Liora jadi trauma. Setiap kali ia melihat ruangan gelap pasti ujung-ujungnya ia sedang terlibat dengan seorang kriminal. Dulu Geby, sekarang Jesselyn. Kenapa masalah terus mendatanginya, yang lain belum kelar malah ditambah ini.
"LEPASIN GUE MAK LAMPIR!!!" Liora berteriak, meneriaki Jesselyn yang tengah duduk depannya.
"WOI MAK LAMPIR! BUDEG LO!!!"
Sedangkan Jesselyn sengaja mengabaikan Liora, sembari menggosok-gosok kuku jarinya yang panjang-panjang menggunakan gunting kuku.
"Ck sial!" umpat Liora mulai menyerah. Ia lelah berteriak, tenggorokannya terasa kering karena terus berteriak, sedangkan Jesselyn malah bertingkah bodoamat.
"Apa urusan lo sama gue? Urusan diantara kita berdua udah selesai, kenapa lo nyulik gue?"
Barulah Jesselyn merespon Liora. Ia melempar gunting kukunya ke sembarang arah, lalu berdiri.
"Selesai?" Jesselyn melipat kedua tangannya di depan dada, dan tatapan matanya seperti menatap Liora ibarat seekor anjing.
"Kamu gak bisa menang melawanku Ivanna, kamu itu masih bocah bau kencur, jangan sok mau mengalahkan seorang Jesselyn yang sudah menjadi senior," tutur Jesselyn dengan sombongnya.
"Ayahmu saja bisa ku kendalikan, dan ibumu bisa berada di dalam genggamanku bertahun-tahun." Jesselyn tersenyum smirk.
Liora kesal, ia hanya bisa menggigit lidahnya sampai berdarah. Liora tak merasakan rasa sakit akibat lidahnya yang berdarah, rasa kesalnya itu lebih besar ketimbang rasa sakit di lidahnya.
"Jadi sekarang lo mau apa dengan nyulik gw?"
"Ubah semua aset dan properti keluarga Irlandia atas namaku," ucap Jesselyn
"GAK!" tentu Liora menolak. Tidak mungkin demi keselamatan dirinya, ia harus mengorbankan harta milik Ivanna.
Jesselyn menghela nafas. "Yasudah, mungkin kau akan menginap di sini. Sampai jumpa anak tiri ku tersayang." Jesselyn tersenyum meremehkan lalu berjalan pergi dari sana.
"JESSELYN!!"
"LEPASIN GUE JESSELYN!!"
"JESSELYN!!!"
Liora terus berteriak sedangkan Jesselyn menutup telinganya, ia berjalan keluar dan mengunci pintu ruangan tersebut.
"Sial! awas lo Jesselyn!"
"Dasar emak-emak gak tau diri!"
.....
Paginya Jesselyn kembali menemui Liora untuk membuat kesepakatan. Tapi lagi-lagi Liora menolak. Sampai hari ketiga, Liora masih bersikukuh tidak mau membuat kesepakatan dengan Jesselyn.
Sedangkan di tempat lain, Aruna tengah khawatir. Sejak malam Liora diculik, ia tidak bisa tidur sama sekali. Aruna sudah melapor kepada polisi, tapi polisi belum juga menemukan Ivanna.
"Kakak tenang saja, Ivanna pasti baik-baik saja," ujar Jay mencoba menghibur Aruna.
"Hiks, kakak khawatir Jay..." Aruna menangis. Jay memeluk kakaknya itu, dan mencoba menenangkannya.
"Kakak takut jika Ivanna..." Aruna menggantung kalimatnya, kemudian ia kembali menangis. Ia tak kuasa saat memikirkan keadaan Ivanna. Ia takut jika Ivanna di siksa, atau di jual.
"Sabar kak, anak buah Jay juga ikut mencari Ivanna. Pasti sekarang Ivanna baik-baik saja. Kakak tenang dan makan dulu, sudah 3 hari kakak tidak makan," ucap Jay khawatir. Pasalnya sudah tiga hari Aruna tidak makan, karena terus memikirkan keadaan Ivanna.
KAMU SEDANG MEMBACA
YES I AM IVANNA [END]
Teen Fiction[𝐅𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐚𝐤𝐮𝐧 𝐢𝐧𝐢 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐝𝐚𝐡𝐮𝐥𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚🧡] [𝘽𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙧𝙚𝙫𝙞𝙨𝙞! 𝙈𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙖𝙢𝙗𝙪𝙧𝙖𝙙𝙪𝙡 , 𝙞 𝙖𝙢 𝙨𝙤𝙧𝙧𝙮!] BACA AJA DULU MEMANG AWALNYA AGAK MEMBOSANKAN SELEBIHNYA GAK TAU...