Another Burn

4.8K 593 33
                                    

Gendang telinga bungsu Kim hampir pecah oleh rangkaian omelan panjang dari Jennie Kim si kucing galak. Sifat cerewet Jennie itu akhirnya kembali dari kubur setelah selama beberapa hari menjadi kakak yang tenang dan suportif untuk adik-adiknya. Dan Lisa si anak malang terpaksa harus menjadi korban atas kecepatan omelan sang kakak perihal aksi mabuk-mabukannya semalam. Namun untungnya, Rosé ada disana dan gadis itu berusaha menghentikan Jennie begitu melihat wajah memelas Lisa. Dan tentu si bungsu bersyukur. Setidaknya sakit kepalanya tidak akan bertambah dengan masuknya suara nyaring Jennie lebih lama lagi.

Dan kini mereka sedang berada di ruang keluarga dengan sebuah film animasi yang berputar di televisi mereka. Rosé dan Lisa sangat menikmati filmnya, sementara Jennie tampak sibuk dengan iPad dan laptop mengingat dirinya memutuskan untuk tidak bekerja hari ini. Ada beberapa pekerjaan yang menunggu dan harus ia selesaikan, termasuk beberapa hal terkait sidang skripsinya nanti. Dan si kembar mau tak mau harus pasrah karena memiliki dua kakak yang sama-sama sibuk seperti Jennie dan Jisoo.

Omong-omong soal Jisoo..

"Apa Jisoo Unnie mengetahui masalah kemarin?" Tanya Rosé menatap kakak keduanya yang masih terfokus pada laptop. Jennie mengangkat kepalanya sebentar namun sesaat kemudian kembali fokus pada perangkat keras miliknya itu. "Ani." Jawabannya singkat.

"Oh, syukurlah. Jisoo Unnie pasti sedang sibuk disana dan masalah kemarin bisa menambah bebannya jika dia tahu." Ujar Lisa bernapas lega. Jennie mengangguk menyetujui. Namun Rosé merasa agak aneh dengan sikap Jennie yang seakan menghindari topik pembicaraan tentang Jisoo. "Unnie," Rosé menyentuh lengan sang kakak. Gadis bermata kucing menatap adiknya sebagai respon.

"Apa terjadi sesuatu antara kau dan Jisoo Unnie?" Pertanyaan Rosé membuat Lisa kembali menoleh dengan kening mengernyit. Jennie tersenyum tipis melihat kepekaan Rosé terhadap sikapnya. Namun dia tak akan mengatakan kalau Jisoo sama sekali tidak bisa dihubungi selain melewati asistennya dan juga belum berinisiatif untuk menghubungi mereka sejak tiga hari yang lalu. Selama Jisoo baik-baik saja, mereka tidak perlu tahu apapun. Biarkan dia sendiri yang merasa kesal pada si sulung itu.

"Tidak ada yang sempat terjadi, Rosie. Kami baik-baik saja." Jawaban Jennie justru membuat Rosé dan Lisa mengernyit bingung. Ucapan Jennie terdengar ambigu ditelinga mereka.

"Maksudnya?"

"AH!" Jennie menepuk paha Lisa, seakan baru teringat akan sesuatu. "Yah! Unnie!" Jerit Lisa ketika pahanya terasa panas oleh pukulan si kucing galak.

"Unnie memiliki sesuatu untuk kalian! Unnie sudah menyiapkan ini sejak lama tapi kalian malah bertengkar. Dasar bocah ingusan!" Gadis itu berdiri kemudian meninggalkan adik-adiknya yang tengah menganga menerima ucapan pedas sang kakak. "Kakakmu sudah kembali." Gumam Lisa yang langsung diangguki Rosé.

"Ne. Kakakmu sudah kembali."

"Yah! Kalian membicarakanku ya?!" Pekik Jennie kembali berjalan menuju adiknya seraya membawa dua buah setelan lucu dengan warna hitam dan putih gading yang membuat mata si kembar berbinar.

"Itu untuk kami?" Tanya Rosé antusias. Tak berbeda dengan kembarannya, Lisa kini telah berdiri dengan tangan yang menjulur berusaha meraih baju yang Jennie bawa. Namun si kucing malah mundur dan menjauh dari Lisa dan Rosé. "Kalian mau ini?" Tanya Jennie mengangkat baju itu tinggi.

"NE!" Jawab si kembar mengangguk-angguk semangat. Jennie menyeringai, "Boleh. Tapi..."

"Tapi apa?!" Potong Lisa.

Jennie mendelik, "Unnie membuat ini untuk pen-"

"Unnie yang membuat ini?" Kali ini Rosé yang memotong dengan nada takjub yang tak bisa disembunyikan. Kini dia percaya kakaknya itu adalah seorang designer hebat! Namun binar takjub Rosé itu tidak cukup untuk membuat Jennie berhenti merasa kesal akibat ucapannya yang selalu dipotong oleh si kembar. "Aku tidak jadi memberikan ini pada kalian." Ketusnya.

Gone✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang