Chapter 17. Mall

134K 12.2K 407
                                    




Maaf ya kalo typo



Ara melirik jam dindingnya yang menunjukkan pukul tujuh malam, tangannya terulur untuk mengambil handphone yang terletak di atas nakas. Gadis manis itu mencari kontak Arkan untuk menghubunginya.

"Arkan," panggilnya ketika Arkan sudah menerima sambungan telponnya.

"Hm ..." jawab Arkan seadanya.

"Aku bosen. Jalan-jalan yuk? mumpung masih jam tujuh," ajak Ara penuh harap.

Terjadi keheningan beberapa saat, tidak ada jawaban dari seberang telpon.

"Arkan?" panggil Ara, memastikan bahwa Arkan masih mendengarkannya.

"Males," jawab Arkan.

Ara yang mendengar itu pun memanyunkan bibirnya. "Tapi aku bosen Arkan," keluhnya.

Arkan memutuskan sambungan telponnya tanpa menanggapi ucapan Ara, membuat Ara mendengus kesal.

"Dari Ara, Ar?" tanya Raga yang dijawab anggukan oleh Arkan.

"Gue bingung, kenapa sih nggak ada yang mau deketin cowo secakep gue?" tanya Dimas yang sedari tadi memperhatikan chattan Gara dengan kekasihnya.

"Lo bukan bingung Bang, tapi nggak laku," jawab Agam yang langsung mendapat tendangan dari Dimas.

"Gue juga bingung, padahal gue secakep ini tapi malah di tolak mulu," timpal Raga yang sedang memantau instagram doi-nya.

"Tuh kan, lo juga bingung." ucap Dimas antusias.

Arkan yang mendengar obrolan yang tidak penting itu pun memutuskan untuk pergi dari sana, laki-laki itu mengambil jaket dan kunci motornya.

"Mau kemana, Ar?" tanya Varo yang melihat pergerakannya.

"Pulang," jawab Arkan datar.

"Cepet banget, mau kerumah doi?" tanya Dany, kakak kelasnya yang sudah lulus setahun yang lalu.

"Nggak." jawab Arkan lalu melangkahkan kakinya keluar dari sana tanpa pamit.

"Temen kalian yang satu itu sopan santunnya tinggi banget ya." ucap Gara sambil mengelus dadanya dengan senyum terpaksa.

"BESOK DATENG SEKOLAH JAM 6 AR, GUE AJARIN CARANYA MENJADI SOPAN DAN SANTUN!" teriak Vero yang masih dapat di dengar Arkan.

Remaja SMA itu menaiki motor trail nya dan melajukannya menuju rumah yang selama ini ditempatinya. Setelah beberapa saat diperjalanan, akhirnya dia sampai di rumah itu.

Arkan melangkahkan kakinya masuk ke dalam, langkah sedikit memelan ketika melihat pria paruh baya yang sedang duduk di sofa ruang keluarga.

Pria paruh baya yang menyadari kehadiran Arkan pun langsung menoleh, "Udah pulang nak? Kamu udah makan?" tanyanya.

Arkan tidak menjawab, dia melanjutkan langkahnya menaiki tangga menuju lantai dua, kemudian masuk ke salah satu ruangan yang ada di sana.

Pria paruh baya itu hanya menghela napas kasar, anak bungsunya itu telah berubah semenjak kepergian istri pertamanya. Alana Mahendra, wanita yang sangat dan selalu dicintainya.

Tidak berselang lama, Arkan kembali turun dengan hoodie dan celana hitam serta sepatu converse abu-abu, tanpa menyapa ataupun melirik, dia hanya melewati pria itu menuju garasi dan masuk ke salah satu mobil yang ada disana.
____________

Possesive and Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang