Chapter 23. Oma

122K 11.6K 1K
                                    




Arkan mengusap rambut Ara yang sedang bersandar di bahunya. "Mau makan?" tanyanya yang di jawab Ara dengan gelengan.

Arkan yang melihat itu pun menghela nafas kasar, dia mengambil handphone-nya yang sedang digunakan Agam tanpa memberi aba-aba, membuat laki-laki itu membolakan matanya.

"Eh ... Eh ... Anjir! gue udah mau menang tuh, malah di ambil." kesal Agam dengan wajah cemberut.

Dimas yang sejak tadi menyaksikan permainan Agam pun terkekeh, "Gue laper nih, nggak ada makanan?" tanyanya kepada sang pemilik rumah.

Varo dan Vero yang sedang bermain PS pun menggeleng, "Nggak ada," jawab mereka kompak.

"Masa rumah semewah ini nggak ada makanan," ucap Raga yang sedang memainkan handphone-nya.

"Nggak ada kalo buat kalian," balas Varo, sambil bertos ria dengan sang adik.

"Udah gue pesenin," ucapan Arkan yang tiba-tiba itu membuat teman-temannya langsung menoleh dengan wajah cerah diiringi sorakan.

"Terimakasih Arkan, kau memang sahabat terbaikku." ucap Agam sambil memeluk laki-laki itu dari samping, yang langsung mendapat tendangan dari Arkan.

Kayla yang sedang fokus dengan handphone-nya pun menarik nafas kasar, "Kalian bisa diem nggak? Gue lagi baca cerita nih, jadi nggak fokus," ucapnya kesal.

"Sensian banget, lagi PMS ya?" tanya Varo sambil berjalan menghampiri Kayla, lalu mengusap puncak kepala gadis itu.

"Sotoy lo," jawab Kayla, membiarkan tangan laki-laki itu mengusap rambutnya.

"Kan gue nanya," balas Varo lembut.

Kayla kembali menarik nafas dalam, "Iya, sekarang diem ya, gue nggak bisa fokus nih." ucapnya dengan senyum terpaksa.

Tanpa mereka berdua sadari, sejak tadi semua yang ada di sana menyaksikan kedua remaja itu dengan senyuman yang terukir.

Bulan terdampar di pelataran
Hati yang temaram
Matamu juga mata-mataku
Ada hasrat yang mungkin terlarang

Nyanyian Raga membuat Varo dan Kayla menoleh dan menatap teman-temannya bingung saat melihat ekspresi mereka seperti sedang menggoda.

Satu kata yang sulit terucap
Hingga batinku tersiksa
Tuhan tolong aku jelaskanlah
Perasaanku berubah jadi cinta

Sambung Vero sambil menghayati makna dari lagu itu, ikut menggoda sang Kakak.

Tak bisa hatiku menafikkan cinta
Karena cinta tersirat bukan tersurat
Meski bibirku terus berkata tidak
Mataku terus pancarkan sinarnya

Agam dan Dara menatap Vero geli, ketika melihat laki-laki itu yang sedang menghayati lagu yang dinyanyikannya.

Apa yang kita kini tengah rasakan
Mengapa tak kita coba 'tuk satukan
Mungkin cobaan untuk persahabatan
Atau mungkin sebuah takdir Tuhan

Suara merdu Nayla yang baru pertama kali mereka dengar pun mampu membuat Vero menatapnya kagum, dengan mulut yang sedikit menganga. Dimas yang melihat itupun tertawa terbahak-bahak.

"Lo kenapa, Per? Ati-ati ileran," ucapnya membuat Vero tersadar dengan senyum malu.

"Apaan sih." ucapnya salah tingkah.

Ketika Agam hendak ikut mengejek sahabatnya, tiba-tiba saja bel rumah berbunyi, menandakan ada yang datang. Mereka semua saling menatap satu sama lain dengan senyum ceria.

Possesive and Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang