Kalo ada yang typo tandain ya
****
Langit malam yang gelap mampu menyamarkan awan yang sejak sore sudah mendung. Saat ini, Arkan sedang berada di rumah Gara bersama teman-temannya yang lain. Sudah hampir tiga jam laki-laki itu hanya diam menatap handphonenya.
"Lo nungguin chat siapa sih, Ar?" tanya Gara yang sejak tadi memperhatikannya.
"Neng Ara pastinya." jawab Agam yang duduk di sampingnya. Bukan hal baru melihat Arkan uring-uringan seperti ini dan penyebabnya hanya satu yaitu Ara.
"Berantem lagi sama Ara?" tanya Raga. Laki-laki yang sedang tiduran di kasur Gara itu pun mengubah posisinya menjadi tiarap dengan tangan menopang dagu.
Arkan menoleh kemudian menangguk. Kemarin setelah Ara mengutarakan kekesalannya, gadis itu langsung mengusirnya. Tidak hanya itu, selama di sekolah Ara selalu menghindarinya dengan bantuan teman-temannya.
Sudah jelas bahwa teman-teman dari pacarnya itu mengetahui kejadian kemarin karena setiap Arkan berpapasan, mereka selalu menatapnya penuh dendam, terutama Dara yang terang-terangan mengomelinya.
"Wajar sih Ara ngambek, kalo jadi dia udah gue putusin lo Ar." ucap Vero, diangguki Agam.
Arkan yang mendengar itu pun menoleh dengan tatapan tajamnya, laki-laki itu mengambil jaket dan tas nya. "Gue pulang." pamitnya sebelum berlalu dari sana.
Perkataan Vero tanpa disadari berhasil membuatnya semakin gelisah, tujuannya saat ini hanya satu, yaitu kediaman kekasihnya Araya Maurasya.
"Emang masalah apaan? Gue nggak tau," tanya Dimas kepada Varo, Vero dan Agam.
Raga yang sejak tadi tiduran pun berjalan menghampiri mereka yang duduk di karpet tepat di depan televisi. Mereka berenam duduk membentuk lingkaran untuk mendengarkan cerita tentang hubungan percintaan temannya itu.
***
Arkan berdiri di depan pintu utama rumah Ara dengan tubuh basah kuyup akibat hujan yang turun ketika dia sedang di jalan. Laki-laki itu pikir tidak akan terlalu basah jika dia menerobos karna jaraknya sudah tidak terlalu jauh, tetapi ternyata pikirannya itu salah besar.
Tepat ketika Arkan hendak masuk, pintu utama itu terbuka dari dalam dan terlihat Bi Inem yang hendak keluar. Wanita paruh baya itu tampak kaget ketika melihat Arkan yang basah kuyup.
"Den Arkan! Kenapa nggak masuk? Aduh ... kok bisa basah gini," ucap Bi Inem sambil memperhatikan Arkan dari atas kepala hingga ujung kaki.
"Kena hujan," jawab Arkan seadanya.
"Iya, Bibi juga tau kalo hujan, tapi kenapa nggak neduh dulu Den?" tanya Bi Inem lagi sambil menarik Arkan masuk ke dalam.
"Mau ketemu Ara." jawab Arkan.
Bi Inem yang mendengar itu pun tersenyum tipis . "Ya udah kalo gitu Den Arkan ganti baju dulu, Bibi buatin coklat hangat." ucapnya.
Arkan mengangguk, kemudian berjalan menuju kamar Ayak, hendak meminjam bajunya. Laki-laki itu mengetuk pintu yang bertuliskan "Katakan 'Permisi Yang Mulia Raja' agar pintu terbuka'"
Tepat di ketukan ketiga, suara teriakan dari dalam kamar terdengar.
"SIAPA? KALO NGGAK PENTING NANTI AJA, AYAK LAGI SIBUK!" teriak Ayak.
"Arkan." jawab Arkan.
Ayak yang mendengar itu pun tersenyum jahil. "Passwordnya?" tanyanya.
Arkan tidak mengindahkan pertanyaan Ayak, laki-laki itu membuka pintu kamar kemudian masuk ke dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive and Cold Boy
Teen Fiction(REVISI!!!) Warning : Mengandung kata-kata toxic "Gue bunuh lo kalo sekali lagi bohongin gue," Arkano Yusuf Mahendra. Pria dingin yang di idam-idamkan murid di sekolahnya, tapi Sayangnya dia sudah memiliki kekasih yang sangat dijaganya. "Mau pacaran...