Chapter 24. Tamu Tak Diundang

110K 11.1K 1.2K
                                    




Meja makan di kediaman Ayak dan Ara terlihat lebih hangat dari biasanya, suara tawa dan candaan mereka terdengar hingga ke ruang tamu, membuat rumah yang biasanya sunyi itu terihat ramai.

"Arlan kemana?" tanya Oma, menoleh ke arah Arkan yang sejak tadi menjadi bahan candaan Ayak.

"Kuliah," jawab Ayak.

"Oma nanya Arkan, bukan kamu," ucapan sang Oma, mampu membuat laki-laki yang masih menggunakan kemeja itu cemberut.

"Iya-iya, cucu Oma kan Arkan, bukan Ayak." balas Ayak sebelum berlalu menuju kamarnya.

Ara yang melihat itu pun terkekeh, "Hayoloh ... Oma, bang Ayak ngambek lagi," ucapnya.

Wanita tua itu mengusap wajahnya, "Capek Oma bujukinnya." ucapnya sambil mengecup puncak kepala Ara lalu berjalan menyusul Ayak, meninggalkan Arkan dan Ara.

Arkan menoleh ke arah Ara yang baru saja mengeluarkan handphone-nya, "Beresin piringnya," ucapnya.

Ara yang mendengar itu pun mengangguk, "Iya bentar," balasnya tanpa menatap sang kekasih.

Arkan mengambil handphone Ara secara tiba-tiba kemudian melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga. Ara yang diperlakukan seperti itu pun hanya bisa menuruti perintah Arkan dengan wajah cemberut.

Arkan menaikkan sebelah alisnya ketika melihat Ara yang menghampirinya dengan wajah cemberut. Gadis itu menatapnya dengan kesal, membuat laki-laki itu menahan senyumnya.

"Hp aku balikin," ucap Ara masih dengan raut kesalnya.

Arkan memberikan handphone Ara, kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu utama, membuat Ara mengikutinya dari belakang.

"Pulang?" tanya Ara yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Arkan, "Kebiasaan banget sih. Nggak pamit sama Oma dulu?" tanyanya lagi.

Arkan yang mendengar ucapan sang kekasih pun langsung menghentikan langkahnya, kemudian berbalik menuju kamar Ayak sambil merangkul bahu Ara.

Arkan mengetuk pintu kamar yang di tempel kertas bertuliskan 'Ayak lagi sibuk molor' yang ditulis Ara itu.

"Nggak terima tamu!" teriak Ayak dari dalam kamar.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Arkan membuka pintu kamar dan menghampiri Oma yang sedang menonton TV di sana, membuat Ara terkekeh melihatnya.

"Lah ... kirain Oma lagi bujukin bang Ayak," ucap gadis manis itu masih dengan tawanya.

"Dianya nggak mau dibujuk," balas sang Oma tanpa mengalihkan pandangannya dari layar tv.

"Ayak nggak ada bilang gitu ya, Oma nya aja yang nggak mau bujukin," ucap Ayak, sambil menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.

Oma yang melihat tingkah cucu laki-lakinya itupun terkekeh, "Dulu Oma sempat kaget loh ngeliat kamu dingin banget sama orang lain, sampe-sampe Oma ngiranya kamu kerasukan setan," ucapnya, duduk di pinggir kasur yang Ayak tempati.

"Bang Ayak nggak bakal kerasukan, setannya ngeliat wajah bang Ayak aja udah ketakutan, gimana mau masuk ke tubuhnya coba," ucap Ara, sambil merebahkan tubuhnya di samping sang Kakak, kemudian memeluknya.

Ayak yang mendengar ucapan adiknya pun langsung membuka selimutnya hingga sedada, "Katanya setan takut sama Abang, ini kok malah nempel?" tanyanya sambil menunjuk Ara.

Oma yang mendengar itu pun tertawa, tatapannya beralih kepada Arkan yang sejak tadi duduk di sofa sambil menyaksikan perdebatan keluarga itu.

"Eh iya, cucu Oma yang paling ganteng kok diem aja, sini duduk," ucap Oma, sambil menepuk-nepuk kasur Ayak.

Possesive and Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang