Hope

4.5K 570 26
                                    

Jisoo kini tengah berkutat dengan pekerjaannya. Kepalanya terasa hampir meledak menghadapi masalah di kantor ini. Penggelapan dana adalah masalah utama yang kemudian merambat memancing masalah-masalah lain. Padahal cabang New Zealand adalah kantor besar yang bahkan hampir menyamai kantor pusat mereka di Korea. Tapi bisa-bisanya mereka kecolongan dan membiarkan tikus kecil itu berkeliaran bebas menggerogoti perusahaannya.

Hari ini Jisoo harus meninjau dan menyusun langkah-langkah yang tepat bersama tim NZ. Mereka sama geramnya ketika mengetahui salah satu petinggi perusahaan itu malah membawa seluruh uang yang seharusnya dialokasikan untuk menggaji karyawan. Dan oleh sebab itulah Jisoo semakin pusing. Bukan hanya harus berurusan dengan hukum untuk menindak pelaku, menyeleksi calon pengganti CEO KTCorp New Zealand, dia juga harus menyediakan dana untuk menggaji ratusan karyawan. Perusahaan yang bergerak diberbagai bidang itu mau tak mau harus merogoh kocek lebih dalam demi membayarkan gaji para karyawan selama satu bulan ini. Untung saja orang-orang kepercayaan Jiyong mampu mencium hal ini lebih cepat sebelum seluruh pemasukan habis dimakan orang yang tidak bertanggung jawab. Kalau tidak, bisa dipastikan mereka akan mengalami kerugian yang lebih besar dari ini.

"Anda membutuhkan sesuatu?" Kang Seulgi bertanya pada bosnya yang terlihat fokus pada laptop dan lembaran-lembaran kertas yang berserakan dihadapannya sejak tadi. "Kalau boleh, aku mau susu panas, please." Jawabnya tanpa menoleh. Seulgi mengangguk dan segera membawakan pesanan Jisoo.

"Miss Jennie menghubungi saya lagi. Dia menanyakan keberadaan anda." Ujar Seulgi sambil meletakkan cangkir susu panas yang dia minta. Jisoo terlalu fokus dengan pekerjaannya sampai tidak sadar dengan Kang Seulgi yang telah kembali dari pantry (atau entah darimana, Jisoo juga tidak tahu). "Katakan kalau aku akan menghubunginya nanti." Jisoo sedikit menyeruput minuman kesukaannya itu. "Oh, dan terima kasih." Lanjut Nona Kim sambil kembali memperhatikan laptop.

Seulgi menggigit bibirnya lalu mengangguk. Adik Kim Jisoo itu terus menanyakan keadaan kakaknya yang tak bisa dihubungi sejak mereka sampai di New Zealand. Dan nomor Seulgi yang telah tercantum sebagai contact person Jisoo mau tak mau harus rela menjadi sasaran bombardir-an pesan Jennie yang mengkhawatirkan kakaknya. Kakaknya yang kini tengah sibuk dengan pekerjaan hingga tak sempat menyentuh ponsel sama sekali.

Hingga tidak memiliki kesempatan untuk mengetahui keadaan adik-adiknya di rumah.

***

"Rosé-ya, syukurlah kau sudah pulang! Darimana saja?" Tanya Jennie yang akhirnya bisa bernapas lega ketika sang adik menampakan batang hidungnya setelah tidak bisa dihubungi selama berjam-jam. Setelah selesai menemani Lisa menangis tadi, Jennie memang langsung menghubungi adiknya yang satu itu untuk menanyakan keadaannya. Namun bahkan sampai ponselnya mati, Rosé tidak juga menjawab satupun panggilan dari Jennie.

"Aku lelah, ingin beristirahat." Sahut gadis itu tak menghiraukan kakaknya yang telah mengkhawatirkan dirinya sejak tadi. Jennie merengut tak suka dengan sikap acuh adiknya yang biasanya sangat cerewet di hari-hari biasa. Namun dia berusaha untuk tidak terlihat kesal kemudian meraih tangan Rosé yang hendak pergi ke kamar. "Ayo makan bersama. Unnie pulang cepat, jadi memasak banyak." Ajaknya selembut mungkin. Tapi sepertinya Rosé sedang tidak ingin bekerja sama dan langsung menggeleng sambil berusaha melepaskan tangan sang kakak dari lengannya.

"Nanti saja. Aku tidak lapar." Sahutnya dingin lalu pergi begitu memiliki kesempatan.

"Woah, sial." Gumam Jennie seraya memperhatikan punggung adiknya yang melenggang cepat. Gadis itu kemudian beralih menuju kamar si bungsu, berharap adiknya yang satu lagi mau berkoordinasi dan mau memakan makan malam sialan yang telah ia buat sejak sore tadi.

"Ayo makan malam! Unnie memasak makanan kesukaanmu!" Seru Jennie melongokan kepala dari pintu. Lisa yang tengah berbaring tanpa semangat hanya bergumam kecil, "aku tidak lapar." Sahutnya nyaris tak terdengar. "Kau harus makan, Lisa-ya! Ayo bangun!" Paksa Jennie sambil mendekati adiknya. Namun Lisa malah mengubur dirinya didalam selimut, menghindari Jennie yang berusaha menariknya. "Tidak mau!" Pekik si bungsu keras, membuat sang kakak murung tanpa disadarinya.

Gone✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang