Chapter 39. Pembawa Sial

94.2K 9.6K 2.6K
                                    


Ada yang nungguin chapter ini?

Happy reading guys

**********

Saat ini Ara dan yang lainnya sedang berada di kantin rumah sakit untuk sarapan. Gadis manis itu memperhatikan teman-temannya dengan tatapan yang sulit di artikan, merasa sangat bersyukur karena mengenal mereka.

"Lo harus makan yang banyak Ra, karena hari ini bakal jadi hari yang panjang," ucap Gara, ketika melihat Ara yang tidak bersemangat menghabiskan sandwich-nya.

Gadis manis itu mengangguk, "Iya, ini dihabisin kok," balasnya dengan senyum tipis.

"Buruan selesaiin sarapannya, ntar kita telat ke bandaranya," ucap Varo, kepada teman-temannya.

"Kalian di sini aja, biar aku, Bang Ayak sama Bang Arlan aja yang pulang," ucap Ara, "Kalian baru sampe kemaren, masa udah mau pulang lagi, apalagi Kak Gara yang baru sampe di indo terus terbang ke sini, masa harus balik ke indo lagi," sambungnya.

Sejujurnya, gadis manis itu sejak tadi berusaha menahan tangisnya ketika melihat perlakuan teman-temannya yang benar-benar mebantu dan berusaha menghiburnya. Entah sudah berapa kali Ara mengucapkan syukur dalam hatinya karena memiliki mereka disisinya.

"Tujuan kita ke sini buat nyemangatin lo, bang Ayak sama bang Arlan, jadi nggak masalah buat kita kalo harus bolak-balik," ucap Gara.

Ara yang mendengar itu pun menunduk, "Maaf ya, aku ngerepotin," ucapnya, tidak enak.

"Lo ngerepotin kalo lo sakit, makanya makan yang teratur biar nggak ngerepotin," balas Raga.

"Lagian yang harusnya minta maaf itu kita, maaf karena kita udah nyembunyiin penyakit Arkan dari lo, maaf juga karena selama ini kita cuma bisa nyaksiin keterpurukan lo tanpa bisa berbuat apa-apa," ucap Kayla.

Ara tersenyum, senyum manis yang telah lama hilang dari wajahnya kini kembali ditunjukkannya, "Aku tau kalian cuma ngikutin permintaan Arkan." ucapnya, terdiam cukup lama, "Makasih karena selalu ada," sambungnya.

Nayla menggeleng, "Namanya juga temen Ra, temen itu harus selalu ada apalagi saat temennya lagi kesulitan," ucapnya. "Gue baru ngerasain punya temen yang bener-bener temen saat SMA, makanya gue bakal lakuin apapun biar nggak kehilangan kalian," sambungnya.

Kayla yang mendengar itu pun mengangguk, "Jujur, waktu awal kita semua deket, gue iri liat pertemanan lo sama Dara, kadang gue sampe mikir seandainya gue kenal kalian dari kecil, seandainya waktu SD dan SMP kita juga satu sekolah, hari-hari gue nggak bakal sekelam itu karena punya temen kaya kalian," ucapnya.

Dara merangkul bahu Kayla dengan senyum haru. Tentu saja mereka mengetahui hari kelam yang di maksud gadis tomboy itu. Sejak sekolah dasar, Kayla ditinggal Ibunya yang telah memiliki keluarga baru, sedangkan Ayahnya pemilik minimarket yang suka berjudi. Tinggal berdua dengan sang Ayah bukan lah pilihan bagus untuknya, karena kerap kali gadis itu dipukul hingga tidak sadarkan diri.

Tepat ketika Kayla lulus sekolah dasar, gadis tomboy itu memutuskan untuk pergi dari rumah dan tinggal bersama Bibi nya yang hidup sebatang kara, sejak saat itu setiap pulang sekolah Kayla selalu membantu bibinya menjadi pedagang keliling hingga setahun yang lalu sang Bibi menikah dan kehidupan mereka mulai membaik.

Varo mengacungkan jempolnya, "Temen-temen gue emang pada kuat karena bisa bertahan sampe sekarang." ucapnya membuat yang lainnya tersenyum.

Mereka memulai sarapan diselingi percakapan tentang pertemuan pertama mereka ketika masa orientasi siswa, sesekali mereka melemparkan candaan untuk menghibur Ara. Tidak lama setelah itu, makanan yang ada di hadapan mereka pun habis tidak bersisa, mereka semua kembali ke ruangan Arkan dengan Ara yang membawa paper bag berisi makanan untuk Ayak dan Arlan.

Possesive and Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang