Chapter 21. Kantin

129K 12.5K 2.4K
                                    



Ara berjalan menuruni tangga dengan tas yang melekat di bahunya dan sepatu yang di tentengnya. Gadis manis itu menarik salah satu kursi yang ada di meja makan kemudian duduk di sana.

"Udah sembuh?" tanya Ayak yang sudah berada di sana sejak beberapa saat lalu.

Ara mengangguk, "Iya, Abang mau ke kantor?" tanyanya sambil mengambil sarapannya.

"Nggak, mau mulung di pinggir kali," jawab Ayak setelah menelan makanannya.

"Ngapain di pinggir kali?" tanya Ara, menanggapi guyonan sang Kakak.

"Nyari emas hanyut," jawab Ayak sambil terkekeh, membuat Ara ikut tertawa.

"Udah, jangan bahas itu, kita lagi makan." ucap Ara.

Ayak mengangguk, kemudian menoleh ketika instingnya merasakan ada yang berjalan mendekati mereka. Mata laki-laki itu membola seolah-olah kaget melihat hantu, ketika Arkan yang baru saja tiba duduk di salah satu kursi yang ada di sana dengan wajah datarnya.

"Kek jelangkung aja lo, datang nggak di undang, pulang kudu di usir dulu." sindir Ayak.

Arkan hanya melirik sekilas tanpa berniat menanggapi, tangan laki-laki itu terulur untuk mengambil yupi Ara yang terletak di tengah meja, lalu memakannya tanpa izin sang empunya.

Ara yang melihat itu pun menatap kesal. "Itu kan yupi aku, Arkan," ucap Ara.

"Lah ... yang bilang kalo itu yupi bi Inem siapa?" celetuk Ayak, membuat kekesalan Ara bertambah.

"Abang, diem." peringat Ara yang langsung mendapat anggukan patuh dari sang kakak.

"Udah sembuh?" tanya Arkan, dengan mata tertuju kepada gadis manis itu.

"Gue? Gue mah nggak sakit, Alhamdulillah sehat wal'afiat," jawaban Ayak membuat Ara terkekeh, sedangkan Arkan hanya mengusap wajahnya, berusaha meningkatkan kesabarannya.

"Ara," ucap Arkan, memperjelas.

"Ooh ... Ara, kirain gue," balas Ayak mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Aku udah sembuh kok." jawab Ara setelah puas menertawakan tingkah sang Kakak.

Setelah selesai makan, Ayak pamit ke kantor setelah mendapat peringatan dari Ara agar tidak ikut campur tentang kejadian tumpahan jus itu. Sedangkan Arkan sibuk memperhatikan sang kekasih yang masih belum menghabiskan makanannya.

"Udah?" tanyanya ketika nasi di piring Ara sudah habis.

Gadis manis itu mengangguk. "Ayo berangkat." ajaknya sambil berjalan keluar rumah.

Arkan yang melihat kepergian Ara pun mengambil beberapa yupi di atas meja dan memasukkannya kedalam saku, kemudian berlari kecil mengejar Ara.

"Buruan Arkan, ntar telat," ucap Ara yang sudah berada di samping motor sang kekasih sambil menggunakan helm-nya.

Arkan yang baru tiba pun langsung menggunakan helm-nya. Laki-laki itu memastikan Ara telah duduk dengan benar, kemudian melaju kan motornya membelah jalanan yang cukup padat itu. Ketika motor yang mereka naiki berhenti di lampu merah, Ara mendekatkan wajahnya ke wajah Arkan.

"Arkan," panggil Ara.

"Hm ..." jawab Arkan seadanya.

"Aku kangen mommy," ucap Ara.

Arkan melirik lampu yang berubah menjadi hijau, dia kembali menjalankan motornya tanpa menanggapi ucapan sang kekasih.

"Ish! Arkan, aku kangen mommy, kangen Daddy juga," ucap Ara lagi, sedikit mengencangkan suaranya agar Arkan mendengar.

Possesive and Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang