"Raga!"
Laki-laki yang bernama Raga itu menoleh saat seseorang memanggil namanya.
Sebelah alisnya naik menatap laki-laki bertubuh cungkring dan berambut kribo yang berjalan menghampirinya. "What?"
"Lo di panggil Bu Rahmi tuh!"
"Kenapa tuh nenek tua manggil gue?"
"Ya mana gue tau. Lo juga ngapain di sini?" Laki-laki cungkring berambut kribo itu bernama Faisal. Tapi kebanyakan orang memanggilnya 'Bokring', Kribo-cungkring.
Raga memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Ngadem doang."
"Gue pergi dulu." Sebelum pergi, Raga berhenti, ia merogoh kantong bajunya lalu mengeluarkan uang berwarna merah yang tadi di beri oleh Liora.
Raga diam menatap uang itu, kemudian ia masukkan lagi uang itu dan mengambil uang recehan senilai 5000 ribu rupiah.
"Beliin gue minum." Raga menyodorkan uang itu tanpa berbalik menatap Faisal.
Faisal berdecak melihat kelakuan Raga. "Ck! Kok gopek doang sih Anjir! Gak ada upah nih buat gue?"
"Nanti gue kasih setelah balik." Raga pergi meninggalkan Faisal yang masih berdiri mengoceh.
"Sialan gue di jadiin babu!" umpat Faisal.
...
Liora berjalan mengendap-endap di koridor agar tidak ketahuan oleh orang-orang. Bisa berabe nanti jika dirinya ketahuan mereka lagi, bisa-bisa Liora di buat pusing meladeni orang sebanyak itu.
Saat ada murid yang berjalan, Liora segera berbalik ke arah samping sembari menutupi wajahnya dengan tangan.
Saat situasi sudah di rasa aman, Liora kembali berjalan dengan mengendap-endap. Kepala Liora menoleh kesana-kemari memastikan tidak ada orang yang mendekat.
Lagi-lagi dari kejauhan, di lihatnya ada segerombolan murid yang tadi mengejarnya. Seketika Liora jadi gelagapan saat segerombolan itu berjalan mulai mendekat ke arahnya.
Di sini Liora kembali diuji.
Liora berdecak, ia menggigit jarinya. Bagaimana lagi cara untuk dirinya kabur.
"Gini amat sih jadi orang famous!" Liora mengeluh kembali mengingat kehidupan masa lalunya. "Kalo kek gini masih lebih enakan hidup gue dulu, meski susah buat makan."
"Haishhh!"
Siapa lagi yang bakal nolong gue sekarang, batin Liora.
Dari kejauhan Raga, cowok yang membantu Liora tadi berjalan searah menuju kantor Bu Rahmi. Laki-laki itu melihat Liora yang tengah berdiri kebingungan.
Ia berhenti lalu sadar apa yang membuat gadis itu kebingungan.
Raga dengan cepat berlari ke arah Liora. Di saat yang bertepatan dengan gerombolan murid yang lewat, Raga menghimpit tubuh Liora di tembok.
Akhirnya tubuh Liora tidak terlihat oleh mereka.
Liora terperangah saat matanya tepat melihat dada bidang seorang laki-laki.
Terlalu dekat.
Liora jadi gugup saat ini. Sekilas ia melirik name tag laki-laki itu.
"Raga Aghafandra," ejanya membaca nama laki-laki itu.
Setelah di rasa situasi aman, Raga menormalkan posisinya.
"Dua kali..."
"Dua kali gue bantu lo hari ini."
Liora belum menyadari orang yang kali ini membantunya, adalah orang yang sama yang tadi membantu dirinya.
Liora menoleh menatap laki-laki itu dengan terkejut. "ELO?!"
"Haishhh! Kenapa lo lagi sih?!" Liora membuang muka malas melihat laki-laki ini. Laki-laki yang dikiranya baik.
Jujur saja meski Liora alumni sekolah ini, ia tak begitu tau ada murid seperti Raga. Mungkin karena dirinya yang tak begitu memperdulikan sekitar. Liora dulunya jarang keluar kelas. Jam istirahat saja ia diam di kelas. Malah Adel dan geng-nya yang datang menghampiri Liora di kelas untuk mencari gara-gara.
"Duit lo."
Liora menoleh kearah Raga. Ia menatap tangan Raga yang menyodorkan uang senilai 200.000 ribu pemberiannya tadi.
Liora menelan ludah. Ia berfikir bahwa Raga mengembalikan uang itu agar dirinya menjadi babu pria itu.
Tak mendapat respon dari Liora, Raga menarik tangan Liora. "Gue gak butuh duit lo!"
"Ha-hah!" Liora diam menatap uang yang sudah berpindah tangan ke tangannya.
"Gue bukan cowok murahan, yang di kasih duit terus nurut! Apalagi cuma segitu cih!" Raga meludah ke arah samping.
"Ooo gue tau, jadi maksudnya segitu kurang kan?" Bodoh, Liora sangat bodoh. Secara tidak langsung ia meremehkan laki-laki di depannya ini.
Raga tertawa lalu berucap, "lo nge-rendahin gue?"
Lagi-lagi Liora dibuat bingung oleh jawaban Raga. Butuh beberapa detik baru dia paham. "Maksud gue bukan git----"
"Gue jamin elo akan nyesel. Camkan!" potong Raga.
"Eh Woi!" Raga langsung pergi tanpa mendengarkan penjelasan dari Liora.
"GUE SALAH APA WOI!" Raga tak memperdulikan teriakan Liora, membuat Liora kesal dibuatnya. Ia menendang tembok di sebelahnya sekuat tenaga.
"Sialan! Salah gue apa coba? Gue salah ngomong apa gimana sih?" ucap Liora bermonolog sendiri.
______________
To be continued---
KAMU SEDANG MEMBACA
YES I AM IVANNA [END]
Teen Fiction[𝐅𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐚𝐤𝐮𝐧 𝐢𝐧𝐢 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐝𝐚𝐡𝐮𝐥𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚🧡] [𝘽𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙧𝙚𝙫𝙞𝙨𝙞! 𝙈𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙖𝙢𝙗𝙪𝙧𝙖𝙙𝙪𝙡 , 𝙞 𝙖𝙢 𝙨𝙤𝙧𝙧𝙮!] BACA AJA DULU MEMANG AWALNYA AGAK MEMBOSANKAN SELEBIHNYA GAK TAU...