Burst in Tears

5K 604 25
                                    

Rosé dan Lisa langsung berlari menubruk Jisoo ketika figur sang kakak sulung tertangkap oleh sorot mata keduanya. Sejak di panggung, anak kembar itu sudah benar-benar senang karena melihat Jisoo berada diantara kerumunan penonton bersama Jennie. Dan ketika kedua kakaknya menghampiri mereka di belakang panggung, Lisa dan Rosé lantas memeluk si sulung dengan erat tanpa berniat melepaskannya dalam beberapa waktu kedepan.

"Aku sangat merindukan Unnie." Gumam Lisa disela pelukannya. Jisoo menepuk-nepuk punggung si kembar dengan lembut. "Aku juga merindukan diriku sendiri." Balas Jisoo yang sontak membuat Lisa dan Rosé melepaskan pelukannya dengan kasar.

"Kenapa Unnie menyebalkan sekali sih?!" Pekik Rosé dengan bibir mengerucut. Jisoo terkekeh dan kembali menarik si kembar kedalam pelukannya. "Iya, iya! Unnie juga sangat sangat sangat merindukan kalian!" Serunya. Mereka berpelukan untuk waktu yang cukup lama, melupakan Jennie yang berdiri agak jauh dari mereka sambil memalingkan wajah.

"Sunbae? Mau pergi kemana? Bukannya Lisa dan Rosé masih berada didalam?" Salah seorang teman Lisa yang tidak Jennie ketahui namanya bertanya saat gadis bermata kucing itu melangkah keluar dari backstage. Jennie tersenyum tipis sebelum menjawab. "Aku akan menunggu di luar. Bisa tolong katakan pada Lisa atau Rosé untuk membawa peralatan make up-ku?" Tanya Jennie yang langsung diangguki oleh gadis itu.

Jennie berterima kasih kemudian melangkah keluar, mencari udara segar. Jennie masih belum ingin berada di ruang yang sama dengan Jisoo terlalu lama untuk saat ini. Dia tidak marah, sungguh. Dia hanya takut dan sedih. Jennie belum siap menerima kenyataan kalau dirinya tidak berharga untuk sang kakak. Pemikiran seperti itu saja sudah membuat hatinya sakit, apalagi jika nanti Jisoo mengatakannya lagi. Jennie pasti akan menangis dan dia tidak mau melakukannya didepan Rosé dan Lisa. Jennie bisa menjadi sangat sensitif dan ia membenci dirinya untuk itu.

Si kucing kemudian duduk di kursi yang ada tepat didekat pintu keluar gedung. Jennie menyugar rambutnya sekilas, menghela napas pelan lalu memejamkan matanya erat-erat. Dia tidak ingin kembali menonton acara, dia sungguh lelah. Jika saudara-saudaranya tidak keluar dalam waktu 20 menit, Jennie mungkin akan memilih untuk pulang. Ia mendadak kehilangan euforia setelah Jisoo datang. Bukan salah kakaknya. Dia lah yang terlalu memikirkan kata-kata Jisoo tempo hari hingga ketertarikannya pada acara ini mendadak hilang.

"Unnie, oh astaga!" Helaan napas terengah yang bercampur dengan kelegaan berhasil membuat Jennie membuka matanya. Dan untuk sesaat kemudian, si gadis bermata kucing bisa merasakan tubuhnya didekap dengan erat oleh seseorang. Dan yang ia ketahui, tubuh ini milik Lisa, adik bungsunya. "Kenapa pergi? Ada apa? Unnie sakit lagi?" Tanya Lisa dengan wajah khawatir seraya menangkup pipi Jennie dengan kedua tangannya.

Jennie terkekeh melihat wajah khawatir Lisa yang berada tepat di depan matanya. Gadis itu memegang tangan adiknya kemudian menggeleng. "Aku tidak apa-apa, hanya sedikit pusing. Mungkin karena terlalu banyak orang." Ucap Jennie terpaksa berbohong. Dia tak mungkin mengatakan kalau dirinya pergi karena merasa tidak nyaman dengan Jisoo.

"Kalo begitu ayo kita pulang! Biar aku hubungi Chaeng dan Jisoo Unnie dulu." Ujar Lisa sambil merogoh ponselnya di tas. "Harusnya Unnie bilang kalau Unnie belum sembuh. Kenapa memaksakan diri." Lanjutnya bergumam. Ia benar-benar mengkhawatirkan kakaknya sejak kemarin. Belum lagi dengan perkataan Rosé yang menduga kalau kakak kedua mereka ini sedang memiliki masalah dan Jennie tampak tak ingin membagi masalahnya dengan mereka, membuat dirinya juga Rosé semakin mengkhawatirkan si kucing galak itu.

"Aku sungguh tidak apa-apa, Lisa-ya. Jika kalian masih ingin menonton, lanjutkan saja. Aku bisa pulang dengan taksi." Cegah Jennie yang tak ingin membebani saudara-saudaranya. Terlebih, dia merasa sangat sehat dan tidak seharusnya membuat adik-adik dan kakaknya kehilangan kesenangan. "Tidak, tidak! Kesehatan Unnie lebih penting." Balas Lisa setelah selesai menelepon Rosé dengan suara paniknya.

Gone✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang