Taman...
Disinilah Liora berada, taman rumah besar milik keluarga Irlandia. Karena perintah Jesselyn, mau tidak mau Liora harus menurut dan pergi bersama laki-laki yang bernama Fito itu.
Sedari tadi hanya ada keheningan diantara mereka berdua. Tidak ada yang mau memulai percakapan. Sedangkan laki-laki itu juga membuang muka tidak mau menatap Liora.
Liora juga bingung harus bagaimana, membatalkan pertunangannya atau melanjutkannya. Pasalnya ingatan Ivanna belum sepenuhnya ia miliki. Meskipun laki-laki yang bersamanya ini cukup tampan, Liora juga tidak mau menikah dengan laki-laki bernama Fito ini. Laki-laki yang sama sekali tidak ia kenal. Apalagi laki-laki ini datang bersama Jesselyn, bisa saja ia bersekongkol dengan Jesselyn.
Cukup, Liora benci situasi seperti ini. Ia tidak mau terjebak lebih lama dalam situasi ini.
"Gue gak kenal sama lo, gue juga gak inget kita pernah tunangan. Jadi, pertunangan ini mungkin, bakal gue batalin, bye!"
Liora pergi setelah mengatakan itu. Tapi dengan segera tangannya dicekal. Saat kulitnya bersentuhan dengan kulit pria itu, tiba-tiba tubuh Liora menegang. Liora merasa tubuhnya gemetar saat di pegang.
"Ada apa dengan tubuh Ivanna ini? Kenapa tubuh ini seperti takut, seolah merasa terancam dengan pria ini?" batin Liora bertanya-tanya.
Mau tidak mau Liora berhenti dan berbalik. Ia menatap lekat wajah laki-laki itu yang terlihat jelas dibawah cahaya bulan.
"Kenapa lo pura-pura?"
"Hah?"
"Kenapa lo pura-pura lupa ingatan?" ucapnya mengulang.
Liora jadi bingung. Maksud laki-laki di hadapannya ini adalah, bahwa dirinya sedang berpura-pura. Yang benar saja, Liora saja aslinya tidak kenal pria di hadapannya ini.
Kemudian pandangan Liora beralih pada pergelangan tangannya, yang masih dipegang laki-laki itu.
"Lepasin tangan gue?!" ucap Liora penuh penekanan.
Tidak ada respon, dengan cepat Liora melepaskan tangannya sendiri.
"Jangan sentuh gue! Gue gak kenal sama lo! Jadi jangan macem-macem!" ancam Liora.
Tiba-tiba pria itu tersenyum, ia terkekeh pelan sembari mengacak
rambutnya. "Ternyata lo beneran lupa ingatan."Liora diam menatap aneh laki-laki di hadapannya ini.
"Baguslah lo gak inget gue, sebuah keberuntungan buat gue. Oh ya, gue setuju, batalin aja pertunangan ini." ucapnya sebelum pergi melewati Liora.
Liora diam tak menyahut. Ia tidak tau apa yang dimaksud laki-laki itu.
....
Di sekolah...
Saat jam istirahat, Liora menemui Adel lagi di gedung belakang sekolah secara diam-diam.
Mereka berdua duduk bersama di kursi usang bekas sekolah yang dibuang di sana, sembari mengobrol tentang rencana mereka kedepannya.
"Gapapa lo bawa mereka berdua?" tanya Liora sembari menatap ke arah kanan, di mana tidak jauh dari sana ada Ica dan Sofi berdiri menunggu Adel.
"Tenang aja, mereka berdua masih polos. Mereka juga gak akan kena bahaya, karena yang tau cuma gue dan beberapa anak aja," sahut Adel.
Terserahlah jika begitu, yang penting tidak akan merusak rencana yang sudah Liora dan Adel siapkan matang-matang.
"Soal pelayan lo gimana? Berhasil?" tanya Adel.
Liora jadi mengingat tentang tugas yang ia berikan kepada Olive. Ia tersenyum saat mengingatnya.
Flashback on
"Nanti lo taruh ini di vas atau tempat yang gak akan mudah terlihat," bisik Liora memberikan sebuah kamera kecil kepada Olive.
Olive dengan polos mengangguk mengerti, pelayan itu menerima barang yang diberikan oleh Liora.
"Tapi ingat! Jangan sampai Jesselyn atau siapapun tau. Cuma lo dan gue yang tau, ngerti!"
Olive mengangguk cepat. "Iya nona saya mengerti, nona bisa percayakan ini pada saya."
"Bagus." Liora tersenyum penuh kemenangan, ia yakin rencananya ini akan berhasil.
"Oh iya, tunggu Olive!" Mengingat sesuatu, Liora menghentikan Olive yang akan pergi menjalankan tugas.
Olive berhenti dan berbalik menghadap Liora.
"Masukkin ini juga ke bak mandi Jesselyn, tapi jangan sampai ketahuan." Liora memberikan botol kaca kecil berisi serbuk.
Dan Olive menerima botol yang diberikan Liora itu.
"Tinggal kita tunggu saja hasilnya," ucap Liora bermonolog sendiri sembari tersenyum smirk khas Ivanna.
Flashback off
"Gue yakin Olive berada di pihak gue," ucap Liora yakin.
"Olive?" beo Adel.
"Oh nama pelayan lo Olive," sambungnya.
Liora mengangguk tanda benar. "Iya."
Adel hanya ber oh ria menanggapinya.
"Adel..." panggil Liora.
Adel menyahut saat namanya di panggil, dan menoleh menatap Liora. "Kenapa Ivanna?" sahutnya.
Sedang Liora diam bergelut dengan pikirannya, ia menimbang-nimbang sebelum bertanya pada Adel.
"Emmm, lo kenal murid lama bernama Liora?"
Iya, Liora sedari tadi ingin menanyakan hal itu juga. Apakah Adel masih mengingat Liora Pramudita yang hanya tinggal nama dan kenangan semata. Liora yang dulu pernah ditindas Adel.
Dari ekspresi Adel, Liora bisa tau Adel terkejut saat mendengar nama Liora. itu artinya Adel masih mengingat Liora.
Tiba-tiba saja wajah Adel murung. "Iya gue kenal."
"Dosa gue banyak sama dia, dia udah tenang di alam sana. Gue harap dia maafin perbuatan gue dulu." Adel menjeda kalimatnya, lalu tersenyum menatap awan.
"Gue udah maafin semua perbuatan lo dulu Adel, dan yang terpenting adalah lo yang sekarang di hadapan gue, bukan Adel yang dulu gue kenal." Liora membatin sembari menatap Adel dari samping dengan tersenyum tipis.
"Oh ya, lo kok kenal Liora? Kenal darimana?" tanya Adel menoleh menatap Liora.
Seketika Liora langsung gelagapan, ia lupa untuk membuat alasan sebelum bertanya. Segera Liora memutar otak mencari alasan.
"Anak kelas sempet ngomongin tentang cewek bernama Liora itu, gue gak sengaja denger tadi," jawab Liora.
Adel mengangguk mengerti.
"Semalam lo udah ketemu sama Abang gue?"
Mendengar ucapan Adel, Liora jadi ingat tentang kemarin Adel bilang bahwa dirinya akan bertemu dengan kakak laki-laki Adel yang menusuk Ivanna.
Liora sendiri tidak tau seperti apa rupa kakak laki-laki Adel itu.
Liora menggeleng dan menjawab, "nggak. Gue sendiri gak tau yang mana kakak lo."
"Oh iya sih gue lupa mau nunjukin ini dulu." Adel merogoh saku bajunya mengambil ponsel miliknya.
Lalu setelah itu ia nyalakan ponselnya itu, dan menunjukkan foto kepada Liora.
"Ini kakak gue, Fito," tuturnya.
"Fit-Fito?"
Tentu saja Liora terkejut, ternyata Fito yang semalam datang bersama Jesselyn adalah kakak Adel. Kenapa Liora tidak menyadarinya.
"Jad-jadi di-dia kakak lo?" Adel mengangguk tanda benar.
"Kenapa gue gak sadar kalo ternyata dia kakak Adel yang nusuk Ivanna!" Liora membatin, bicara pada dirinya sendiri.
______________
To be continued---
KAMU SEDANG MEMBACA
YES I AM IVANNA [END]
Teen Fiction[𝐅𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐚𝐤𝐮𝐧 𝐢𝐧𝐢 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐝𝐚𝐡𝐮𝐥𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚🧡] [𝘽𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙧𝙚𝙫𝙞𝙨𝙞! 𝙈𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙖𝙢𝙗𝙪𝙧𝙖𝙙𝙪𝙡 , 𝙞 𝙖𝙢 𝙨𝙤𝙧𝙧𝙮!] BACA AJA DULU MEMANG AWALNYA AGAK MEMBOSANKAN SELEBIHNYA GAK TAU...