Jisoo masih menatap komputer di hadapannya dengan serius. Ini adalah hari pertamanya bekerja dan kepalanya terasa hampir meledak dengan segala proposal kerjasama yang harus dia pelajari. Jisoo pikir, setelah perkenalan pada karyawan, dia masih bisa bersantai dengan bimbingan-bimbingan ringan dari Yong-Jae. Tapi nyatanya? Tidak! Berbagai proposal kerjasama langsung berdatangan sesaat setelah ia duduk di kursi kebesaran ayahnya. Dan Yong-Jae, pria itu bahkan belum memasuki ruangannya sejak dia masuk ke sini.
Memang penipu ulung! Jisoo merasa dikhianati!
"Sajangnim? Anda memanggil saya?" Jongin, sekretaris ayahnya tiba-tiba masuk. Jisoo mengusap tengkuknya sekilas, masih merinding menyadari dirinya menyandang gelar sajangnim (walau untuk sementara). Jika dia bertemu adik-adiknya, bisa habis dia digoda.
"Ah, ne, Jongin-ssi. Saya ingin melihat laporan keuangan dalam dua bulan terakhir ini. Bisa tolong diambilkan?" Jongin buru-buru mengangguk patuh. "Ada lagi yang bisa saya bantu?" Tanya Jongin lagi, takut atasan barunya itu masih membutuhkan bantuannya.
"Ya, jika tidak keberatan, tolong panggilkan Tuan Lee." Jawab Jisoo. Jongin tentu saja langsung menuruti keinginan Jisoo dan segera keluar dari ruangan gadis cantik itu.
Jisoo benar-benar harus mempelajari seluruh tetek bengek perusahaan termasuk pertumbuhan keuangan di perusahaan ini. Karena dia tidak akan memahami seluruh tumpukan proposal kerjasama ini jika dirinya tidak tahu apapun mengenai latar belakang perusahaannya sendiri. Dan tentu saja, itu bukan hal mudah.
Untuk seorang Jisoo yang terbiasa dengan game sepanjang hari, jelas hal ini sangat merepotkan dan membuat kepalanya panas dan siap meledak seketika. Demi Tuhan, Jisoo tidak bodoh. Tapi lembaran kertas ini membuatnya nyaris ingin melempar kepalanya ke luar jendela. Ia bersumpah jika ayahnya tidak kembali dalam waktu dekat, ia akan mengambil seluruh keuntungan perusahaan hanya untuk dirinya sendiri.
Yong-Jae, pria tua menyebalkan itu tidak datang ke ruangannya bahkan sampai sore hari. Jongin bilang dia sedang menemui beberapa klien penting sebelum Jisoo benar-benar siap untuk menghadapi klien besar. Dan Jisoo, mau tak mau harus pasrah berkutat dengan kertas-kertas sialan ini sepanjang hari.
"Sajangnim, ada yang ingin menemui anda." Jongin masuk setelah mengetuk pintu dan Jisoo mengizinkan. "Siapa?" Tanya Chaebol itu.
"Nona Kim." Jawabnya membuat Jisoo mengernyit. Nona Kim mana? Dia juga Nona Kim kekekeke~ "Suruh masuk." Ucap Jisoo singkat. Dia yakin, pasti salah satu adiknya yang berkunjung. Entah yang mana, tapi dia tahu pasti bukan Nona Kim lain yang berani-beraninya mengganggu hari pertamanya bekerja.
"Annyeonghaseyo, Sajangnim!" Teriakan itu membuat Jisoo menepuk keningnya keras. Lalisa memasuki ruangan dengan senyum lebar yang bertengger dibibir tebalnya. "Yah, Lisa-ya! Mau apa?" Tanya Jisoo sinis. Namun gadis berponi itu malah terkekeh dan memeluk tubuhnya dengan erat.
"Kau sakit?" Jisoo menyentuh kening adiknya, tapi tak ada yang aneh. Suhunya normal tapi anak itu masih bergelayut di tubuhnya. "Yah! Jahat sekali!" Lisa memekik dan mendorong tubuh kakaknya.
"Aku hanya bertanya!" Teriak Jisoo yang tak terima didorong oleh sang adik.
"Aku juga hanya memelukmu! Kau keren sekali duduk di kursi ini, tapi kau jahat dan biadab!" Jerit Lisa tak mau kalah. Jisoo menyeringai. Tak lama, sulung Kim itu kembali menarik si bungsu kedalam pelukannya sambil sesekali menepuk punggung sang adik.
"Aku memang keren. Kau saja bodoh, tidak menyadarinya." Gumam Jisoo pelan namun masih bisa didengar dengan sangat jelas oleh Lisa.
"Unnie, aku benar-benar akan memukul wajahmu!" Lisa memekik kesal sambil mengangkat tangan kanannya, siap menghantam Jisoo kapan saja. "Yah, yah! Kau berani pada kakakmu?!" Jisoo merengut mundur. Lalisa memang kurus kering, tapi dia tahu pukulan si poni itu tidak pernah main-main. Dan Jisoo tidak ingin mengorbankan tubuh indahnya untuk mencicipi pukulan sialan adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone✔
Hayran KurguJisoo, Jennie, Rosé dan Lisa tak lebih dari anak-anak manja yang hanya bisa mengandalkan kedua orang tua mereka, Jiyong dan Taeyeon Kim. Lalu apa yang akan terjadi jika pada suatu hari, kedua orang tua mereka tiba-tiba menghilang tanpa jejak?