Chapter 10. Tatapan

156K 14K 743
                                    

Tandain ya kalo Typo


Ara berjalan menuruni tangga dengan mata menyusuri seisi rumah. "ARKAN!" teriaknya.

"ARKAN WHERE ARE YOU?" sambungnya.

Gadis manis dengan rambut berantakan itu baru saja terbangun dari tidurnya dan dia tidak menemukan keberadaan Arkan di sekitarnya.

"Kenapa?" tanya Arkan yang baru saja tiba dari arah dapur dengan wajah datarnya.

"Kirain udah pulang." ucap Ara. "Bang Ayak lagi keluar?" tanyanya.

Arkan mengangguk, dia mengambil tas-nya yang berada di sofa kemudian berjalan menuju pintu utama.

"Eh ... mau kemana?" tanya Ara, mengikuti Arkan.

"Pulang," jawab Arkan seadanya.

"Ya udah hati-hati ya, jangan mampir kemana-mana lagi, udah malem soalnya." ucap Ara.

Arkan menyalakan motornya kemudian menoleh ke arah Ara. "Bacot!" ucapnya.

Ara yang mendengar itu pun mendengus kesal, tangannya terangkat untuk memukul bahu laki-laki itu.

"Gue pulang." pamit Arkan sambil melajukan motornya menjauh dari pekarangan rumah bernuansa abu itu.

Ara yang melihat Arkan sudah menjauh pun kembali masuk ke dalam. "Bi, bang Ayak ada nelpon nggak?" tanyanya kepada Bi Inem.

"Tadi ada Non, diangkat sama Den Arkan, katanya den Ayak pulang agak maleman soalnya lagi ngumpul sama temen SMP-nya," jawab bi Inem.

"Oh ya udah, makasih ya, Bi." ucap Ara, kembali ke kamarnya.

Gadis manis itu membuka laptopnya dan memutar drama korea yang saat ini digemari kalangan anak muda. Ketika sedang fokus menonton, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dengan kasar dan menampakkan dua pria yang terlihat sangat lelah.

Ara yang melihat itu pun mengernyit heran. "Loh! Katanya pulang telat? Terus ini ngapain ke kamar Ara?"

"Bikinin coklat dingin dong, Ra," ucap laki-laki yang sedang mengenakan kaos oblong putih dan celana selutut itu, Arlan.

Ara mendengus kesal. "Nggak Abang, nggak adik sama aja, sama-sama suka nyuruh." ucapnya sambil berlalu pergi.

Arlan hanya terkekeh, sedangkan Ayak sudah merebahkan tubuhnya di atas ranjang Ara.

"Lo ngapain nginep disini sih?" tanya Ayak dengan mata terpejam.

Arlan menoleh ke arah Ayak, lalu ikut berbaring di sampingnya.

"Gue males ketemu istrinya Daddy, lagian disini banyak kamar kosong mubazir kalo dibiarin." ucapnya yang hanya mendapat lirikan dari Ayak.

Tidak lama setelah itu, Ara kembali dengan membawa nampan yang berisi tiga gelas coklat dingin.

"Wiih ... rajin banget calon ade ipar," ucap Arlan.

"Siapa? Bang ayak mau nikah sama bang Arlan?" tanya Ara.

"Amit-amit. Sorry Abang masih waras," ucap Ayak sebelum menyeruput coklatnya.

"Maksudnya itu kamu yang nikah sama Arkan," jelas Arlan.

"Idih! ogah, ntar Ara gak dibolehin ngapa-ngapain." ucap Ara sambil meletakkan nampan yang dibawanya ke atas nakas.

Ayak yang mendengar itu pun tersenyum tengil. "Kamu nggak mau nikah sama Arkan?"

Ara mengangguk mantap yang membuat kedua pria itu saling melirik dengan smirk di bibirnya. Tanpa gadis manis itu sadari, seseorang yang sedang mereka bicarakan sedang berdiri tepat dibelakangnya dengan tatapan tajam.

Possesive and Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang