Lalisa kini tengah berdiri di depan kelas Rosé.
Setelah puas menangis dipelukan Jennie tadi, Lisa akhirnya memutuskan untuk pergi ke kampus walau tidak memiliki jadwal apapun hari ini. Sejujurnya ia sangat takut, tapi dia harus menemui Rosé demi mendapatkan maaf dari gadis itu. Lisa tidak tahan harus berada di situasi seperti ini bersama Rosé. Mereka terlalu dekat, Lisa terlalu terbiasa dengan sifat cerewet namun hangat milik Rosé dan dia tidak terbiasa dengan rasa bersalah yang menggerogotinya tanpa ampun.
Jika ada hal terakhir yang diinginkannya di dunia ini, maka hal itu adalah melihat keluarganya tersakiti. Dan Lisa membenci dirinya sendiri karena telah membuat Rosé bersedih, bahkan menangis tanpa henti semalaman. Lisa benar-benar ingin memperbaiki semuanya. Dia akan melakukan apapun asalkan Rosé memaafkannya dan keadaan kembali menjadi seperti semula.
Tapi sepertinya akan sulit, apalagi ketika orang yang dia ditunggu sejak tadi malah berjalan lurus tanpa menoleh ke arahnya sama sekali. Joy, teman dekat Rosé, bahkan dibuat bingung dengan sikap acuh si gadis chipmunk pada adik kembarnya sendiri. Lisa jelas-jelas berdiri didekat pintu keluar, dimana semua orang bisa melihat kehadirannya dengan jelas. Jadi sangat tidak mungkin kalau Rosé tidak menyadari kehadiran gadis itu.
"Rosé-ya," Panggil Lisa sambil memegang pergelangan tangan kakaknya. Namun Rosé menatap cekalan Lisa ditangannya seakan itu adalah benda menjijikkan yang menyentuh kulitnya. Lisa menahan napas. Sakit sekali. Tapi dia memutuskan untuk terus tersenyum, "Mau makan bersamaku?" Tanyanya tanpa melepaskan senyuman dari bibirnya.
Rosé mengalihkan pandangan dari jalinan tangan Lisa. Mata itu menyorot begitu dingin hingga membuat Lisa bergidik ngeri. Mata itu tidak pernah menatapnya seperti ini. Mata itu selalu hangat, mata itu- "Lepas." Dingin. Nada bicaranya bahkan terdengar begitu dingin hingga Lisa bisa merasakan hatinya ikut membeku bersamaan dengan dinginnya sikap Rosé saat ini.
"Chaeng-ah.. Maafkan aku." Lirih Lisa, hampir menangis.
"Lepas!" Tegasnya sekali lagi. Namun Lisa menggeleng, menolak permintaan Rosé. Gadis itu tampak mulai tersulut emosi. Emosinya sedang tidak stabil, moodnya berantakan dan sekarang Lisa berani-beraninya malah menambahkan bumbu pada harinya?! Langkah yang salah, Kim Lisa!
"Aku bilang lepaskan!" Tukasnya sambil menyentakan tangan Lisa hingga genggaman itu terlepas dari tangannya. Beberapa orang yang masih berada disana tampak memperhatikan tapi sepertinya Rosé tidak menaruh peduli sama sekali. Dia lantas berlalu dan meninggalkan Lalisa yang kini tengah mematung menatap tangan kanannya dengan mata berair.
Sakit.
"Hey," Bisik Joy yang tak tega melihat Lisa seperti ini. Gadis itu lantas menarik Lisa ke dalam pelukannya, berusah menenangkan bungsu Kim yang sudah hampir menangis itu. Si kembar sepertinya tengah dilanda masalah serius hingga Rosé mampu berlaku seperti itu pada kembarannya sendiri. Joy sangat tahu sedekat apa mereka. Dan dia tahu Rosé tidak akan pernah memperlakukan Lisa dengan buruk kalau tidak ada hal besar yang menganggu nya. Rosé adalah gadis yang baik, begitu pun Lisa. Orang-orang yang mengenal mereka mungkin sering kali melihat Lisa dan Rosé bertengkar di tempat umum. Tapi bukan seperti ini. Bukan dengan sikap dingin Rosé atau tangis Lisa yang mengiringinya.
***
"Aku membawa kimbab buatan Jennie Unnie. Ayo kita makan bersama!" Lisa nampaknya belum mau menyerah.
Setelah selesai menangis di pelukan Joy, Lisa akhirnya memutuskan untuk terus mengejar kembarannya. Dia tak peduli walaupun Rosé menatapnya seperti orang asing sekarang. Dia akan terus berusaha untuk mendapatkan maaf dari saudara kembarnya apapun yang terjadi. "Pergi." Oke, yang satu ini cukup menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone✔
FanfictionJisoo, Jennie, Rosé dan Lisa tak lebih dari anak-anak manja yang hanya bisa mengandalkan kedua orang tua mereka, Jiyong dan Taeyeon Kim. Lalu apa yang akan terjadi jika pada suatu hari, kedua orang tua mereka tiba-tiba menghilang tanpa jejak?