Special Chapter: Days After

4K 345 34
                                    

Special 100k reads!

"Yeobo, kita kesiangan!" Taeyeon berseru panik sambil mengguncangkan tubuh suaminya. Jiyong yang terkejut karena suara Taeyeon lantas tersentak bangun dan menatap linglung ke arah istrinya.

"Wae?" Tanyanya dengan suara serak, khas bangun tidur. Wajah bodoh suaminya itu malah membuat Taeyeon geram hingga wanita itu memukul dada Jiyong dengan kesal. "Kita kesiangan! Ayo cepat bangun dan bersiap!" Kali ini Taeyeon menunjuk jam yang tergantung di dinding kamar mereka; pukul 8 pagi. Dan disitulah kesadaran Jiyong hadir dan sesegera mungkin pria tua itu bangkit dari kasur lalu berlari menuju kamar mandi.

Taeyeon sendiri cepat-cepat keluar kamar untuk menyiapkan sarapan bagi anak-anaknya. Salahnya sendiri yang masih belum menyuruh para pekerja untuk kembali. Setelah kepergiannya selama sebulan penuh, tak bisa dipungkiri ia merasa sangat merindukan anak-anaknya. Dan menyiapkan segala keperluan mereka adalah salah satu bentuk penyaluran kasih sayang dan rasa rindu dari Taeyeon.

Namun begitu sampai di dapur yang juga langsung terhubung ke meja makan, rahang Taeyeon nyaris lepas rasanya. Keempat anaknya ada disana. Lengkap dengan makanan yang telah siap juga empat gadisnya yang terlihat sudah rapi. Ia mengerjap beberapa kali. Sudah hampir seminggu ia di rumah, namun dirinya masih saja terkejut dengan kebiasaan baru ini. Semuanya seakan berbalik. Anak-anak yang menjadi rajin, dan Taeyeon serta Jiyong yang malah sering bangun terlambat.

"Oh, Eomma! Selamat pagi!" Sapa Lisa dengan suara riang. Rosé yang melihat ibunya mematung di dekat meja makan tertawa geli dan segera menghampiri sang ibu. Gadis itu kemudian menggiring Taeyeon untuk duduk di meja makan dan mengusap bahu ibunya dengan lembut. "Eomma!" Panggilnya. Taeyeon kembali mengerjap.

"Eomma mau minum jus jeruk atau teh?" Tanya Jennie yang bangun dari duduknya untuk mengambilkan apapun yang Taeyeon minta. "Huh? Oh, t-teh?" Taeyeon menjawab dengan ragu. Namun Jennie langsung mengangguk dan segera membuatkan teh untuk sang Ibu.

"Kopi hitam tanpa gula untuk Appa." Jisoo datang dari pantry setelah membuatkan kopi untuk ayahnya. Matanya menatap Taeyeon yang belum juga bersuara. Senyuman jahil terbit di bibirnya. Gadis itu mendekap erat tubuh mungil sang ibu dari belakang kemudian mencium pipinya berkali-kali. "Kenapa diam saja?" Tanyanya sambil terkekeh.

Taeyeon menggeleng. Wanita itu tersenyum tipis dan memegang lengan si sulung yang masih melingkar di bahunya. "Eomma hanya senang." Ucapnya pelan.

"SAYANG, BAGAIMANA INI? AKU AKAN TERLAM- eoh, anak-anak?" Teriakan Jiyong dari atas tangga terhenti seketika. Matanya mengerjap kaget, persis seperti Taeyeon tadi begitu melihat anak-anaknya telah siap disana. "S-sedang apa kalian sepagi ini?" Tanya Jiyong seperti orang linglung.

"Sedang menonton sirkus." Jawab Lisa sambil meminum susu cokelat kesukaannya.

"Yah!" Jiyong menghampiri anak bungsunya kemudian menjepit gemas tubuh anak itu dalam pelukannya. "Aaahhh! Eomma, tolong aku!" Pekik Lisa sambil memukul-mukul punggung ayahnya.

"Hey, hey! Sudahlah, ayo sarapan. Anak-anak sudah memasak untuk kita. Sooya juga sudah membuatkan kopi untukmu." Ucap Taeyeon sambil menarik lembut tangan suaminya untuk ikut duduk. Jiyong menatap istrinya seakan tak yakin. Namun melihat Taeyeon yang mengangguk dengan senyum bahagianya membuat Jiyong mau tak mau percaya dan mulai meneguk kopinya dengan perlahan. "Enak, Jisoo-ya. Kau sangat pandai!" Puji Jiyong yang hanya dibalas dengan naiknya sebelah alis Jisoo dengan sombong.

Jennie tak lama datang. Gadis itu tersenyum manis kearah Taeyeon setelah meletakkan secangkir teh untuk sang ibu. "Terima kasih, sayang." Ucap Taeyeon. Jennie hanya mengangguk lalu ikut duduk.

"Selamat makan!" Seru Rosé yang sejak tadi sudah tak sabar menunggu seluruh anggota keluarganya untuk berkumpul. Begitu semuanya duduk, gadis itu segera memasukan pancake buatan Jennie kedalam mulutnya dengan suapan besar. Namun belum sempat ia mengunyah, Jiyong tiba-tiba berbicara. "Berdoa dulu." Katanya dengan sebelah alis yang terangkat dan mata yang tertuju pada Rosé.

Gone✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang