Talk the Talk; Thank You

4.8K 560 56
                                    

Kang Seulgi hampir bisa merasakan kakinya gemetar di bawah tatapan tajam dan dingin milik seorang Kim Jisoo. Bosnya itu benar-benar terlihat kesal dan Seulgi tidak bisa membela diri karena dia berada di posisi yang serba salah. "M-maaf, Sajangnim. Aku.. Aku-"

"Kau melupakan apa yang aku katakan, hanya dalam semalam? Astaga, bagaimana bisa aku mempercayaimu, Kang Seulgi?!" Ujarnya kesal. Ini pertama kalinya Jisoo memanggil asistennya dengan panggilan informal seperti itu. Dan hal tersebut membuat si gadis bermata monolid mengigit bibir bawahnya, pasrah akan kemarahan Jisoo. Dia memang bersalah pada CEO muda itu. Tapi dia tidak punya pilihan lain jika yang memintanya adalah..

"Jangan memarahinya, Nak. Appa yang memaksa ingin tahu keberadaanmu." Jiyong segera berdiri, melindungi asisten anaknya dari kekesalan Jisoo. Kang Seulgi memang menjadi salah satu orang yang mengetahui keberadaan gadis-gadis Kim karena walaupun hotel ini milik kenalan Jennie, tapi pemesanan kamar dilakukan lewat Seulgi dengan alasan empat gadis Kim yang tak mau repot. Dan karena itulah Jisoo merasa dikhianati asistennya ini padahal ia sudah mewanti-wanti agar gadis itu tutup mulut.

Tapi disisi lain, Seulgi tentu tidak bisa menolak permintaan Jiyong jika bos besar itu sampai datang ke apartemennya demi menanyakan keberadaan Jisoo. Bagaimanapun juga, Kim Jiyong adalah bos dari segala bosnya.

"Kita akan bicara di rumah. Sekarang, tolong biarkan aku dan adik-adikku tidur." Ucap Jisoo datar.

"Eomma sangat merindukan kalian, Nak. Biarkan kami masuk." Lirih Taeyeon dari balik punggung suaminya. Jisoo memijat pelipisnya sekilas. Pemandangan Taeyeon yang tampak lelah dengan mata sembab dan hidung memerah tentu mengusik ketenangannya. Ibunya itu pasti menangis semalaman karena memikirkan keberadaan anak-anaknya. "Sooyaa.." Lirih sang Ibu lagi.

Jisoo berdecak. Gadis itu mengusap wajahnya frustasi namun dengan itu, tangannya bergerak dan membuka pintu lebih lebar agar orang tuanya bisa masuk. Tapi sebelum itu, ia kembali menatap Seulgi dengan datar. "Terima kasih sudah mengantarkan orang tuaku kesini. Ini masih pagi. Sarapan lah dulu di restoran bawah, pembayaran atas namaku." Ucapnya tegas.

Kang Seulgi mengangguk kaku. "Ye. Maaf telah membuat Anda kesal, Sajangnim." Ucapnya menyesal. Jisoo hanya mengangguk sekilas dan segera menutup pintunya.

"Silahkan duduk." Ucapnya masih dengan nada yang datar.

"Jangan perlakukan kami seperti orang asing, Sooyaa." Cicit Taeyeon pelan. Namun Jisoo hanya diam dan segera memasuki kamar untuk membawa adik-adiknya kehadapan Jiyong dan Taeyeon. Dia sangat kesal karena rencananya dirusak begitu saja.

"Ayo, bangun. Ada Appa dan Eomma." Serunya sambil mengguncang ketiga adiknya yang berbaring di bawah selimut.

Selimut tebal itu tersibak seketika. Dan pandangan kaget serta bingung adalah satu-satunya yang bisa Jisoo tangkap dari wajah ketiga adiknya. "Ku pikir kita akan pulang nanti sore?" Tanya Jennie dengan kening mengernyit dalam. Dengan keadaan jengkel, Jisoo mendengus sebelum berkata. "Kang Seulgi berkhianat."

"Jinjja??" Pekik Lisa.

"Ya. Sekarang keluar. Appa dan Eomma menunggu." Balasnya masih dengan nada ketus.

"Uh, lalu apa yang akan kita lakukan?" Tanya Rosé bingung. Dia benar-benar tidak tahu apa yang akan mereka lakukan di depan orang tua mereka nanti. "Tidak tahu. Rencananya bubar. Ayo sekarang keluar." Jawab Jisoo.

Dengan wajah mengantuk dan bingung, anak-anak Kim segera keluar dari kamar. Dan dengan itu, Taeyeon segera berdiri ketika pemandangan ketiga anaknya terlihat. Ibu empat anak itu hampir berlari memeluk keempatnya jika saja Jisoo tidak merentangkan tangannya seolah menghalangi siapapun untuk menyentuh adiknya. "Ini bukan waktunya peluk memeluk." Tukasnya tajam. Bukannya ia mau bersikap tidak sopan pada orang tuanya, tapi kekesalan pada Kang Seulgi benar-benar masih bercokol dikepalanya.

Gone✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang