Chapter 3. Dihukum

208K 18.7K 2.3K
                                    

Maaf ya kalo typo


"Terserah," jawab Ara sambil membenarkan posisi baringnya.

"Gue bacain Yasin mau?" tanya Arkan datar.

"Yaa nggak baca Yasin juga." jawab Ara cepat.

"Buruan!" ucap Arkan.

"Em ... lagu ak--" ucapan Ara terhenti ketika Arkan mulai memainkan gitarnya.

You are the one for me
You're the only girl I see

Arkan menatap Ara lekat, dengan mata tajamnya, membuat yang ditatap menjadi salah tingkah.

You are the one I want
You are more than enough
You are the one for me
You make me happy

And I want you to love me
I want you to hold me
I want you to keep me close to you
I want you to need me

I want you to miss me
I want you to kiss me like you do
I need you here, here right now

Arkan berusaha menahan senyumnya saat melihat wajah Ara yang memerah.

"Gue nyanyi biar lo tidur, bukan senyam-senyum sendiri," ucapnya, menatap Ara dengan tatapan malas.

"Siapa juga yang senyum-senyum sendiri," elak Ara.

"Lo nggak bakalan tidur kalo lampunya masih nyala. Matiin!" ucapnya dengan nada perintah di akhir kalimatnya.

Ara pun bangkit untuk mematikan lampu kamarnya, setelah itu kembali ke tempat tidurnya.

"Nyanyi lagi dong," pintanya.

"Tidur!" ucap Arkan dingin.

Ara menghela nafas kasar. "Iya, tapi nyanyi dulu." ucapnya

Arkan langsung memutuskan sambungan telponnya, membuat Ara mendengus kesal. Gadis manis itu meletakkan handphonenya di atas nakas, lalu membenarkan posisi baringnya.

Saat sudah hampir terlelap, tiba-tiba saja handphonenya berbunyi menandakan ada pesan masuk. Gadis manis itu tentu saja sudah tau siapa pengirim pesan tersebut.

Ara langsung mengambil handphonenya, kemudian tersenyum manis ketika melihat laki-laki itu menyanyikan lagu Bintang-anima untuknya melalui voice note.

Biarkan ku menggapaimu
Memelukmu
Memanjakanmu
Tidurlah kau di pelukku
Di pelukku
Di pelukku
Tidur Lo!

Ara terkekeh saat ada nada perintah di akhir voice note itu.

*********

Saat ini, Ara sedang berada di teras rumahnya dengan seragam sekolah lengkap bersama tas dan sepatunya. Gadis manis itu sedang menunggu Arkan untuk menjemputnya.

"Morning Arkan nya Ara." sapa Ara ketika motor yang digunakan Arkan baru saja tiba dan berhenti di halaman rumahnya.

Arkan hanya melirik sekilas dengan wajah datarnya. "Naik!" ucapnya.

"Ish! udah di ucapin selamat pagi juga, bukannya dibalas malah didiemin," ucap Ara kesal sambil menaiki motor kekasihnya itu.

"Coba aja kak Ryan aku ucapin kaya gitu, pasti langsung dibales 'morning Ara nya Ryan.'" sambungnya.

Arkan yang hendak menjalankan motornya pun langsung menoleh ke belakang.

"Coba aja lo ngomong gitu, gue lakban tu mulut," ucap Arkan tajam, dengan wajah datarnya, membuat Ara langsung mengusap mulutnya.

Possesive and Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang