There's Always be the First Time For Everything

4.5K 563 24
                                    

Sepanjang ingatannya, Rosé selalu menjaga gitar ini dengan baik. Tak pernah sekalipun ia biarkan orang lain menyentuhnya. Walaupun Rosé memiliki gitar lain yang jauh lebih bagus dari gitar tua ini, tapi gitar ini selalu menjadi benda kesayangannya. Gitar ini selalu memiliki tempat di hatinya.

Rosé ingat, neneknya memberikan gitar ini saat ia berusia 8 tahun. Dan sejak saat itu pula lah ia begitu mencintai musik. Mendiang neneknya, ibu dari Taeyeon, adalah satu-satunya pemusik di keluarga mereka. Walau keluarganya juga lekat dengan musik, tapi nenek adalah satu-satunya orang yang benar-benar terjun ke dunia musik dan hidup disana. Wanita tua itu adalah musisi hebat di Korea. Dan Rosé selalu ingin meneruskan jejaknya. Apalagi neneknya memberikan gitar hanya padanya, seakan mengetahui cucunya yang satu ini akan memiliki kecintaan besar terhadap musik.

Dan ketika gitar ini hancur didepan matanya, Rosé bisa merasakan hatinya ikut hancur bersamaan dengan kepingan-kepingan kayu yang kini berserakan di lantai kamarnya. Dia bisa saja membeli gitar yang sama persis, bahkan lebih bagus dan mahal. Tapi kenangan yang ia ciptakan dengan gitar ini tentu tidak bisa digantikan, bahkan dengan gitar paling mahal sekalipun. Dan fakta jika Lisa yang menjadi penyebab rusaknya gitar ini membuat Rosé lebih hancur lagi. Dia tahu kembarannya itu tidak sengaja. Tapi bayangan Lisa yang menginjak gitar ini terus menerus berputar dikepalanya. Dan Rosé tidak bisa menyingkirkan hal tersebut.

Sementara itu, tanpa Rosé ketahui, Lisa kini masih berdiri didepan kamar kembarannya dengan mata dan hidung yang telah memerah. Dia disana, mendengarkan seluruh tangisan Rosé yang belum juga berhenti sejak tadi. Dia tidak berani mengetuk, apalagi kembali masuk ke ruangan itu. Dia sangat takut. Rosé tak pernah marah besar, bahkan tadi sekalipun. Gadis itu hanya memintanya keluar dengan kesedihan yang terdengar begitu dalam dari suaranya. Dan itu sangat menyakitkan ketika Lisa menyadari dirinyalah penyebab dari kesedihan Rosé.

Jujur saja saat ini Lisa tak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia sedang tidak memiliki banyak uang untuk membelikan gitar baru untuk Rosé, dan kalau pun ia punya, Lisa tidak yakin kembarannya mau menerima gitar itu darinya. Gitar itu adalah segalanya bagi Rosé.

Andai saja orang tuanya tidak memiliki pikiran aneh untuk pergi dari rumah dan meninggalkan mereka selama ini, Lisa yakin setidaknya ini akan terasa lebih mudah. Setidaknya dia tidak akan kebingungan akan bagaimana harus meredam kekecewaan Rosé terhadapnya. Orang tuanya selalu memiliki cara untuk mendamaikan mereka, dan disaat seperti ini, Lisa menyadari betapa ia sangat membutuhkan kehadiran Jiyong dan Taeyeon. Lisa kebingungan. She's lost.

Berdiri disana cukup lama, gadis itu akhirnya menyerah. Dengan air mata yang masih mengalir seiring dengan isakan Rosé yang juga masih terdengar dari dalam kamar, Lisa memutuskan untuk pergi ke ruang keluarga. Dengan gerakan tergesa, dia merogoh ponsel dari sakunya lantas mendial nomor orang yang sudah lama tidak ia dengar suaranya, Kim Taeyeon. Namun lagi-lagi, hanya suara operator yang terus terdengar dari nomor itu.

Tapi Lalisa tidak peduli kali ini.

*The number you're calling is not available at the moment. Please leave the messenge after the beep*

"Pulang!" Seru Lisa dengan air mata meluncur bebas ke pipinya. "Eomma lupa masih memiliki anak disini?! Aku butuh Eomma, apa Eomma tidak mengerti?!" Makinya keras.

Lisa menyugar rambutnya frustasi. "Aku merusak gitar Chaeyoung, Eomma. Aku harus apa?" Bibirnya bergetar. "Dia begitu sedih dan aku-, aku tidak bisa melihatnya bersedih, Eomma!" Lirih si bungsu serak. Mereka adalah anak kembar, dan ikatan batin diantara mereka tidak bisa disingkirkan oleh apapun. Kesedihan Rosé kini terasa begitu menusuk dihati Lisa. Dan dia tidak sanggup. "Eomma," Lisa hanya terisak kali ini. Membiarkan tangisannya bergaung dalam sambungan kotak suara yang tak berbalas.

Gone✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang