Chapter 38. Kembali Kehilangan

90.9K 9.3K 1.9K
                                    

Happy reading

*************

"Kenapa?" tanya Ayak, dengan kening mengernyit.

Arlan yang baru tiba pun mengatur nafasnya beberapa saat, "Ikut gue, buruan!" ucapnya, kembali berlari pergi dari sana tanpa menjawab pertanyaan Ayak.

Ara dan Ayak saling bertatapan dengan wajah bingung, sebelum berlari mengikuti Arlan menuju ruangan Kakek Arian. Ketika tiba di sana, kedua saudara itu terdiam saat melihat ruangan yang ramai dipenuhi dokter, suster serta Om dan Tante mereka.

"Kok rame?" tanya Ara.

Arsyid menoleh, laki-laki yang terlihat kacau itu menarik Ara ke dalam pelukannya dengan tangis yang tidak mampu ditahan.

"Arsyid kenapa nangis?" tanya Ara lagi.

Arsyid melepaskan pelukan mereka, lalu menariknya menuju brankar sang kakek. Tubuh gadis manis itu menegang saat melihat kakek Arian yang sudah terbaring dengan wajah pucat dan tubuh yang dingin.

"Kakek kenapa?" tanyanya lirih, dengan mata berkaca-kaca.

Ayak berdiri di hadapan Ara dengan brankar sang kakek yang menjadi penghalang, dia berlutut agar sejajar dengan wajah kakeknya, air matanya meluncur tanpa bisa di hentikan saat melihat sang kakek yang sudah tidak bernyawa.

"Kakek lagi tidur kan?" tanya Ayak lirih, dia beralih menatap sang Tante yang berada di samping Arsyid dengan tatapan tidak percaya, "Tan, bilang ke Ayak kalo Kakek cuma tidur? Kakek nggak mungkin ninggalin kita kan? Ayo Tan, bilang ke Ayak kalo Kakek cuma tidur," sambungnya penuh harap.

Tante Arsyi menggeleng dengan air mata yang terus mengalir, membuat harapan Ayak runtuh begitu saja, tangannya terangkat untuk memegang tangan dingin sang Kakek, masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Kek, Ayak cape ngurusin perusahaan, katanya kalo capek Ayak boleh istirahat, sekarang Ayak mau istirahat, Kakek bakal bantuin Ayak kan? Ayo bangun, bantu Ayak ngurus perusahaan," pintanya, dengan tangan menggenggam tangan Kakek Arian.

Ara ikut berlutut, tangannya terulur mengusap rambut sang Kakek, "Kenapa kakek nggak bilang kalo ada yang sakit?" tanyanya lirih, "Kakek pasti udah nggak sabar banget ya mau ketemu Nenek? pasti kangen banget ya? sampe rela ninggalin Ara, bang Ayak sama Arsyid," sambungnya dengan suara bergetar.

Gadis manis itu mengecup kening sang kakek, "Kalo Ara tau tadi itu pelukan terakhir, Ara nggak akan lepasin pelukannya." ucapnya yang mulai sesenggukan

Arlan yang melihat itu pun mendekap gadis manis itu, sedang Ayak dan Arsyid sudah ditenangkan oleh Om dan Tantenya.

"Besok Kakek akan dibawa pulang ke Indo." ucap Roby, Papa Arsyid. Laki-laki itu sedang memeluk anak semata wayangnya yang saat ini benar-benar terlihat kacau.

****

Daddy Arnan melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan Arkan dengan pelan. Laki-laki paruh baya itu tersenyum sendu ketika melihat Ara yang tertidur sambil menggenggam tangan Arkan, sedangkan Arkan sejak tadi hanya menatap wajah lelah gadis manis itu dengan perasaan bersalah.

Daddy Arna mengusap rambut anak bungsunya dengan lembut, "Cepat sembuh ya jagoan Daddy," ucapnya, yang hanya mendapat lirikan sekilas dari Arkan.

Suara pintu yang terbuka membuat Ayah dan Anak itu menoleh, di sana terlihat Arlan yang baru saja tiba dengan wajah lesunya.

"Kapan Kakek di bawa ke indo?" tanya Daddy Arnan kepada anak sulungnya itu.

"Besok," jawab Arlan seadanya.

Possesive and Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang