Setelah selesai makan dan mandi, Jisoo memutuskan untuk kembali menghampiri Jennie di kamarnya. Jisoo memang telah puas mengomeli Lisa soal kelakuannya yang mabuk-mabukan tempo hari. Namun hal itu malah semakin menyadarkan Jisoo kalau dirinya telah menjadi kakak yang sangat buruk hanya karena pekerjaan. Gelombang rasa bersalah kini kembali menyerangnya tanpa ampun. Jisoo sama sekali tidak mengatahui apapun soal masalah si kembar dan dia pun tidak tahu kesulitan apa saja yang dialami oleh Jennie selama ia pergi. Hari-hari kemarin pastilah menjadi hari yang berat untuk adik-adiknya. Dan dengan bodohnya Jisoo malah mengabaikan mereka, bahkan membentak Jennie padahal jelas-jelas dirinya yang bersalah.
"Unnie?" Jennie menyentuh lengan Jisoo yang tampak melamun di kasurnya. Jennie baru saja keluar dari kamar mandi dan kehadiran Jisoo lumayan mengejutkannya.
"Hey," Jisoo tersenyum tipis sambil meraih tangan Jennie dan menggenggamnya. "Unnie ingin mengobrol, boleh?" Tanyanya yang tentu saja langsung diangguki Jennie. Gadis itu lantas duduk disebelah kakaknya dan menatap si sulung itu dengan pandangan bertanya.
"Unnie.. Melewatkan banyak hal, ya?" Tanya Jisoo kali ini dengan murung. Jennie menghembuskan napasnya perlahan. Jelas, Jisoo melewatkan hal penting. Tapi melihat kakaknya dengan wajah sendu seperti ini sama sekali tidak membuat Jennie senang. "Kenapa Unnie jadi melow begini?" Tanya Jennie riang, berusaha mencairkan suasana. Namun Jisoo hanya tersenyum lemah dan menggeleng.
"Unnie merasa sangat buruk. Unnie berada sangat jauh dari kalian, mengabaikan kalian dan yang lebih parah, Unnie menyakitimu." Sesalnya diiringi dengan tundukan kepala yang semakin dalam. Jennie buru-buru meraih sang kakak kedalam pelukannya. "Itu sudah berlalu. Semuanya akan baik-baik saja sekarang." Ucap Jennie menenangkan.
"Maaf ya?" Lirih Jisoo lagi. Rasa sesal masih saja bercokol dihatinya. Benar, dia memang bukan kakak yang cukup baik bagi adik-adiknya. Tapi dia tidak pernah merasa seburuk ini. Ini adalah pertama kalinya Jisoo merasa menjadi sangat buruk sebagai seorang kakak. Dia anak pertama, dia yang harusnya melindungi adik-adiknya ketika orang tua mereka tidak ada. Namun yang Jisoo lakukan malah sebaliknya. Dia malah menyakiti anak-anak itu.
"Berhenti minta maaf. Aku tahu Unnie pasti melalui banyak hal selama disana. Salahku juga yang menuntut ini itu dan malah membuat Unnie kesal. Aku-"
"Kau tidak salah, Jendeuk. Aku yang memang tidak bisa men-"
"Ani, ani. Ini giliranku berbicara, arraseo?" Ujar Jennie dan mau tak mau sang kakak mengangguk. "Aku tahu Unnie sangat sibuk, permasalahan Unnie juga banyak. Dan sebagai adik, aku harusnya mengerti dan tidak membebanimu. Unnie, kau tidak pernah sekalipun berkata sekeras itu pada adikmu jika bukan karena adikmu salah, atau kau sedang memiliki masalah. Aku memang ketakutan dan jujur saja, sakit hati, semalam. Tapi sekarang aku paham, Unnie. Kau melakukan itu karena terlalu menyayangi kami. Kau marah karena kau lelah dan tidak suka diabaikan. Apalagi oleh adik manis sepertiku." Lanjut Jennie dengan seringai menyebalkan dibibirnya.
Jisoo terkekeh namun tak urung tetap mengangguk dan mencubit pelan pipi adiknya. "Ne, uri sweet Jendeuk." Ucapnya. "Ini bukan pembelaan, tapi sebelumnya, Unnie memang sudah merasa sangat kesal. Unnie tertinggal pesawat karena kelalaian sekretaris Appa. Unnie harusnya bisa sampai sebelum gelap, tapi karena hal tersebut, semuanya berantakan. Dan ya.. Kau tahu kelanjutannya. Maaf." Jisoo bersandar dibahu sang adik.
"Mau menceritakan apa saja yang terjadi selama di New Zealand?" Tanya Jennie sambil mengusap lengan si sulung.
"Ani, lebih baik ceritakan apa yang terjadi pada si kembar."
***
"Kira-kira, apa yang sedang Unniedeul lakukan sekarang?" Tanya Lisa sambil berbaring terbalik. Kepalanya menggantung hingga rambutnya menjuntai ke bawah, sementara kakinya terletak sempurna di kasur. Mereka kini tengah berada di kamar Lisa, karena si bungsu itu menolak untuk masuk ke kamar Rosé. Dia masih trauma, katanya. Jadi mau tak mau, Rosé menurut walau sebenarnya dia sudah tidak mempermasalahkan apapun sekarang. "Jangan kepo, biarkan mereka mengobrol." Balas Rosé yang sibuk memainkan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone✔
Fiksi PenggemarJisoo, Jennie, Rosé dan Lisa tak lebih dari anak-anak manja yang hanya bisa mengandalkan kedua orang tua mereka, Jiyong dan Taeyeon Kim. Lalu apa yang akan terjadi jika pada suatu hari, kedua orang tua mereka tiba-tiba menghilang tanpa jejak?