Bentar lagi ending guys ✨
Apa pendapat kalian tentang cerita ini?Happy reading
***********
"Ara." lirih Ayak yang sedang berbaring di sofa.
Laki-laki itu bergegas memutar kursi roda sang Kakek menghadap dinding, kemudian menutup wajahnya sendiri menggunakan majalah yang tadi di bacanya.
Ara melirik kedua laki-laki itu sekilas, kemudian kembali menatap seseorang yang menjadi perhatiannya saat ini, seorang laki-laki yang terbaring lemah di brankar, dipenuhi alat-alat medis yang tidak diketahuinya.
"Arkan," lirih Ara, melangkahkan kakinya mendekat dengan tatapan tidak percaya.
"Ha-hai," sapa Arkan terbata-bata, "Gi-ma-na ka-barnya?" tanyanya.
Gadis manis itu tidak menjawab pertanyaan Arkan, kepalanya menoleh ke arah kedua laki-laki yang sedang menyembunyikan wajahnya dengan mata berkaca-kaca. Ayak yang merasa di perhatikan pun akhirnya menurunkan majalah yang menutupi wajahnya, hingga memperlihatkan matanya saja.
"Ab--" ucapan Ayak terhenti ketika ada seseorang yang baru saja masuk ke ruangan itu.
"Assalamualaikum," potong Arlan, yang baru saja tiba.
"Alhamdulillah, kali ini gue akuin lo emang sahabat terbaik gue Lan," ucap Ayak lirih.
"Waalaikumsalam," balas Ara.
Arlan melirik Ayak lalu beralih menatap gadis manis yang berada di dekat Arkan, matanya membelalak dengan sebelah tangan memegang dada secara dramatis, ketika menyadari siapa orang yang berada di hadapannya saat ini.
"Ara," lirihnya.
Arkan menggenggam tangan Ara yang saat ini sedang menatap ketiga laki-laki itu dengan tatapan yang tidak dapat diartikan, membuat gadis manis itu menoleh kearahnya.
"Ja-wab," ucap Arkan.
Laki-laki yang menggunakan alat bantu bernafas itu terlihat kesulitan untuk bicara, membuat air mata yang sejak tadi ditahan gadis itu akhirnya meluruh begitu saja.
"Kata-nya se-karang lo ja-di pen-diam, ma-af ya," ucap Arkan terbata, menatap Ara dengan mata sendunya.
Ara membalas genggaman tangan Arkan, "Sakit apa?" tanyanya dengan suara bergetar, yang dijawab dengan senyuman tipis oleh Arkan.
Gadis manis itu menoleh ke arah Arlan, meminta jawaban dari laki-laki itu. Arlan yang di tatap pun menghela nafas kasar, merasa bersalah karena selama ini menutupinya.
"Waktu itu Daddy pernah manggil Arkan buat ngobrolin sesuatu, dia juga nelpon Abang karena saat itu Abang lagi kuliah. Awalnya kita kira dia mau bahas surat wasiat atau warisan, tapi ternyata tentang penyakit yang di derita Arkan," jelas Arlan, diselingi gurauan.
"Arkan ... Gagal ginjal." sambungnya lirih, dengan kepala menunduk.
Ara beralih menatap Arkan dengan air mata yang terus meluruh, Arkan yang melihat itu pun tersenyum tipis sambil mengusap punggung tangan Ara.
"Ja-ngan ... Na-ngis," ucapnya terbata.
"Kamu jangan banyak bicara, Arkan," ucap Kakek, setelah Ayak memutar kursi rodanya agar menghadap mereka.
"Nggak ada yang ngasih tau Ara tentang ini?" tanya Ara lirih. Gadis manis itu tersenyum pilu, "Oh iya, Ara udah nggak ada apa-apa lagi sama Arkan," sambungnya.
Arkan menggeleng, "Gue ... nggak per-nah bi-lang pu-tus," ucapnya.
"Terus? kenapa nggak ada yang ngasih tau Ara tentang ini?" tanya Ara yang mulai sesenggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive and Cold Boy
Fiksi Remaja(REVISI!!!) Warning : Mengandung kata-kata toxic "Gue bunuh lo kalo sekali lagi bohongin gue," Arkano Yusuf Mahendra. Pria dingin yang di idam-idamkan murid di sekolahnya, tapi Sayangnya dia sudah memiliki kekasih yang sangat dijaganya. "Mau pacaran...