Chapter 29. Bandung

103K 10.9K 2.3K
                                    



****


"Berduaan mulu nih bocah," ucapan Ayak yang baru saja tiba membuat Arkan dan Ara menoleh. Kedua remaja itu saat ini sedang berada di ruang keluarga dengan Arkan yang sedang berbaring.

Ayak melangkahkan kakinya menghampiri mereka, duduk di samping Ara dengan kepala yang bersandar di bahu sang adik.

"Udah kelar mainnya?" tanya Ara yang menyadari kakak laki-lakinya itu hanya bermain Play Station selama seharian penuh.

Ayak mengangguk, "Pulang yuk, udah sore nih," ajaknya.

Arkan yang sedang berbaring pun langsung mengubah posisinya menjadi duduk, "Nginep," ucapnya.

"Nggak, besok gue ada meeting pagi," jawab Ayak, percaya diri.

"Ara," jelas Arkan tanpa ekspresi.

"Lah ... kirain gue," balas Ayak dengan wajah memelas.

Ara yang melihat tingkah Ayak pun terkekeh, "Aku pulang aja, besok kan mau sekolah." ucapnya, membuat Arkan menatapnya tidak suka.

"Ayo pulang, Abang mau cari jajanan." ajak Ayak sambil menarik Ara keluar dari rumah mewah itu, tanpa berpamitan.

Arlan yang baru saja tiba dari lantai dua pun mengedarkan pandangannya ketika hanya melihat Arkan di sana, "Lah ... si kupret ke mana? Tadi katanya mau ngambil makanan," tanyanya, yang hanya dijawab dengan hendikkan bahu oleh Arkan sebelum berlalu pergi.
___________

Ayak menghentikan mobilnya ketika lampu lalu lintas berganti menjadi warna merah, laki-laki itu menoleh ke arah sang adik yang sedang memainkan handphone miliknya.

"Mau makan apa?" tanya Ayak.

"Terserah, Ara tadi udah makan," jawab Ara.

"Tapi mau makan lagi 'kan?" tanya Ayak dengan sebelah alis terangkat.

"Ya mau lah, rejeki nggak boleh di tolak," jawab Ara cepat.

Ayak menoyor pipi Ara, membuat gadis manis itu mendengus kesal. Sudah cukup lama mereka tidak makan diluar hanya berdua, biasanya mereka selalu bersama Arlan atau Arkan. Laki-laki itu kembali melajukan mobilnya ketika lampu sudah berwarna hijau, mengendarai mobilnya menuju taman yang berada tidak jauh dari sana.

"Ada bakso tuh, mau?" tanyanya ketika melihat pedagang kaki lima di dekat taman, yang di jawab Ara dengan anggukan.

Setelah Ayak memarkirkan mobilnya, kedua remaja itu turun dan berjalan menuju pedagang yang mereka lihat tadi. Suasana yang tidak terlalu ramai menjadi salah satu alasan Ayak memilih untuk makan di sana, agar dia dan Ara bisa makan dengan tenang.

Setelah memesan dua porsi bakso untuk mereka, Ara menghampiri Ayak yang sudah duduk di kursi kosong yang ada di sana. Gadis manis itu menghela nafas kasar ketika melihat Ayak hanya diam dengan tatapan tertuju ke handphone.

Gadis manis itu melemparkan beberapa pertanyaan kepada Ayak, tetapi laki-laki itu hanya menjawabnya dengan anggukkan atau gelengan, membuat Ara kesal sendiri.

"Muka Abang jelek banget," ucap Ara, mencoba memancing emosi Ayak, tetapi laki-laki itu hanya menatapnya datar.

Ara kembali menghela nafas kasar, menatap laki-laki yang sejak tadi tidak menampilkan ekspresinya itu. Laki-laki yang beberapa saat lalu masih bercanda dengannya itu berubah seolah-olah mereka orang yang berbeda, membuatnya merasa sedikit sedih.

Tidak berselang lama, pesanan mereka pun tiba, membuat tatapan Ara teralihkan, "Makan!" perintah Ayak, mengambil sendok dan garpu untuk sang adik.

"Ara udah nggak mood makan," balas Ara malas.

Possesive and Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang