-46-

2.9K 264 0
                                    

"permisi, ibu Aisyah ada?" tanya Liora pada seorang gadis remaja yang berdiri di depan pintu.

Gadis tersebut menoleh menatap Liora. Liora terkejut saat melihat wajah gadis tersebut.

"Bung---" Liora segera menelan lagi kalimat yang ingin ia ucapkan.

Gadis remaja itu menatap Liora intens, dari atas sampai bawah memperhatikan penampilan luar Liora. Sesaat kemudian ia tersenyum lalu mengangguk.

"Ibu Aisyah lagi keluar, kakak bisa tunggu di ruangan beliau," ucapnya.

"Mari saya antar ke ruangannya." Liora mengangguk kemudian berjalan mengikuti gadis tersebut.

Liora sengaja memperlambat langkahnya, ia mengamati setiap sudut panti asuhan tersebut.

"Masih sama, tidak ada yang berubah," gumamnya.

Liora tersenyum saat melihat figura foto. Di sana menampilkan foto anak-anak panti dari tahun ke tahun, sayangnya tidak ada foto Liora di sana.

"Silahkan duduk dulu kak, biar saya buatkan teh," ucap gadis itu sebelum akhirnya pergi meninggalkan Liora, di ruangan ibu Aisyah.

Liora mengangguk sambil tersenyum.

Jujur jika tidak salah ingat Liora mengenal gadis tersebut. Jika tidak salah namanya adalah bunga. Tadi Liora hampir keceplosan menyebut nama bunga, pastinya akan membuat gadis bernama bunga tersebut kebingungan. Bagaimana bisa orang asing seperti dirinya mengenal bunga. Liora lupa ini bukan tubuhnya, jadi orang-orang hanya mengenal Ivanna.

Tak berselang lama, seorang wanita paruh baya dengan menggunakan kerudung syar'i masuk kedalam ruangan tersebut. Refleks Liora langsung berdiri.

Itu adalah ibu Aisyah yang sedang Liora cari.

"Maaf membuat kakaknya menunggu lama," ucap ibu Aisyah sembari tersenyum kepada Liora.

Liora tersenyum, ia merasa rindu dan ingin memeluk ibu Aisyah sekarang ini juga. Tapi niatnya harus ia urungkan, pasti akan membuat ibu Aisyah jadi kebingungan.

"Tidak sama sekali," jawab Liora se sopan mungkin sembari membalas senyum ibu Aisyah.

"Ada keperluan apa kira-kira mbak-----"

"Ivanna, nama saya Ivanna," potong Liora.

"Ohhh mbak Ivanna, iya ada urusan apa ya mbak Ivanna ini datang ke panti kami?" tanya ibu Aisyah langsung ke intinya.

"Begini, saya ingin menanyakan soal anak bernama Liora." Rasanya Liora ingin tertawa karena menanyakan dirinya sendiri kepada orang.

"Maaf, Liora yang mana?" tanya ibu Aisyah.

"Liora Pramudita."

"Ah iya, dulu ada anak panti di sini bernama Liora Pramudita. Tapi itu dulu," jelas ibu Aisyah raut wajahnya seketika berubah menjadi sedih saat menyebut nama Liora.

Liora yang menyadari perubahan ibu Aisyah, dia jadi ikut sedih. Tapi Liora berusaha untuk menutupinya, misinya pergi ke panti ini untuk mencari tau asal usul dirinya, bukan reuni.

"Maaf jika saya lancang, mbak Ivanna mengenal Liora? Apa anda ini teman atau saudara?" tanya ibu Aisyah.

"Saya teman sekolahnya." tentu saja Liora berbohong.

"Sekarang dimana dia? Maksud saya Liora, dimana dia?" tanya Liora sekedar basa-basi, agar ibu Aisyah tidak curiga.

"Dia sudah tidak ada di sini, dia sudah pergi jauh dari dunia ini," tutur ibu Aisyah. Tanpa sadar, ibu Aisyah meneteskan air mata. Ia sedih mengingat kenangan Liora dulu.

"Karena kecelakaan yang merenggut nyawa Liora," sambung ibu Aisyah.

"Saya turut berdukacita," ujar Liora.

Ibu Aisyah tersenyum penuh haru. Karena melihat ibu Aisyah bersedih, membuat Liora ikut bersedih, tapi kali ini ia tidak bisa menahannya lebih lama. Liora secara tiba-tiba langsung memeluk ibu Aisyah.

"Eh!" Tentunya ibu Aisyah terkejut saat Liora atau Ivanna tiba-tiba memeluknya.

"Ada apa mbak Ivanna?" tanya ibu Aisyah.

Setelahnya Liora sadar, segera Liora melepaskan pelukannya.

"Maafkan saya karena tidak sopan," ucap Liora sedikit gugup, takut jika ibu Aisyah mencurigai dirinya.

Sejujurnya ibu Aisyah terkejut, tapi beliau segera melupakannya.

"Tidak apa-apa," ucap ibu Aisyah sembari tersenyum ramah.

"Saya ingin menanyakan tentang Liora."

"Apa yang ingin mbak Ivanna tanyakan?" balas ibu Aisyah.

"Apakah benar Liora anak yatim-piatu? Maksud saya dia sama sekali tidak memiliki keluarga atau saudara?" tanya Liora.

"Jika itu saya tidak tau pasti tapi," ibu Aisyah menggantung kalimatnya.

"Waktu itu saya menemukan Liora di depan panti, saya berfikir siapa orang yang tega meninggalkan seorang bayi di depan panti pada malam hari," ibu Aisyah berhenti bercerita, ia berdiri dan segera berjalan menuju kaca yang ada di ruangan tersebut.

"saya sudah menghubungi polisi, tapi polisi tidak kunjung menindaklanjuti laporan saya, katanya tidak ada orang tua yang melaporkan kehilangan seorang anak. Akhirnya waktu itu saya memutuskan untuk merawat Liora di panti asuhan ini," jelas ibu Aisyah sembari menatap anak-anak panti yang tengah bermain melalui jendela.

"Saat Liora berumur 15 tahun, Liora meminta untuk keluar dari panti. Dan saya mengijinkannya untuk pergi, ia mengatakan pada saya bahwa dia ingin hidup mandiri, dia tidak ingin bergantung atau menyusahkan saya. Jujur saya terharu saat mendengarnya, saya senang ia memiliki pemikiran yang begitu bijak tapi saya juga takut, umur Liora masih terlalu muda, saya takut dia belum siap menjalani kehidupan dunia yang keras." Ibu Aisyah berhenti bercerita, ia mengambil nafas dan lalu baru beliau kembali melanjutkan ceritanya.

"Rasanya baru kemarin saya menggendong Liora kecil, dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang seperti anak saya sendiri, tapi Tuhan memanggilnya begitu cepat. Padahal dia baru berumur 17 tahun. Seandainya saja saya tidak mengijinkan Liora untuk pergi, mungkin ia sekarang masih ada bersama kami."

"Ini bukan salah ibu Aisyah, ini sudah takdir yang maha kuasa. Kita hanya bisa mendoakan agar Liora tenang," tutur Liora.

Liora bahagia sekaligus sedih, ia masih hidup tapi sayangnya tidak ada orang yang mengenalinya. Tidak tau mengapa takdir membawa Liora kepada Ivanna, sehingga membuat dirinya harus terjebak di tubuh Ivanna sekarang. Tapi sudahlah, Liora harus menerima ini semua. Ini sudah menjadi takdirnya, ia tidak punya kuasa untuk mengubahnya.

Ibu Aisyah tersenyum menatap Liora. "Iya, saya selalu mendoakan yang terbaik untuk Liora."

Liora membalas ucapan ibu Aisyah dengan tersenyum lembut.

"Ummm kira-kira tidak adakah barang atau sesuatu yang di tinggalkan keluarga Liora dulu?" tanya Liora.

"Waktu itu ada surat di dekat Liora waktu saya temukan. Di suratnya bertuliskan nama bayi itu adalah Liora Pramudita, hanya itu dan juga sebentar saya lupa." Ibu Aisyah mencoba mengingat-ingat lagi momen saat ia menemukan Liora dulu.

"Kalung!"

Liora terkejut, sebelumnya ibu panti belum menceritakan soal kalung tersebut kepada Liora dulu.

"Iya kalung." Ibu panti mengangguk yakin.

"Di leher Liora ada kalung emas," sambung ibu Aisyah.

"Tapi saya tidak menceritakan hal ini kepada Liora saat dewasa, karena kalungnya sudah saya gadaikan dulu."

Pantas saja Liora tidak tau, karena ibu panti tidak pernah menceritakannya. Ibu panti dulu hanya menceritakan kepada Liora tentang surat itu.

"Karena waktu itu panti sedang mengalami masa-masa kekurangan dana, mau tidak mau saya harus mengambil hak Liora, dengan menggadaikan kalungnya. Tapi, beberapa bulan yang lalu saya sudah menebus kalung itu lagi," jelas ibu Aisyah.

Liora langsung bernafas lega setelah mendengar penjelasan dari ibu Aisyah.

"Jadi, bolehkah saya melihat kalung itu?" tanya Liora.

YES I AM IVANNA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang