sukai, aku sangat menyukai kentang manis.

"Terima kasih, aku tidak bisa berfikir bagaimana kalau tidak mengenalmu" jawabku sambil tersenyum

Jungkook menepuk pundakku "kau berkata seperti itu lagi, hei aku ini bukan malaikat yang bisa kau puji hingga seperti itu." Ujarnya

Bahkan jungkook tidak sadar kalau sebenarnya kehadiran dirinya itu bagaikan malaikat di hidupku.

Aku hanya tertawa tiap kali mendengar ucapannya, nasihatnya yang menyuruhku tetap kuat, kata kata penyemangatnya agar aku tidak menyerah.

KOOKMIN ONESHOT FOR US Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang